Oliv meringis karena tidak bisa keluar dari situasi ini. Bahkan bos dinginnya kini menuntut jawaban darinya.
Menghela nafas sejenak akhirnya Oliv pasrah mengatakan semuanya pada Devan yang awalnya sempat syok. Namun kembali tenang sembari tetap mendengarkan ucapan Oliv.
"Jadi, hal apa yang membuat pria itu mundur?"
Mila gelagapan, menelan kasar air liurnya sendiri. "I-itu karena...."
"Apa, Liv? Kok kamu dari tadi gugup dan ngomongnya gagap gitu?"
"E-enggak kok, Pak." Oliv menggeleng.
"Itu buktinya, k—" ucapan Devan terhenti begitu mendengar suara Adam Levine yang mengalun merdu.
Lantas dengan cepat Devan merogoh saku celananya, menatap sebuah nama dilayar ponselnya.
"Sebentar ya," ucap Devan meminta waktu sebentar pada Oliv yang mengangguk.
Devan memunggungi Oliv seraya mengangkat panggilan tersebut. Oliv menatap punggung Devan sesaat sambil mencuri dengar pembicaraan Devan dengan lawan bicaranya di seberang telepon.
"Ya, nanti kita bicarakan lagi." ucap Devan sebelum menerima sambungan dan berbalik.
"Oliv—" ucapannya menggantung begitu saja kala netra hitamnya tak melihat gadis itu.
Oliv ternyata sudah melarikan diri darinya semenjak beberapa menit yang lalu. Sedikit menggeram kesal Devan sebab ia belum mendengar jawaban mengenai laki-laki kemarin yang menolak Oliv.
Kira-kira apa alasan pria itu menolak Oliv yang cantik dan mungil?
Sebentar, Devan mengakui Oliv cantik? Devan pun mengulum senyum geli saat kata itu muncul begitu saja.
Kalau mungil, harus Devan akui jika Oliv memang mungil dan juga seksi. Gadis itu mungil namun montok di beberapa bagian tertentu ditubuhnya.
Astaga! Sejak kapan Devan jadi semesum ini hanya karena seorang gadis bernama Oliv?
Rahayu menatap aneh Oliv yang datang dengan raut wajah panik dan nafas ngos-ngosan.
"Habis lari maraton lo?" cibir Rahayu bertanya.
Oliv menggeleng lalu menyerahkan buku pesanan teman Rahayu. "Tau gini, mendingan lo aja tadi yang ambil." ujar Oliv merasa menyesal. Sebab karena buku inilah insiden tadi terjadi menimpa dirinya dan membuat ia berada dalam situasi yang menyesakkan bersama Devan.
Syukurlah Oliv berhasil kabur dari pria itu, dan untungnya Devan tak ikut menyusul kenari. Jika seandainya tadi Oliv tetap berada di sana sampai pria itu selesai bertelepon ria, Oliv yakin pasti Devan akan kembali memaksanya untuk menjawab soal di cafe kemarin.
"Lah, kan, lo sendiri yang menawarkan diri." ucap Rahayu mengingatkan, "lagian lo ambil buku gini aja lama banget dah. Ngapain aja sih?"
"Gak ada," Oliv menggeleng panik.
"Ya ampun, biasa aja dong lo bilang gak adanya." Rahayu berdecak kesal.
"Eh, oh iya. Si bos tadi datang-datang juga nyariin lo tuh."
"Apa?!" Oliv terperanjat kaget mendengarnya. "Nyariin gue mau ngapain?"
"Ya mana gue tau," Rahayu mengendikkan kedua bahunya. "Memang tadi lo gak lihat dia?" Oliv menggeleng.
"Gue ambil buku itu aja juga kesusahan."
"Makanya tinggi." Rahayu menjulurkan lidahnya.
Oliv tak begitu menanggapinya karena ia tau jika Rahayu hanya menggodanya saja dan bukannya bermaksud mengejek dirinya.
