Share

Tiga

Author: Ade Tiwi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Olivia merasakan dadanya berdebar tak karuan. Bukan berdebar karena ungkapan cinta melainkan panggilan si kulkas berjalan yang ingin membicarakan sesuatu hal.

Batin Oliv bertanya-tanya, ada apa gerangan bos dinginnya itu memanggil dirinya untuk bicara?

Sejauh yang Oliv ingat, si kulkas berjalan itu jarang bicara alias irit bicara dan juga irit ekspresi. Bahkan sapaan semalam pun adalah yang pertama kalinya ia dan Rahayu dapatkan dari Devan, nama bos mereka yang super dingin.

Oliv menarik nafas perlahan sebelum mengetuk pintu, dan membuka pintu itu perlahan setelah mendengar titah masuk dari bosnya.

"Saya mendapat komplen dari pelanggan."

"Hah?" Oliv terhenyak kaget.

Bosnya ini apa tidak bisa menyapa dulu apa? Baru juga Oliv masuk sudah main nyerocos saja.

Untuk menghilangkan sikap begonya Oliv pun nyengir, namun nyatanya ternyata tindakan itu justru membuat Oliv terlihat semakin bego dimata Devan yang terlihat kesal.

"Kamu dengar yang saya katakan tidak?" dan, Oliv pun langsung menggeleng.

"Maaf Pak," lagi, Oliv nyengir dan itu sungguh membuat Devan merasa kesal.

"Dan bukannya harus ada sapaan dulu kan, Pak?" kata Mila pelan namun masih dapat di dengar Devan yang menatap tajam dirinya.

"Kamu ngatur saya?"

"E-enggak. Saya gak bermaksud untuk begitu kok, Pak."

"Terus apa kalau bukan itu?"

"Ya, saya kan cuma-"

"Sudah cukup!" sela Devan tak ingin mendengar alasan apapun yang keluar dari mulut Oliv.

Oliv sendiri merasa kesal melihat bosnya ini. Menyebalkan sekali. Cih!

"Langsung saja, ke inti permasalahan yang ingin saya bicarakan sama kamu?"

Malas sekali!

"Iya, Pak." sahut Oliv yang berbeda dengan kata hatinya.

"Ada pelanggan yang komplen. Katanya para pekerja saya sudah sangat keterlaluan. Tidak memiliki sopan santun dan terkesan sangat kasar sekali. Apa itu benar?"

Oliv mengerjap dengan mata membulat sempurna, mencoba mengerjap setiap kata demi kata yang diucapkan bosnya.

Menarik nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan si kulkas berjalan. "Uhm, jadi itu sebenarnya gini Pak...." Oliv pun menjelaskan perihal pria kemarin. Salah satu pelanggan yang sering membeli buku di toko buku milik Devan ini.

Oliv bahkan tak segan mengatakan jika pria itu sangat menyebalkan. Hobinya hanya mengejek dan menghina karya orang lain. Termasuk ejekan untuk sang penulis favoritnya.

Devan tak terlihat terkejut sama sekali, tetapi ia tetap mendengarkan ucapan Oliv sampai selesai.

"Jadi ya wajar dong, Pak. Kalau saya dan Rahayu balas bersikap tak sopan dan sama kurang ajarnya seperti pria itu." tukas Oliv membela diri setelah ia selesai menjelaskan mengapa ia dan Rahayu bersikap tak sopan.

"Tapi pelanggan ini cuma komplen sama satu orang saja. Tidak, sepertinya teramat kesal sekali sama kamu." Oliv melotot mendengarnya.

"Pelanggan itu bilang, pekerja saya yang paling tidak sopan dan yang paling kurang ajar itu ciri-cirinya bertubuh mungil. Uhm, maksudnya bertubuh lebih kecil dari pekerja yang satunya lagi. Mungkin maksud dia Rahayu." buru-buru Devan meralat ucapannya yang hampir memuji Oliv imut.

"Jadi maksudnya saya gitu Pak?"

"Ya mungkin, kalau dilihat dari ciri-ciri yang disebutkan pria tersebut ya memang cocok sama kamu."

"Kok...?"

"Apa?"

Oliv menggeleng, "enggak apa-apa, Pak. Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Saya dipecat?"

Devan mengulum bibir sesaat, "kamu memang niat untuk saya pecat ya?"

Oliv kembali menggeleng. "Enggak sih Pak."

