Share

Empat

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-29 13:19:30

Devan sadar sepenuhnya kalau hal itu bukanlah urusannya. Oliv mau bertemu dengan siapa saja itu bukanlah urusannya. Tapi, kenapa ia begitu sangat penasaran dan ingin tahu siapa pria yang tengah bersama Oliv saat ini? 

Keduanya juga terlihat asyik mengobrol dan tak berhenti saking menatap satu sama lain. Dan disaat yang bersamaan itu juga Devan merasakan dadanya sesak, serasa panas terbakar. 

"Aneh!" gumamnya tersenyum geli. 

Mungkin Devan perhatian pada Oliv karena gadis itu bekerja di toko buku miliknya. Meskipun terkesan sombong, dingin dan juga cuek. Tapi bukan berarti Devan tidak memperhatikan para pekerjanya. Hanya saja ia tidak kelihatan terlalu mencolok menunjukkan sikap perhatiannya. Dan jujur saja, Devan memang lebih sering memperhatikan Oliv ketimbang Rahayu. 

Setiap satu minggu sekali Devan memang datang mengunjungi toko buku miliknya. Niatnya sih memang ingin melihat perkembangan usahanya, juga sekaligus melihat Oliv dan segala tingkah gadis itu. 

Menurut Devan, Rahayu lebih heboh daripada Oliv. Tapi entah kenapa yang terlalu mencolok di mata Devan adalah Oliv. 

Devan mulai terbayang-bayang dan selalu memikirkan Oliv beberapa waktu belakangan ini. Meskipun dari awal Oliv bekerja disini Devan memang sudah terngiang-ngiang akan sosoknya. 

Oliv yang selalu memakai pakaian panjang sampai telapak tangannya pun ikut tenggelam mencuri perhatian Devan yang sejak awal sangat penasaran. Terkadang juga gadis itu memakai sarung tangan rajutan jika tidak memakai baju panjang. 

Tak peduli cuaca sedang panas atau tidak Oliv tetap memakainya. Devan menebak sepertinnya ada sesuatu di tubuh Oliv yang memang sengaja Oliv sembunyikan. Tapi, entah apa itu. 

Devan mengerjap dan tersadar dari lamunannya kala pria yang bersama Oliv tampak bangkit berdiri dari duduknya dan setelahnya pergi meninggalkan Oliv sendirian. 

Beberapa saat berlalu hanya Oliv habiskan duduk termenung di tempatnya. Raut wajah gadis itu terlihat sedih dan merasa kecewa. 

Tunggu, apa Oliv habis diputuskan oleh pacarnya? Atau mereka tengah bertengkar hebat karena si cowok atau Oliv ketahuan selingkuh? Atau juga karena orangtua yang mungkin saja tak merestui hubungan mereka sehingga Oliv dan kekasihnya kompak memutuskan berpisah? 

Dan, masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya. Eh, sebentar, kenapa jadi Devan yang pusing memikirkannya? 

Devan menggelengkan kepalanya sekali seraya mendengus geli. Tak habis pikir kenapa bisa ia malah memikirkan masalah orang lain. 

Dekan dan Adel saling melirik bingung melihat tingkah Devan yang aneh. Dan lebih aneh lagi ketika Devan tiba-tiba mengajak pulang.

Meski bingung, namun Dekan dan Adel menurut saja untuk pulang. Karena sebenarnya mereka juga sangat lelah seharian ini. 

Devan berjalan dibelakang dekan dan Adel, melirik sebentar Oliv saat ia melewatinya. Oliv sendiri masih belum ingin beranjak dari posisinya. 

Pikirannya kembali teringat ke beberapa saat yang lalu. Sebuah penolakan yang kembali ia terima setelah ia menunjukkan salah satu kekurangannya pada pria yang menjadi teman kencan butanya lewat suatu aplikasi pencarian jodoh. 

Oliv pikir, kali ini ia pasti akan mendapatkan pasangan yang mau menerimanya apa adanya. Nyatanya pria yang tadi langsung bergidik jijik saat Oliv menunjukkan jari-jarinya yang penuh dengan kutil.