***
Netra hitam Devan tak berkedip sama sekali kala matanya melihat sebuah foto profil seorang wanita cantik di salah satu media sosial wanita tersebut.
Ibu jari Devan bergeser ke kanan dan matanya kembali melihat foto lainnya, begitu seterusnya hingga sampai di foto terakhir.
Tanpa pikir panjang Devan menyimpan semua foto-foto Oliv walau tak begitu banyak. Tapi cukup membuat dirinya senang.
Tadinya Devan hanya iseng-iseng aja mencoba mencari akun Oliv. Namun siapa sangka dari keisengannya itu ia benar-benar menemukan akun media sosial asli milik pribadi Oliv.
Dari situ Devan tau kalau Oliv ternyata tak begitu suka bermain media sosial. Terlihat dari postingan terakhir gadis itu sekitar tiga bulan yang lalu. Dan postingan-postingan dibawah juga yang lama-lama sekali.
Jadi bisa Devan simpulkan bahwa Oliv bukanlah seseorang yang dikit-dikit selalu bikin status. Namun yang menarik disini adalah postingan-postingan Oliv yang lebih banyak kata-kata ketimbang foto ataupun video. Devan mencoba mencerna setiap postingan demi postingan Oliv, gadis itu dibalik sifat cerianya ternyata juga bisa bersedih.
Devan menyudahi acara menyelidiki akun media sosial Oliv. Perutnya terasa keroncongan hebat minta diisi, dan Devan putuskan untuk beranjak ke dapur untuk melihat apakah ada makanan yang disediakan sang adik tercinta atau tidak.
Nyatanya tidak ada. Itu artinya sang adik tidak datang ke apartemennya. Devan berdecak kesal, tidak ada makanan sama sekali dan itu artinya ia harus memasak jika ingin makan malam untuk membuat perutnya kenyang.
Devan membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa telur yang memang sengaja stoknya ia banyakan ketimbang bahan-bahan makanan yang lainnya.
Omelette adalah pilihan makan malam Devan. Selain mudah membuatnya, rasanya juga sangat enak.
Sekitar sepuluh menit kemudian omelette buatan Devan telah selesai dan siap ia santap dengan sepiring nasi putih hangat. Hmm, yummy!
Ah, sayang sekali tidak ada kecap. Padahal kalau ada maka akan lebih nikmat rasanya. Tapi, tidak apa-apa. Seperti ini saja sudah mantap.
Selesai makan dan mencuci peralatan makan yang kotor, Devan beranjak menuju kamarnya dan mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di ranjang.
Olivvv97 : what true love is there?
Devan terbelalak kaget membaca postingan yang baru saja Oliv bagikan. Jari jemarinya gatal sekali ingin berkomentar, dan tanpa pikir panjang Devan pun akhirnya menuliskan komentar di postingan Oliv tersebut.
DevanSatyasa1: tentu saja ada.
Komentar sudah terkirim dan Devan sangat tidak sabar menunggu balasan komentar dari Oliv. Tapi sayangnya gadis itu ternyata sudah off sejak beberapa menit yang lalu sebelum Devan memberikan komentar.
Menggeram frustasi karena tindakannya sedikit telat, Devan akhirnya memutuskan untuk tidur. Tubuhnya sudah menjerit minta beristirahat.
Keesokan paginya, Oliv yang baru bangun tidur langsung mengecek ponselnya. Matanya terbelalak kaget saat mendapatkan banyaknya notifikasi komentar pada postingannya tadi malam.
"Devan Satyasa, siapa ya?" gumam Oliv bertanya-tanya. Pasalnya akun media sosial itu tidak pakai foto profil dan lagian juga akunnya bersifat pribadi.
Dan tak hanya satu komentar saja yang Oliv baca, dibawahnya komentar dari akun yang tidak ia kenal itu ternyata banyak. Salah satunya komentar dari teman sejawatnya, Rahayu.