"Ya sudah, balik bekerja sana." titah Devan tanpa menatap ke arah Oliv yang termangu di tempatnya tak beranjak sedikitpun hingga Devan merasa jengah.

"Kamu betah ya di dekat saya?"

Oliv melotot mendelik mendengarnya, dan setelah itu ia cepat-cepat pamit undur diri dari hadapan Devan dengan wajah memerah malu.

***

"Bagaimana?" tanya Dekan tampak antusias.

Devan menatap malas pada sepupunya yang satu ini. "Sudah," jawab Devan singkat.

"Kau memecatnya?"

"Ya enggaklah!" jawab Devan kesal.

Dekan terkikik mendengarnya, "biasa aja dong jangan sinis gitu."

Netra hitam Devan menatap lekat seorang wanita cantik yang berjalan ke arah mereka berdua.

"Hai, cewek-cewek." sapa wanita itu tertawa saat melihat wajah kedua pria itu yang terlihat kesal.

"Kebiasaan!" cibir Dekan tak terima. Sedangkan Devan memilih tak ambil pusing, ya walupun ia juga kesal mendengar sapaan itu keluar dari mulut adiknya.

"Kak, karya-karya aku diejek dan dihina habis-habisan sama dia!" adu Ade Tiwi atau yang akrab dipanggil Adel.

Merasa dirinya sedang ditunjuk Dekan nyengir. "Sengaja ku lakukan untuk menggoda pekerjamu, Van."

Devan geleng-geleng kepala mendengarnya, "keren sekali." Dekan tersenyum bangga.

"Jika kau menyukai salah satu pekerjaku, kau seharusnya tinggal bilang saja. Tembak langsung orangnya ditempat."

"Waduh! Mati dong, Van." pekik Dekan memasang wajah ngerih.

Merasa gemas, Adel memberikan satu jitakan yang mampir di kepala Dekan. "Tembak, nyatain cinta maksudnya Kakak gue. Dasar bego!"

"Oohh, nyatain cinta toh." Dekan terkikik geli karena berhasil membuat Adel kesal. Padahal sebenarnya ia hanya bergurau dengan pura-pura tidak mengerti maksud ucapan sepupunya itu.

Mata Devan menangkap sosok yang sudah tak asing baginya di cafe ini. Ia perhatikan terus sosok itu yang sepertinya tengah menunggu seseorang.

"Oh ya, Dev, loh udah ngomong kan sama salah satu pekerja loh itu?"

Devan mengangguk seraya melirik sekilas pada Dekan yang asyik bicara, setelahnya Devan kembali fokus memperhatikan Oliv yang duduk sendirian di cafe ini sembari sibuk dengan ponselnya. Terlihat raut gusar di wajah Oliv, sesekali juga gadis itu terlihat melirik ke kanan dan kiri. Dan secara tak sengaja tatapan mereka bertemu, namun Oliv yang memutuskan kontak mata itu dengan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Terus responnya pekerja lo apa?"

"Apalagi? Ya marah lah pasti, udah lo yang buat ulah malah komplen dan nuduh mereka yang tidak sopan. Aneh!" itu suara Adel menjawab pertanyaan Dekan yang sebenarnya ditujukan untuk Devan yang tak begitu fokus. Sebab, sedikit terusik dengan sosok yang menjadi objek menarik di netra hitamnya.

Menghiraukan Adel, Dekan kembali bicara pada Devan yang sama sekali tak menggubris. Dekan kesal dan ikut memperhatikan ke mana arah fokus mata Devan. Penasaran akan hal apa yang tengah dilihatnya.

"Itu bukannya salah satu pekerja lo?" Devan mengangguk.

"Ngapain dia disini?"

Adel memutar bola matanya kesal akan pertanyaan Dekan, lantas Adel pun kembali menjitak kepalanya.

"Terserah dia dong mau ngapain, ini kan tempat umum."

"Ah iya juga," Dekan mengangguk setuju.

Adel menatap sang kakak yang masih fokus menatap ke arah objeknya. Sama sekali tak menghiraukan kedua mahluk yang ada di dekatnya saat ini.

Devan baru mengalihkan tatapannya setelah mendengar ucapan Dekan yang membuatnya terkejut.

"Aku salah orang," kata Devan membuat kedua orang itu terperanjat.

"Maksudnya?" pekik Dekan dan Adel kompak.

"Aku pikir kau menyukai Oliv," Devan menunjuk ke arah Oliv. "Tapi ternyata kau naksir sama Rahayu."