Detik itu juga tubuh Oliv merasa lemas, niat untuk menemukan cinta sejatinya ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan. 

Benar. Banyak yang pastinya jijik melihat kutil-kutilnya. Bahkan Oliv saja kadang masih merasa jijik melihat kutilnya sendiri. 

***

Wajah Oliv dan Devan sama-sama memerah menahan malu dengan posisi mereka saat ini. Perlahan Devan melepaskan tubuh Oliv yang berada dalam dekapannya. 

Tadi, beberapa saat yang lalu Devan berusaha menolong Oliv yang hampir terjatuh dari tangga kecil kayu. Syukurlah Devan berhasil menangkap tubuh mungil Oliv tepat waktu. 

Sebenarnya insiden ini bukanlah kesalahan Oliv sepenuhnya. Sebab Devan sendirilah yang mengagetkan Oliv sehingga membuat gadis itu tersentak kaget dan nyaris hampir jatuh. 

"Kamu gak apa-apa?" tanya Devan kikuk. Namun tak dapat menutupi kekhawatiran dalam nada bicaranya. 

Oliv menggelengkan kepala dengan gerakan kikuk. "Terima kasih, Pak. Sudah menolong saya."

Devan mengangguk sembari berdeham, "kamu tadi mau ngapain memangnya? Sampai pakai naik itu segala?" tanya Devan seraya menunjuk tangga kayu kecil tersebut. 

Gantian Oliv yang menunjuk ke arah rak buku yang paling atas. "Mau ambil buku."

Devan mengangguk mengerti, "buku yang mana yang mau diambil?" tanya Devan mengangkat sebelah tangannya bersiap mengambil buku yang tadinya ingin diambil Oliv. Dan Oliv pun lantas menyebutkan judul bukunya.

Oliv takjub dengan kemampuan Devan yang dengan mudah menjangkau rak paling atas dan berhasil mendapatkan buku tersebut. 

"Yang ini?" tanya Devan. Oliv mengangguk senang. 

"Terima kasih, Pak." Devan mengangguk. 

"Makanya kamu tuh lebih tinggi dikit, seperti Rahayu." 

Wajah Oliv yang tadinya tersenyum senang kini berubah menjadi kesal. "Ya maunya saya juga gitu, Pak. Jadi gak ngerepotin orang lain segala."

Devan terdiam mendengar ucapan Oliv, sebenarnya ia bicara seperti bukan untuk bermaksud menghina diri Oliv yang mungil. Candaannya dianggap serius oleh Oliv, dan Devan merasa sangat menyesal. 

"M-maksud saya bukan begitu Oliv—"

"Iya kok, Pak, saya ngerti." sela Oliv tersenyum. Meski terpaksa, karena sungguh ucapan Devan tadi sedikit melukainya. 

Siapapun pasti menginginkan kesempurnaan, tak ada yang mau kekurangan dalam dirinya. Tapi jika Tuhan memang sudah memberikannya seperti itu, maka manusia harus bisa menerimanya dengan segala rasa syukur. Dan bukannya mengeluh. 

"Oliv, saya minta maaf."

"Iya Pak." sahut Oliv sekali lagi tersenyum. 

Sejenak keadaan menjadi hening, keduanya terlihat sama-sama kikuk hingga Oliv tidak tahan dan bermaksud untuk segera menyudahinya. 

Tapi, baru saja Oliv ingin membuka mulutnya namun terhalang oleh suara Devan yang lebih dulu bicara. 

"Kemarin, siapa?"

"Maaf? Maksudnya?"

"Pria yang di cafe kemarin?" Devan merutuki dirinya sendiri yang sudah kelepasan bertanya. 

Sejak tadi ia berusaha menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang membuatnya sangat penasaran setengah mati, dan akhirnya keluar juga dari mulutnya. Shitt! 

Oliv terbelalak mendengarnya, ingatannya kembali berputar tentang di cafe kemarin. 

"Bapak memperhatikan saya ya?" 

"A-apa? Memperhatikan?" Oliv mengangguk. 

"Tentu tidak. S-saya kebetulan ada di cafe itu bersama teman-teman saya. Dan ya, saya gak sengaja lihat kamu disana." jelas Devan membela diri.