Rahayucantieq08 : gak ada, kalau untuk lo Liv. Hahaha 🤪
Oliv ikut tertawa membaca komentar konyol Rahayu yang memang sangat suka menggodanya. Gak secara langsung maupun lewat komentar seperti ini.
Tapi Oliv tak menampik bahwa Rahayu adalah teman yang sangat baik dan juga asyik. Ya walau mulutnya memang suka mencibir orang lain.
Pertemanan keduanya sudah terjalin semenjak mereka berdua kerja di toko buku milik Devan. Eh, sebentar. Mengingat nama bos dinginnya tiba-tiba saja Oliv menduga sesuatu hal.
"Jangan-jangan...."
Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua."Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali.""Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"
Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken
Ketika pagi tiba Oliv yang sudah terbangun dari tidurnya nyenyaknya langsung bangkit dari ranjang. Melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin milik Rahayu."Wow!" satu hal yang membuat Oliv berdecak kagum adalah kebiasaan Rahayu yang pembersih dan rajin berbelanja untuk kebutuhan isi kulkasnya yang tak pernah kosong.Rahayu terlihat bar-bar dan berantakan diluar, tapi aslinya siapa yang menyangka? Oliv mengambil beberapa macam bahan makanan yang akan ia olah untuk sarapan ini.Semua bahan tersebut ia potong-potong sesuai selera. Yap, Oliv akan membuat sarapan yang simpel saja. Salad sayur, dan sandwich saja.Selesai membuat sarapan Oliv membersihkan peralatan masak yang kotor kemudian membangunkan si kebo yang tidur di sofa ruang tamu."Bangun!" Oliv membangunkan dengan cara menepuk-nepuk bahu abangnya.Namun sayangnya Olano sama sekali tak terusik tidurnya. Oliv
Devan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab segala pertanyaan yang akan Oliv lontarkan. Bagaimanapun juga pastilah wanita di depannya ini merasa curiga soal insiden tadi malam.Begitu sigapnya Devan langsung membawa sang adik tercintanya dan juga sepupu gesreknya keluar dari club malam. Yang tentu saja itu menimbulkan kecurigaan bagi Oliv.Devan baru tahu jika pria yang bersama Rahayu adalah abangnya Oliv. Dan Devan juga baru tahu kalau Olano adalah kekasih dari adiknya, Adel alias Ade Tiwi.Aishh, betapa tak sukanya Devan dengan nama pena sang adik.Dekan yang memberitahukan informasi itu padanya. Hal itu pun Dekan dapatkan dari Adel yang sempat memarahinya karena Dekan yang suka sekali menjahili Oliv dan Rahayu. Tentu saja Adel marah jika Oliv ikut kena imbas kejahilan Dekan, padahal gadis yang Dekan sukai adalah Rahayu. Jadi Rahayu saja yang seharusnya Dekan jahili dan bukannya calon adik iparnya,
Diantara ketiga pria ini sepertinya yang paling heboh cuma pria menyebalkan ini. Oliv menggeram kesal, seheboh-hebohnya Olano tetapi tidak sebising Dekan. Ah iya, Oliv baru ingat namanya.Seakan tak merasa lelah mulut Dekan terus bicara, menyerocos tak jelas hingga membuat Oliv dan Rahayu merasa muak."Diamlah Dekan. Kau membuatku mereka berdua merasa bosan." titah Devan ikut kesal melihat tingkah sepupunya. Mulut bawelnya yang terlalu banyak bicara itu sedikit banyaknya membuat orang bosan dan muak."Loh, apa iya aku ngebosenin dan bikin kesal?" tanya Dekan begitu percaya dirinya. Lalu, ia mencolek lengan Rahayu yang kebetulan duduk di sampingnya. "Aku ngebosenin ya?" tanyanya pada Rahayu yang nyengir kemudian dengan terpaksa menggelengkan kepala."Nah, enggak tuh. Iya kan, Oliv?" Dekan meminta pendapat Oliv yang duduknya persis di samping Rahayu.Sama seperti Rahayu, Oliv pun masih menjaga perasaan dengan menghargai