"What?!" Dekan histeris kaget mendengarnya. "Kok bisa, sih?!"

Devan mengendikkan kedua bahunya, "mana ku tahu kalau kau naksir Rahayu."

"Ya ampun, Dev. Kan gue udah kasih tahu ciri-cirinya sama lo. Gimana sih?"

"Lupa." sahut Devan santai memilih fokus kembali pada Oliv yang kini sudah tak lagi duduk sendirian.

Seorang pria yang mengisi kursi kosong yang ada di depan Oliv. Keduanya tampak saling melemparkan senyuman, dan tak lama mengobrol.

Batin Devan bertanya-tanya. Siapa pria itu? Gebetan Oliv kah atau kekasihnya Oliv?

***

Related chapters

  • Si gadis kutil    Empat

    Devan sadar sepenuhnya kalau hal itu bukanlah urusannya. Oliv mau bertemu dengan siapa saja itu bukanlah urusannya. Tapi, kenapa ia begitu sangat penasaran dan ingin tahu siapa pria yang tengah bersama Oliv saat ini?Keduanya juga terlihat asyik mengobrol dan tak berhenti saking menatap satu sama lain. Dan disaat yang bersamaan itu juga Devan merasakan dadanya sesak, serasa panas terbakar."Aneh!" gumamnya tersenyum geli.Mungkin Devan perhatian pada Oliv karena gadis itu bekerja di toko buku miliknya. Meskipun terkesan sombong, dingin dan juga cuek. Tapi bukan berarti Devan tidak memperhatikan para pekerjanya. Hanya saja ia tidak kelihatan terlalu mencolok menunjukkan sikap perhatiannya. Dan jujur saja, Devan memang lebih sering memperhatikan Oliv ketimbang Rahayu.Setiap satu minggu sekali Devan memang datang mengunjungi toko buku miliknya. Niatnya sih memang ingin melihat perkembangan usahanya, juga sekaligus melihat Oliv dan se

  • Si gadis kutil    Lima

    Oliv meringis karena tidak bisa keluar dari situasi ini. Bahkan bos dinginnya kini menuntut jawaban darinya.Menghela nafas sejenak akhirnya Oliv pasrah mengatakan semuanya pada Devan yang awalnya sempat syok. Namun kembali tenang sembari tetap mendengarkan ucapan Oliv."Jadi, hal apa yang membuat pria itu mundur?"Mila gelagapan, menelan kasar air liurnya sendiri. "I-itu karena....""Apa, Liv? Kok kamu dari tadi gugup dan ngomongnya gagap gitu?""E-enggak kok, Pak." Oliv menggeleng."Itu buktinya, k—" ucapan Devan terhenti begitu mendengar suara Adam Levine yang mengalun merdu.Lantas dengan cepat Devan merogoh saku celananya, menatap sebuah nama dilayar ponselnya."Sebentar ya," ucap Devan meminta waktu sebentar pada Oliv yang mengangguk.Devan memunggungi Oliv seraya mengangkat panggilan tersebut. Oliv menatap pun

  • Si gadis kutil    Enam

    Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua."Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali.""Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"

  • Si gadis kutil    Tujuh

    Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken

  • Si gadis kutil    Delapan

    Ketika pagi tiba Oliv yang sudah terbangun dari tidurnya nyenyaknya langsung bangkit dari ranjang. Melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin milik Rahayu."Wow!" satu hal yang membuat Oliv berdecak kagum adalah kebiasaan Rahayu yang pembersih dan rajin berbelanja untuk kebutuhan isi kulkasnya yang tak pernah kosong.Rahayu terlihat bar-bar dan berantakan diluar, tapi aslinya siapa yang menyangka? Oliv mengambil beberapa macam bahan makanan yang akan ia olah untuk sarapan ini.Semua bahan tersebut ia potong-potong sesuai selera. Yap, Oliv akan membuat sarapan yang simpel saja. Salad sayur, dan sandwich saja.Selesai membuat sarapan Oliv membersihkan peralatan masak yang kotor kemudian membangunkan si kebo yang tidur di sofa ruang tamu."Bangun!" Oliv membangunkan dengan cara menepuk-nepuk bahu abangnya.Namun sayangnya Olano sama sekali tak terusik tidurnya. Oliv