"Lagian kamu juga tau kan saya ada disana? Kan, kira secara gak sengaja saling tatapan sebentar." sambung Devan mengingatkan semalam jika ia Dan Oliv sempat terlibat saling menatap walau sebentar. Merasa tak bisa mengelak Oliv pun mengangguk malu. 

"Nah, jadi, siapa pria semalam?"

"Uhm, itu...." Oliv melirik ke segala arah. Mencoba mencari celah untuk keluar dari situasi ini. Karena jujur saja Oliv tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada Devan. 

Namun jika Devan terus memaksa dan semakin memojokkan Oliv untuk menjawab, maka sepertinya Oliv harus terpaksa mengatakannya dengan berat hati. Yang artinya sama saja jika Oliv juga akan mengatakan mengenai kutil-kutilnya.

Bab terkait

  • Si gadis kutil    Lima

    Oliv meringis karena tidak bisa keluar dari situasi ini. Bahkan bos dinginnya kini menuntut jawaban darinya.Menghela nafas sejenak akhirnya Oliv pasrah mengatakan semuanya pada Devan yang awalnya sempat syok. Namun kembali tenang sembari tetap mendengarkan ucapan Oliv."Jadi, hal apa yang membuat pria itu mundur?"Mila gelagapan, menelan kasar air liurnya sendiri. "I-itu karena....""Apa, Liv? Kok kamu dari tadi gugup dan ngomongnya gagap gitu?""E-enggak kok, Pak." Oliv menggeleng."Itu buktinya, k—" ucapan Devan terhenti begitu mendengar suara Adam Levine yang mengalun merdu.Lantas dengan cepat Devan merogoh saku celananya, menatap sebuah nama dilayar ponselnya."Sebentar ya," ucap Devan meminta waktu sebentar pada Oliv yang mengangguk.Devan memunggungi Oliv seraya mengangkat panggilan tersebut. Oliv menatap pun

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Si gadis kutil    Enam

    Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua."Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali.""Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Si gadis kutil    Tujuh

    Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Si gadis kutil    Delapan

    Ketika pagi tiba Oliv yang sudah terbangun dari tidurnya nyenyaknya langsung bangkit dari ranjang. Melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin milik Rahayu."Wow!" satu hal yang membuat Oliv berdecak kagum adalah kebiasaan Rahayu yang pembersih dan rajin berbelanja untuk kebutuhan isi kulkasnya yang tak pernah kosong.Rahayu terlihat bar-bar dan berantakan diluar, tapi aslinya siapa yang menyangka? Oliv mengambil beberapa macam bahan makanan yang akan ia olah untuk sarapan ini.Semua bahan tersebut ia potong-potong sesuai selera. Yap, Oliv akan membuat sarapan yang simpel saja. Salad sayur, dan sandwich saja.Selesai membuat sarapan Oliv membersihkan peralatan masak yang kotor kemudian membangunkan si kebo yang tidur di sofa ruang tamu."Bangun!" Oliv membangunkan dengan cara menepuk-nepuk bahu abangnya.Namun sayangnya Olano sama sekali tak terusik tidurnya. Oliv

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Si gadis kutil    Sembilan

    Devan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab segala pertanyaan yang akan Oliv lontarkan. Bagaimanapun juga pastilah wanita di depannya ini merasa curiga soal insiden tadi malam.Begitu sigapnya Devan langsung membawa sang adik tercintanya dan juga sepupu gesreknya keluar dari club malam. Yang tentu saja itu menimbulkan kecurigaan bagi Oliv.Devan baru tahu jika pria yang bersama Rahayu adalah abangnya Oliv. Dan Devan juga baru tahu kalau Olano adalah kekasih dari adiknya, Adel alias Ade Tiwi.Aishh, betapa tak sukanya Devan dengan nama pena sang adik.Dekan yang memberitahukan informasi itu padanya. Hal itu pun Dekan dapatkan dari Adel yang sempat memarahinya karena Dekan yang suka sekali menjahili Oliv dan Rahayu. Tentu saja Adel marah jika Oliv ikut kena imbas kejahilan Dekan, padahal gadis yang Dekan sukai adalah Rahayu. Jadi Rahayu saja yang seharusnya Dekan jahili dan bukannya calon adik iparnya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Si gadis kutil    Sepuluh