Pagi hari Olano sudah membuat heboh seantero rumah hanya karena habis membaca balasan chat dari Adel, kekasihnya.Sedari bangun tidur tadi bahkan Olano sudah merecoki Oliv yang pembawaan dirinya selalu terlihat tenang. Namun kali ini ketenangan dalam dirinya seakan lenyap begitu saja gara-gara kebisingan sang abang."Dia juga merasakan hal yang sama sepertimu," beritahu Olano sebelum Oliv sempat bertanya."Ini," dengan penuh semangat Olano menunjukkan layar ponselnya pada Oliv yang menganga saat membaca ruang chat antara abangnya dan Adel yang rupanya membahas antara ia dan Devan."Apa-apaan ini?" lirih Oliv tak percaya. Sementara Olano asyik menggodanya dengan kedua alis yang naik turun secara bergantian.Merasa tindakannya ini adalah hal yang benar dan mulia Olano pun merasa sangat bangga pada dirinya. Tak tahu bagaimana perubahan wajah Oliv yang malu sekaligus kesal."Kalian berdua keterlaluan!" hardiknya tak
Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken
Oliv melotot horor dengan apa yang terjadi saat ini, bagaimana bisa Devan begitu nekat mencium bibirnya. Tidak, sebenarnya hanya menempelkan bibir tapi itu pun sudah membuat tubuhnya kaku seketika."Kalau kamu mencoba teriak lagi, maka aku akan cium kamu beneran disini." ancam Devan setelah melepaskan bibirnya di bibir Oliv yang sontak mendelik mendengarnya.Ancaman macam apa itu? batin Oliv mendengus kesal.Oliv ingin menyuarakan protesan dan amarahnya pada ancaman Devan barusan. Namun ia lebih memilih menahannya karena takut jika Devan beneran melakukan ancamannya tersebut."Bapak, kenapa bisa disini?" tanya Oliv dengan nada pelan dan lembut.Sejujurnya hal itulah yang sedari tadi membuatnya penasaran, bagaimana bisa Devan ada di depan kamarnya. Memangnya kemana semua orang-orang di ruang makan tadi?"Mereka menyuruhku untuk menyusulmu.""Hah?" Oliv terp
Ekstra part.Beberapa bulan kemudian....Devan dan Oliv merasa pusing sekali dibuat sepasang kekasih yang tengah sibuk berdebat memilih konsep untuk acara pesta pernikahan mereka nanti.Siapa lagi kalau bukan Dekan dan Rahayu saling tak mau mengalah. Rahayu ingin pesta pernikahan yang paling mewah, berbanding terbalik dengan Dekan yang justru ingin pesta pernikahan yang sederhana."Pokoknya aku mau pesta pernikahan yang megah, pesta pernikahan yang besar-besaran." ucap Rahayu bersikeras."Iya sayang, aku ngerti. Tapi apa gak buang-buang duit banyak kalau pestanya terlalu mewah kali?""Loh, memangnya kenapa? Gak apa-apa dong uang kamu terkuras banyak untuk pesta pernikahan kita. Kan sekali seumur hidup, jadi apa ruginya? Toh, untuk acara kita berdua juga. Benar gak Van, Liv?" tanya Rahayu meminta persetujuan dari pasutri itu yang terlihat kelagapan menjawabnya.
