แชร์

4. Saya Tidak Ingat!

ผู้เขียน: Zila Aicha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-06 16:15:39

"Sir, saya masih sulit mempercayainya." Jack berkata dengan sangat jujur.

Hugh langsung tersenyum lembut pada Jack. "Aku mengerti. Tak mudah untuk kau mempercayainya, tapi inilah kenyataannya. Kau memang cucuku, satu-satunya cucuku, Jack."

Hugh menambahkan lagi, "Kau adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga Morland."

Pewaris kerajaan bisnis? Dirinya? Seseorang yang kerap disebut sebagai seorang pecundang? Bagaimana mungkin bisa begitu?

Jack yang kepalanya sudah dipenuhi oleh berbagai pertanyaan pun bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan? Kalau saya cucu Anda, kenapa Anda membiarkan saya hidup sendirian di panti asuhan?"

Tentu saja hal itulah yang membuat Jack kebingungan.

Hugh tidak terkejut dengan pertanyaan itu dan pria tua itu pun langsung menjawab, "Jack, kau sudah salah paham, Nak. Biar Kakek jelaskan terlebih dulu."

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ayah Jack, Joss dan ibunya, Claire sedang mengajak bermain Jack ke sebuah taman yang terletak tak jauh dari rumah keluarga besar Morland.

Suasana taman itu tidaklah terlalu ramai pada hari itu sehingga Jack dibiarkan bermain sendirian tanpa pengawal di tengah-tengah bagian taman, sementara Joss dan Claire sedang berdiskusi mengenai perayaan ulang tahun Jack yang ke sepuluh yang rencananya akan segera dirayakan secara besar-besaran.

"Namun, hal tak terduga terjadi. Muncul orang gila di sana dan dia membawamu pergi. Ayah dan ibumu berusaha mengejar orang itu tapi dia berhasil membawamu kabur dengan menggendongmu sambil berlari."

Jack mengerutkan kening ketika mendengar cerita itu. "Tapi, saya tidak ingat apapun, Tuan."

"Itu karena kau terluka, Jack. Kau sempat terjatuh dan kepalamu membentur aspal. Kemungkinan besar ingatanmu agak terganggu karena hal itu."

Hugh menahan napas, terlihat begitu berat menceritakan hal itu. "Kami berusaha mencarimu di mana-mana tapi kau tetap tak bisa ditemukan."

"Orang gila itu mungkin membawamu ke tempat persembunyiaan yang tak bisa terlihat dari CCTV." Hugh semakin terlihat tidak nyaman membicarakannya.

Jack kemudian menghela napas, "Lalu, bagaimana dengan ayah dan ibu saya? Apa yang terjadi dengan mereka, Tuan?"

"Ibumu tak sanggup menahan kesedihan dan akhirnya jatuh sakit lalu meninggal. Sedangkan ayahmu, dia begitu sedih karena kehilangan dirimu dan ibumu sekaligus jadi dia menjadi tak fokus sampai akhirnya kecelakaan. Dia tak bisa diselamatkan."

Jack tak mengerti. Bagaimana bisa orang sekaya itu mengemudi mobil sendiri?

"Apa dia menyetir sendiri? Kenapa?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung.

"Ya. Saat kejadian itu, ayahmu memilih mengemudi sendirian. Kau tahu, dia sangat terpukul atas kejadian yang menimpa keluarganya. Kakek ... tak bisa menyalahkan tindakannya yang sebenarnya memang sangat sembrono."

Jack bisa merasakan kesedihan dari mata Hugh dan laki-laki muda itu segera berkata, "Saya turut berduka cita atas segala hal buruk yang terjadi."

Hugh menggelengkan kepala, "Tapi, sekarang kau sudah kembali. Kau tahu, Jack. Kakek sangat bahagia kau telah ditemukan."

Wajahnya kini telah berseri-seri, tampak cerah.