    Diantara ketiga pria ini sepertinya yang paling heboh cuma pria menyebalkan ini. Oliv menggeram kesal, seheboh-hebohnya Olano tetapi tidak sebising Dekan. Ah iya, Oliv baru ingat namanya.Seakan tak merasa lelah mulut Dekan terus bicara, menyerocos tak jelas hingga membuat Oliv dan Rahayu merasa muak."Diamlah Dekan. Kau membuatku mereka berdua merasa bosan." titah Devan ikut kesal melihat tingkah sepupunya. Mulut bawelnya yang terlalu banyak bicara itu sedikit banyaknya membuat orang bosan dan muak."Loh, apa iya aku ngebosenin dan bikin kesal?" tanya Dekan begitu percaya dirinya. Lalu, ia mencolek lengan Rahayu yang kebetulan duduk di sampingnya. "Aku ngebosenin ya?" tanyanya pada Rahayu yang nyengir kemudian dengan terpaksa menggelengkan kepala."Nah, enggak tuh. Iya kan, Oliv?" Dekan meminta pendapat Oliv yang duduknya persis di samping Rahayu.Sama seperti Rahayu, Oliv pun masih menjaga perasaan dengan menghargai

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Si gadis kutil    Sebelas

    Pagi hari Olano sudah membuat heboh seantero rumah hanya karena habis membaca balasan chat dari Adel, kekasihnya.Sedari bangun tidur tadi bahkan Olano sudah merecoki Oliv yang pembawaan dirinya selalu terlihat tenang. Namun kali ini ketenangan dalam dirinya seakan lenyap begitu saja gara-gara kebisingan sang abang."Dia juga merasakan hal yang sama sepertimu," beritahu Olano sebelum Oliv sempat bertanya."Ini," dengan penuh semangat Olano menunjukkan layar ponselnya pada Oliv yang menganga saat membaca ruang chat antara abangnya dan Adel yang rupanya membahas antara ia dan Devan."Apa-apaan ini?" lirih Oliv tak percaya. Sementara Olano asyik menggodanya dengan kedua alis yang naik turun secara bergantian.Merasa tindakannya ini adalah hal yang benar dan mulia Olano pun merasa sangat bangga pada dirinya. Tak tahu bagaimana perubahan wajah Oliv yang malu sekaligus kesal."Kalian berdua keterlaluan!" hardiknya tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Si gadis kutil    Duabelas

    Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16

Bab terbaru

  • Si gadis kutil    Duapuluhlima

    Ekstra part.Beberapa bulan kemudian....Devan dan Oliv merasa pusing sekali dibuat sepasang kekasih yang tengah sibuk berdebat memilih konsep untuk acara pesta pernikahan mereka nanti.Siapa lagi kalau bukan Dekan dan Rahayu saling tak mau mengalah. Rahayu ingin pesta pernikahan yang paling mewah, berbanding terbalik dengan Dekan yang justru ingin pesta pernikahan yang sederhana."Pokoknya aku mau pesta pernikahan yang megah, pesta pernikahan yang besar-besaran." ucap Rahayu bersikeras."Iya sayang, aku ngerti. Tapi apa gak buang-buang duit banyak kalau pestanya terlalu mewah kali?""Loh, memangnya kenapa? Gak apa-apa dong uang kamu terkuras banyak untuk pesta pernikahan kita. Kan sekali seumur hidup, jadi apa ruginya? Toh, untuk acara kita berdua juga. Benar gak Van, Liv?" tanya Rahayu meminta persetujuan dari pasutri itu yang terlihat kelagapan menjawabnya.