"Oliv?" panggil Devan gemas, pasalnya gadis itu hanya diam saja. Tak memberi jawaban atas pertanyaannya.Padahal Devan sudah sangat berharap sekali gadis pujaan hatinya ini langsung memberikan jawaban untuknya.Apapun itu, mau diterima atau tidak. Devan sudah menyiapkan dirinya. Ya walaupun dia sangat berharap Oliv menjawab. Ya, aku mau.Tapi, kalaupun tidak, ya sudah tidak apa-apa. Devan akan berusaha berlapang dada menerimanya."Kamu tidak ingin menjawab lamaranku?" goda Devan menyentuh lembut pipi Oliv dan kembali mengecup punggung tangannya."Oliv, aku—""Kamu serius?" sela Oliv balik bertanya. "Devan, kamu serius dengan ucapan kamu ini?""Ya, tentu saja. Kenapa tidak?""Aku takut.""Takut kenapa?" tanya Devan dengan dahi berkerut."Aku takut kalau kamu bukan cinta sejatiku. Uhm, maksudnya, aku t
Devan kembali memikirkan ucapan si nenek misterius waktu itu. Dimana si nenek memberi saran baik untuknya dalam menjaga serta melindungi Oliv."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia.""Perasaan bimbang dan keragu-raguan?" gumam Devan sedikit bingung dengan dua kata itu.Memang apa sebenarnya yang tengah membebani pikiran Oliv sehingga gadis itu kerap merasa bimbang dan ragu? pikir Devan bertanya-tanya."Apa aku harus tanya langsung aja ya sama Oliv?" ujar Devan bermonolog."Mau tanya apa?"Devan langsung berbalik badan saat mendengar sebuah suara yang sangat dikenalnya. Kedua sudut bibirnya bergerak membentuk sebuah senyuman manis menyambut kedatangan Oliv yang secara
Devan kaget dan bingung dengan reaksi tiba-tiba dari Oliv yang menjerit histeris. Bahkan belum sempat baginya bertanya Oliv malah main nyelonong pergi begitu saja.Saat Devan bergerak hendak menyusul Oliv, si nenek mencekal lengannya. Devan menoleh dengan raut bingung."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia."Devan tak terlalu begitu mendengarkannya dengan jelas. Namun ia tetap menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada sang nenek serta meminta maaf atas nama Oliv yang telah bertindak tak sopan."Oliv?!" jerit Devan memanggil Oliv yang entah sudah pergi kemana."Kemana sih dia perginya?" gumam Devan ngomel. Bukannya apa, Devan khawatir pada Oliv yang main kabur gitu aja di tempat baru seperti ini pula.Kan, ini
Dua minggu kemudian....Hari ini Devan menyempatkan diri untuk datang berkunjung ke rumah Oliv disela-sela kesibukannya yang lumayan padat. Rencananya, hari ini ia ingin mengajak Oliv ke suatu tempat.Namun Devan masih merahasiakan tujuannya, sehingga membuat Oliv menjadi sangat penasaran. Akan dibawa kemanakah fotonya oleh Devan?"Aku semakin penasaran," ucap Oliv menoleh pada Devan yang saat ini tengah fokus menyetir.Devan tersenyum menyeringai, "kenapa? Kamu berpikiran kalau aku ingin menyulik kamu gitu?""Bukan gitu...." elak Oliv memprotes asumsi Devan. "Saya cuma penasaran aja kemana Bapak akan membawa saya.""Hah, formal lagi." gantian kali ini Devan yang memprotes cara gaya bicara Oliv yang kembali formal padanya. "Dan apa itu? Bapak?"Oliv mengangguk, "lalu saya harus panggil anda apa?"Devan melirik kesal Oliv sekilas, "menyebalkan!" cibirnya tak suka. Sementara Oliv mati-mat