  • Si gadis kutil    Sembilan

    Devan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab segala pertanyaan yang akan Oliv lontarkan. Bagaimanapun juga pastilah wanita di depannya ini merasa curiga soal insiden tadi malam.Begitu sigapnya Devan langsung membawa sang adik tercintanya dan juga sepupu gesreknya keluar dari club malam. Yang tentu saja itu menimbulkan kecurigaan bagi Oliv.Devan baru tahu jika pria yang bersama Rahayu adalah abangnya Oliv. Dan Devan juga baru tahu kalau Olano adalah kekasih dari adiknya, Adel alias Ade Tiwi.Aishh, betapa tak sukanya Devan dengan nama pena sang adik.Dekan yang memberitahukan informasi itu padanya. Hal itu pun Dekan dapatkan dari Adel yang sempat memarahinya karena Dekan yang suka sekali menjahili Oliv dan Rahayu. Tentu saja Adel marah jika Oliv ikut kena imbas kejahilan Dekan, padahal gadis yang Dekan sukai adalah Rahayu. Jadi Rahayu saja yang seharusnya Dekan jahili dan bukannya calon adik iparnya,

  • Si gadis kutil    Sepuluh

    Diantara ketiga pria ini sepertinya yang paling heboh cuma pria menyebalkan ini. Oliv menggeram kesal, seheboh-hebohnya Olano tetapi tidak sebising Dekan. Ah iya, Oliv baru ingat namanya.Seakan tak merasa lelah mulut Dekan terus bicara, menyerocos tak jelas hingga membuat Oliv dan Rahayu merasa muak."Diamlah Dekan. Kau membuatku mereka berdua merasa bosan." titah Devan ikut kesal melihat tingkah sepupunya. Mulut bawelnya yang terlalu banyak bicara itu sedikit banyaknya membuat orang bosan dan muak."Loh, apa iya aku ngebosenin dan bikin kesal?" tanya Dekan begitu percaya dirinya. Lalu, ia mencolek lengan Rahayu yang kebetulan duduk di sampingnya. "Aku ngebosenin ya?" tanyanya pada Rahayu yang nyengir kemudian dengan terpaksa menggelengkan kepala."Nah, enggak tuh. Iya kan, Oliv?" Dekan meminta pendapat Oliv yang duduknya persis di samping Rahayu.Sama seperti Rahayu, Oliv pun masih menjaga perasaan dengan menghargai

  • Si gadis kutil    Sebelas

    Pagi hari Olano sudah membuat heboh seantero rumah hanya karena habis membaca balasan chat dari Adel, kekasihnya.Sedari bangun tidur tadi bahkan Olano sudah merecoki Oliv yang pembawaan dirinya selalu terlihat tenang. Namun kali ini ketenangan dalam dirinya seakan lenyap begitu saja gara-gara kebisingan sang abang."Dia juga merasakan hal yang sama sepertimu," beritahu Olano sebelum Oliv sempat bertanya."Ini," dengan penuh semangat Olano menunjukkan layar ponselnya pada Oliv yang menganga saat membaca ruang chat antara abangnya dan Adel yang rupanya membahas antara ia dan Devan."Apa-apaan ini?" lirih Oliv tak percaya. Sementara Olano asyik menggodanya dengan kedua alis yang naik turun secara bergantian.Merasa tindakannya ini adalah hal yang benar dan mulia Olano pun merasa sangat bangga pada dirinya. Tak tahu bagaimana perubahan wajah Oliv yang malu sekaligus kesal."Kalian berdua keterlaluan!" hardiknya tak

Latest chapter

  • Si gadis kutil    Duapuluhlima

    Ekstra part.Beberapa bulan kemudian....Devan dan Oliv merasa pusing sekali dibuat sepasang kekasih yang tengah sibuk berdebat memilih konsep untuk acara pesta pernikahan mereka nanti.Siapa lagi kalau bukan Dekan dan Rahayu saling tak mau mengalah. Rahayu ingin pesta pernikahan yang paling mewah, berbanding terbalik dengan Dekan yang justru ingin pesta pernikahan yang sederhana."Pokoknya aku mau pesta pernikahan yang megah, pesta pernikahan yang besar-besaran." ucap Rahayu bersikeras."Iya sayang, aku ngerti. Tapi apa gak buang-buang duit banyak kalau pestanya terlalu mewah kali?""Loh, memangnya kenapa? Gak apa-apa dong uang kamu terkuras banyak untuk pesta pernikahan kita. Kan sekali seumur hidup, jadi apa ruginya? Toh, untuk acara kita berdua juga. Benar gak Van, Liv?" tanya Rahayu meminta persetujuan dari pasutri itu yang terlihat kelagapan menjawabnya.