  • Si gadis kutil    Duapuluhempat

    "Oliv?" panggil Devan gemas, pasalnya gadis itu hanya diam saja. Tak memberi jawaban atas pertanyaannya.Padahal Devan sudah sangat berharap sekali gadis pujaan hatinya ini langsung memberikan jawaban untuknya.Apapun itu, mau diterima atau tidak. Devan sudah menyiapkan dirinya. Ya walaupun dia sangat berharap Oliv menjawab. Ya, aku mau.Tapi, kalaupun tidak, ya sudah tidak apa-apa. Devan akan berusaha berlapang dada menerimanya."Kamu tidak ingin menjawab lamaranku?" goda Devan menyentuh lembut pipi Oliv dan kembali mengecup punggung tangannya."Oliv, aku—""Kamu serius?" sela Oliv balik bertanya. "Devan, kamu serius dengan ucapan kamu ini?""Ya, tentu saja. Kenapa tidak?""Aku takut.""Takut kenapa?" tanya Devan dengan dahi berkerut."Aku takut kalau kamu bukan cinta sejatiku. Uhm, maksudnya, aku t

  • Si gadis kutil    Duapuluhtiga

    Devan kembali memikirkan ucapan si nenek misterius waktu itu. Dimana si nenek memberi saran baik untuknya dalam menjaga serta melindungi Oliv."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia.""Perasaan bimbang dan keragu-raguan?" gumam Devan sedikit bingung dengan dua kata itu.Memang apa sebenarnya yang tengah membebani pikiran Oliv sehingga gadis itu kerap merasa bimbang dan ragu? pikir Devan bertanya-tanya."Apa aku harus tanya langsung aja ya sama Oliv?" ujar Devan bermonolog."Mau tanya apa?"Devan langsung berbalik badan saat mendengar sebuah suara yang sangat dikenalnya. Kedua sudut bibirnya bergerak membentuk sebuah senyuman manis menyambut kedatangan Oliv yang secara

  • Si gadis kutil    Duapuluhdua

    Devan kaget dan bingung dengan reaksi tiba-tiba dari Oliv yang menjerit histeris. Bahkan belum sempat baginya bertanya Oliv malah main nyelonong pergi begitu saja.Saat Devan bergerak hendak menyusul Oliv, si nenek mencekal lengannya. Devan menoleh dengan raut bingung."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia."Devan tak terlalu begitu mendengarkannya dengan jelas. Namun ia tetap menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada sang nenek serta meminta maaf atas nama Oliv yang telah bertindak tak sopan."Oliv?!" jerit Devan memanggil Oliv yang entah sudah pergi kemana."Kemana sih dia perginya?" gumam Devan ngomel. Bukannya apa, Devan khawatir pada Oliv yang main kabur gitu aja di tempat baru seperti ini pula.Kan, ini

  • Si gadis kutil    Duapuluhsatu

    Dua minggu kemudian....Hari ini Devan menyempatkan diri untuk datang berkunjung ke rumah Oliv disela-sela kesibukannya yang lumayan padat. Rencananya, hari ini ia ingin mengajak Oliv ke suatu tempat.Namun Devan masih merahasiakan tujuannya, sehingga membuat Oliv menjadi sangat penasaran. Akan dibawa kemanakah fotonya oleh Devan?"Aku semakin penasaran," ucap Oliv menoleh pada Devan yang saat ini tengah fokus menyetir.Devan tersenyum menyeringai, "kenapa? Kamu berpikiran kalau aku ingin menyulik kamu gitu?""Bukan gitu...." elak Oliv memprotes asumsi Devan. "Saya cuma penasaran aja kemana Bapak akan membawa saya.""Hah, formal lagi." gantian kali ini Devan yang memprotes cara gaya bicara Oliv yang kembali formal padanya. "Dan apa itu? Bapak?"Oliv mengangguk, "lalu saya harus panggil anda apa?"Devan melirik kesal Oliv sekilas, "menyebalkan!" cibirnya tak suka. Sementara Oliv mati-mat