"Apa? Kutil?" pekik Devan kaget. Beberapa saat yang lalu Oliv sudah mengatakannya pada Devan mengenai rahasia yang selama ini ia tutupi."D-dimana?" tanya Devan ingin tahu pasti letak keberadaan kutil-kutil di tangan Oliv."Ini!" Oliv memperlihatkan telapak tangannya pada Devan serta menunjuk dimana saja letak kutil-kutilnya."Lumayan banyak ya," ucap Devan menatap lekat kutil-kutil di jari jemari tangan Oliv yang terlihat lebih menonjol daripada yang di telapak tangannya."Susah berapa lama ini?" tanya Devan antusias dan juga penasaran."Beberapa tahun yang lalu."Devan mengangguk, "memang apa saja yang kamu makan selama ini?""M-maksudnya? Ya, makan nasi sama sayur mayur dan juga lauk pauk." sahut Oliv sewot. "Memang Bapak mikirnya saya makan apa? Ya kali saya makan besi dan baja gitu?""Memang kalau makan besi dan baja beneran bisa jadi kutilan kayak gitu?" Devan balik bertanya dengan begi
Devan tak bisa mengalihkan perhatiannya ketika suara langkah-langkah kaki memasuki ruang tamu dan mendekat padanya. Matanya begitu terfokus menatap wajah cantik Oliv yang harusnya tersenyum menyambut kedatangannya, namun wajah Oliv justru cemberut seakan tak suka dengan kedatangannya.Mama Oliv tersenyum manis pada Devan seraya menarik sedikit Oliv agar lebih mendekat padanya."Kalian berdua mengobrolah, Tante mau ke dapur dulu buat minum." ucap mama Oliv berusaha mendudukkan sang anak agar duduk di sofa dekat Devan.Oliv ingin memprotes apa yang dilakukan mamanya, tapi dengan cepat sang mama mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum manis dan setelahnya berlalu pergi menuju dapur.Oliv berdeham sekali dan membuang pandangannya ke arah lain, kemana saja asalkan bukan ke arah Devan yang saat ini justru terlihat bingung.Ia tatap Oliv yang enggan menatapnya, Devan tau itu tapi ia memilih
Rahayu mengigit bibir bawahnya cukup kuat nyaris berdarah jika saja Dekan tak mengentikannya."Kamu tenang dulu ya, kita berdua akan menjelaskannya pelan-pelan sama Devan. Dia pasti ngerti kok."Rahayu menggeleng lemah, "gak akan bisa dimengerti untuk orang yang keceplosan beb.""Ya, tapi masa Devan akan marah-marah terus pecat kamu hanya gara-gara masalah ini." protes Dekan tak terima. Rahayu memang salah karena secara tak sengaja sudah keceplosan memberitahukan misi keduanya pada Oliv. Tapi, itu kan karena keceplosan yang tidak disengaja.Eh, terus kalau Rahayu yang bercerita padanya mengenai masalah ini termasuk keceplosan juga gak ya?"Kamu juga awalnya gak tau mengenai ini, tapi karena aku yang kelewat panik terus ngadu ke kamu pada akhirnya juga ceritain masalah ini ke kamu." Dekan mengangguk lemah, "itu artinya sudah dua orang yang tau rencana kami berdua ini. Kamu dan Oliv." Dekan kembali mengangguk lemah."Hu
Ternyata Oliv tidak main-main dengan ucapannya kemarin pada sang abang. Ia benar-benar Mengundurkan diri dari tempatnya bekerja."Kenapa tiba-tiba begini?" tanya Devan terlihat marah dan tak terima.Sebisa mungkin Oliv bersikap santai, tak mau sedikitpun terbawa suasana dan emosi. "Karena saya ingin membuka usaha sendiri, Pak.""Usaha sendiri?" Oliv mengangguk. "Usaha sendiri seperti apa?""Jualan online."Devan memijit pelipisnya, ini terlalu mendadak sekali untuknya. Kenapa tiba-tiba begini Oliv mengundurkan diri."Saya ada salah ya sama kamu?""Tidak sama sekali, Pak.""Lalu kenapa kamu mendadak mengundurkan diri seperti ini, Liv?""Maaf Pak. Tadi saya sudah menjelaskan alasan saya berhenti bekerja. Jadi, saya tidak akan mengulanginya lagi.""Baik," Devan menganggukkan kepalanya. "Saya terima surat peng