  • Si gadis kutil    Duapuluhempat

    "Oliv?" panggil Devan gemas, pasalnya gadis itu hanya diam saja. Tak memberi jawaban atas pertanyaannya.Padahal Devan sudah sangat berharap sekali gadis pujaan hatinya ini langsung memberikan jawaban untuknya.Apapun itu, mau diterima atau tidak. Devan sudah menyiapkan dirinya. Ya walaupun dia sangat berharap Oliv menjawab. Ya, aku mau.Tapi, kalaupun tidak, ya sudah tidak apa-apa. Devan akan berusaha berlapang dada menerimanya."Kamu tidak ingin menjawab lamaranku?" goda Devan menyentuh lembut pipi Oliv dan kembali mengecup punggung tangannya."Oliv, aku—""Kamu serius?" sela Oliv balik bertanya. "Devan, kamu serius dengan ucapan kamu ini?""Ya, tentu saja. Kenapa tidak?""Aku takut.""Takut kenapa?" tanya Devan dengan dahi berkerut."Aku takut kalau kamu bukan cinta sejatiku. Uhm, maksudnya, aku t

  • Si gadis kutil    Duapuluhtiga

    Devan kembali memikirkan ucapan si nenek misterius waktu itu. Dimana si nenek memberi saran baik untuknya dalam menjaga serta melindungi Oliv."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia.""Perasaan bimbang dan keragu-raguan?" gumam Devan sedikit bingung dengan dua kata itu.Memang apa sebenarnya yang tengah membebani pikiran Oliv sehingga gadis itu kerap merasa bimbang dan ragu? pikir Devan bertanya-tanya."Apa aku harus tanya langsung aja ya sama Oliv?" ujar Devan bermonolog."Mau tanya apa?"Devan langsung berbalik badan saat mendengar sebuah suara yang sangat dikenalnya. Kedua sudut bibirnya bergerak membentuk sebuah senyuman manis menyambut kedatangan Oliv yang secara

  • Si gadis kutil    Duapuluhdua

    Devan kaget dan bingung dengan reaksi tiba-tiba dari Oliv yang menjerit histeris. Bahkan belum sempat baginya bertanya Oliv malah main nyelonong pergi begitu saja.Saat Devan bergerak hendak menyusul Oliv, si nenek mencekal lengannya. Devan menoleh dengan raut bingung."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia."Devan tak terlalu begitu mendengarkannya dengan jelas. Namun ia tetap menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada sang nenek serta meminta maaf atas nama Oliv yang telah bertindak tak sopan."Oliv?!" jerit Devan memanggil Oliv yang entah sudah pergi kemana."Kemana sih dia perginya?" gumam Devan ngomel. Bukannya apa, Devan khawatir pada Oliv yang main kabur gitu aja di tempat baru seperti ini pula.Kan, ini

  • Si gadis kutil    Duapuluhsatu

    Dua minggu kemudian....Hari ini Devan menyempatkan diri untuk datang berkunjung ke rumah Oliv disela-sela kesibukannya yang lumayan padat. Rencananya, hari ini ia ingin mengajak Oliv ke suatu tempat.Namun Devan masih merahasiakan tujuannya, sehingga membuat Oliv menjadi sangat penasaran. Akan dibawa kemanakah fotonya oleh Devan?"Aku semakin penasaran," ucap Oliv menoleh pada Devan yang saat ini tengah fokus menyetir.Devan tersenyum menyeringai, "kenapa? Kamu berpikiran kalau aku ingin menyulik kamu gitu?""Bukan gitu...." elak Oliv memprotes asumsi Devan. "Saya cuma penasaran aja kemana Bapak akan membawa saya.""Hah, formal lagi." gantian kali ini Devan yang memprotes cara gaya bicara Oliv yang kembali formal padanya. "Dan apa itu? Bapak?"Oliv mengangguk, "lalu saya harus panggil anda apa?"Devan melirik kesal Oliv sekilas, "menyebalkan!" cibirnya tak suka. Sementara Oliv mati-mat