  • Si gadis kutil    Duapuluh

    "Apa? Kutil?" pekik Devan kaget. Beberapa saat yang lalu Oliv sudah mengatakannya pada Devan mengenai rahasia yang selama ini ia tutupi."D-dimana?" tanya Devan ingin tahu pasti letak keberadaan kutil-kutil di tangan Oliv."Ini!" Oliv memperlihatkan telapak tangannya pada Devan serta menunjuk dimana saja letak kutil-kutilnya."Lumayan banyak ya," ucap Devan menatap lekat kutil-kutil di jari jemari tangan Oliv yang terlihat lebih menonjol daripada yang di telapak tangannya."Susah berapa lama ini?" tanya Devan antusias dan juga penasaran."Beberapa tahun yang lalu."Devan mengangguk, "memang apa saja yang kamu makan selama ini?""M-maksudnya? Ya, makan nasi sama sayur mayur dan juga lauk pauk." sahut Oliv sewot. "Memang Bapak mikirnya saya makan apa? Ya kali saya makan besi dan baja gitu?""Memang kalau makan besi dan baja beneran bisa jadi kutilan kayak gitu?" Devan balik bertanya dengan begi

  • Si gadis kutil    Sembilanbelas

    Devan tak bisa mengalihkan perhatiannya ketika suara langkah-langkah kaki memasuki ruang tamu dan mendekat padanya. Matanya begitu terfokus menatap wajah cantik Oliv yang harusnya tersenyum menyambut kedatangannya, namun wajah Oliv justru cemberut seakan tak suka dengan kedatangannya.Mama Oliv tersenyum manis pada Devan seraya menarik sedikit Oliv agar lebih mendekat padanya."Kalian berdua mengobrolah, Tante mau ke dapur dulu buat minum." ucap mama Oliv berusaha mendudukkan sang anak agar duduk di sofa dekat Devan.Oliv ingin memprotes apa yang dilakukan mamanya, tapi dengan cepat sang mama mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum manis dan setelahnya berlalu pergi menuju dapur.Oliv berdeham sekali dan membuang pandangannya ke arah lain, kemana saja asalkan bukan ke arah Devan yang saat ini justru terlihat bingung.Ia tatap Oliv yang enggan menatapnya, Devan tau itu tapi ia memilih

  • Si gadis kutil    Delapanbelas

    Rahayu mengigit bibir bawahnya cukup kuat nyaris berdarah jika saja Dekan tak mengentikannya."Kamu tenang dulu ya, kita berdua akan menjelaskannya pelan-pelan sama Devan. Dia pasti ngerti kok."Rahayu menggeleng lemah, "gak akan bisa dimengerti untuk orang yang keceplosan beb.""Ya, tapi masa Devan akan marah-marah terus pecat kamu hanya gara-gara masalah ini." protes Dekan tak terima. Rahayu memang salah karena secara tak sengaja sudah keceplosan memberitahukan misi keduanya pada Oliv. Tapi, itu kan karena keceplosan yang tidak disengaja.Eh, terus kalau Rahayu yang bercerita padanya mengenai masalah ini termasuk keceplosan juga gak ya?"Kamu juga awalnya gak tau mengenai ini, tapi karena aku yang kelewat panik terus ngadu ke kamu pada akhirnya juga ceritain masalah ini ke kamu." Dekan mengangguk lemah, "itu artinya sudah dua orang yang tau rencana kami berdua ini. Kamu dan Oliv." Dekan kembali mengangguk lemah."Hu

  • Si gadis kutil    Tujuhbelas

    Ternyata Oliv tidak main-main dengan ucapannya kemarin pada sang abang. Ia benar-benar Mengundurkan diri dari tempatnya bekerja."Kenapa tiba-tiba begini?" tanya Devan terlihat marah dan tak terima.Sebisa mungkin Oliv bersikap santai, tak mau sedikitpun terbawa suasana dan emosi. "Karena saya ingin membuka usaha sendiri, Pak.""Usaha sendiri?" Oliv mengangguk. "Usaha sendiri seperti apa?""Jualan online."Devan memijit pelipisnya, ini terlalu mendadak sekali untuknya. Kenapa tiba-tiba begini Oliv mengundurkan diri."Saya ada salah ya sama kamu?""Tidak sama sekali, Pak.""Lalu kenapa kamu mendadak mengundurkan diri seperti ini, Liv?""Maaf Pak. Tadi saya sudah menjelaskan alasan saya berhenti bekerja. Jadi, saya tidak akan mengulanginya lagi.""Baik," Devan menganggukkan kepalanya. "Saya terima surat peng

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status