  • Si gadis kutil    Duapuluh

    "Apa? Kutil?" pekik Devan kaget. Beberapa saat yang lalu Oliv sudah mengatakannya pada Devan mengenai rahasia yang selama ini ia tutupi."D-dimana?" tanya Devan ingin tahu pasti letak keberadaan kutil-kutil di tangan Oliv."Ini!" Oliv memperlihatkan telapak tangannya pada Devan serta menunjuk dimana saja letak kutil-kutilnya."Lumayan banyak ya," ucap Devan menatap lekat kutil-kutil di jari jemari tangan Oliv yang terlihat lebih menonjol daripada yang di telapak tangannya."Susah berapa lama ini?" tanya Devan antusias dan juga penasaran."Beberapa tahun yang lalu."Devan mengangguk, "memang apa saja yang kamu makan selama ini?""M-maksudnya? Ya, makan nasi sama sayur mayur dan juga lauk pauk." sahut Oliv sewot. "Memang Bapak mikirnya saya makan apa? Ya kali saya makan besi dan baja gitu?""Memang kalau makan besi dan baja beneran bisa jadi kutilan kayak gitu?" Devan balik bertanya dengan begi

  • Si gadis kutil    Sembilanbelas

    Devan tak bisa mengalihkan perhatiannya ketika suara langkah-langkah kaki memasuki ruang tamu dan mendekat padanya. Matanya begitu terfokus menatap wajah cantik Oliv yang harusnya tersenyum menyambut kedatangannya, namun wajah Oliv justru cemberut seakan tak suka dengan kedatangannya.Mama Oliv tersenyum manis pada Devan seraya menarik sedikit Oliv agar lebih mendekat padanya."Kalian berdua mengobrolah, Tante mau ke dapur dulu buat minum." ucap mama Oliv berusaha mendudukkan sang anak agar duduk di sofa dekat Devan.Oliv ingin memprotes apa yang dilakukan mamanya, tapi dengan cepat sang mama mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum manis dan setelahnya berlalu pergi menuju dapur.Oliv berdeham sekali dan membuang pandangannya ke arah lain, kemana saja asalkan bukan ke arah Devan yang saat ini justru terlihat bingung.Ia tatap Oliv yang enggan menatapnya, Devan tau itu tapi ia memilih

  • Si gadis kutil    Delapanbelas

    Rahayu mengigit bibir bawahnya cukup kuat nyaris berdarah jika saja Dekan tak mengentikannya."Kamu tenang dulu ya, kita berdua akan menjelaskannya pelan-pelan sama Devan. Dia pasti ngerti kok."Rahayu menggeleng lemah, "gak akan bisa dimengerti untuk orang yang keceplosan beb.""Ya, tapi masa Devan akan marah-marah terus pecat kamu hanya gara-gara masalah ini." protes Dekan tak terima. Rahayu memang salah karena secara tak sengaja sudah keceplosan memberitahukan misi keduanya pada Oliv. Tapi, itu kan karena keceplosan yang tidak disengaja.Eh, terus kalau Rahayu yang bercerita padanya mengenai masalah ini termasuk keceplosan juga gak ya?"Kamu juga awalnya gak tau mengenai ini, tapi karena aku yang kelewat panik terus ngadu ke kamu pada akhirnya juga ceritain masalah ini ke kamu." Dekan mengangguk lemah, "itu artinya sudah dua orang yang tau rencana kami berdua ini. Kamu dan Oliv." Dekan kembali mengangguk lemah."Hu

  • Si gadis kutil    Tujuhbelas

    Ternyata Oliv tidak main-main dengan ucapannya kemarin pada sang abang. Ia benar-benar Mengundurkan diri dari tempatnya bekerja."Kenapa tiba-tiba begini?" tanya Devan terlihat marah dan tak terima.Sebisa mungkin Oliv bersikap santai, tak mau sedikitpun terbawa suasana dan emosi. "Karena saya ingin membuka usaha sendiri, Pak.""Usaha sendiri?" Oliv mengangguk. "Usaha sendiri seperti apa?""Jualan online."Devan memijit pelipisnya, ini terlalu mendadak sekali untuknya. Kenapa tiba-tiba begini Oliv mengundurkan diri."Saya ada salah ya sama kamu?""Tidak sama sekali, Pak.""Lalu kenapa kamu mendadak mengundurkan diri seperti ini, Liv?""Maaf Pak. Tadi saya sudah menjelaskan alasan saya berhenti bekerja. Jadi, saya tidak akan mengulanginya lagi.""Baik," Devan menganggukkan kepalanya. "Saya terima surat peng

DMCA.com Protection Status