"Dan kau akan aman di sini," tambah Hugh terlihat luar bisa senang.

Laki-laki tua itu bahkan memamerkan senyum lebarnya pada Jack yang memancarkan aura bahagia yang kental hingga Jack bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh pria tua itu.

Jack melihat sekeliling rumah itu dan bertanya, "Apa Anda tinggal sendirian di sini, Tuan?"

"Ya. Tapi sekarang ada kau, Kakek tak akan kesepian lagi."

Jawaban itu anehnya membuat hati Jack menghangat secara tiba-tiba. Untuk pertama kalinya dia merasa tidak sendirian.

"Jack, kau pasti lelah. Apa kau ingin mandi dulu? Setelah itu kita makan malam sambil berbicara lebih banyak."

"Ada banyak hal yang ingin Kakek bicarakan denganmu," lanjut Hugh.

Jack pun mengerti. Dia sendiri memang merasa tubuhnya sangat kotor.

Hugh lalu memerintah, "Gideon, bawa Tuan Muda ke kamarnya."

Melihat Jack terlihat bingung, Hugh pun menjelaskan, "Jangan khawatir! Gideon adalah salah satu orang kepercayaan Kakek. Dia akan melayanimu seperti dia melayani Kakek."

Pria bernama Gideon yang juga merupakan orang yang ikut pergi ke kantor polisi itu pun membungkuk dengan hormat pada Jack dan dengan canggung Jack mengangguk. Dia pun diantar menuju ke sebuah kamar berukuran sangat besar.

Bahkan, ukuran kamar itu berkali-kali lipat lebih besar dari kamar asramanya yang satu kamar bisa ditempati oleh empat mahasiswa. Tidak hanya luas, kamar itu juga dilengkapi dengan berbagai furniture yang lagi-lagi mewah serta desain interior yang sangat berkelas.

Baru sekarang ini Jack melihat ruangan sebesar dan semewah itu, sampai Jack berpikir bila mungkin dirinya tengah bermimpi.

"Tuan Muda, mohon tunggu sebentar. Pelayan akan segera menyiapkan air untuk Anda." Gideon berkata dengan sopan lalu hanya dalam hitungan detik, beberapa pelayan wanita dengan seragam putih hitam memasuki kamar Jack.

Gideon sendiri yang memeriksa ulang sebelum berjalan mendekat ke arah Jack yang sedang duduk di kasur mewahnya yang super lembut, "Tuan Muda, semuanya sudah siap."

Jack dengan agak sedikit linglung segera masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya dari dalam.

Jack semakin ternganga melihat betapa besarnya ukuran kamar mandi itu. Selain itu, bak mandi yang akan dia gunakan untuk mandi pun begitu besar.

Jack menyentuh air yang telah diberi bunga-bunga segar dan abun yang telah disiapkan pun membuatnya tergoda untuk mandi. Aromanya sangatlah segar hingga dirinya tak ingin menunda waktu untuk membersihkan diri lagi.

"Tak bisa dipercaya." Jack berkata saat dia mulai berendam di bak mandi putih itu.

Seumur hidupnya Jack tidak pernah sekalipun membayangkan akan bisa mandi di kamar mandi mewah seperti itu.

Selain peralatan mandi yang begitu lengkap dan mewah, handuk yang disiapkan oleh para pelayan pun juga memiliki kualitas kain yang bagus. Jack menyentuh jubah mandi putih nan lembut itu dan mulai memakainya.

"Kalau jubah mandi saja seperti ini, bagaimana dengan baju? Apa mereka juga menyiapkan bajuku?" Jack bergumam penuh penasaran

Namun, rasa penasarannya itu pun segera terjawab ketika dia keluar dari kamar mandi.

Gideon menuntutnya ke tempat khusus di bagian kanan tempat tidurnya.

Jack dibuat tak sanggup berkata-kata lagi. Ada beberapa lemari yang penuh dengan berbagai barang mewah. Ada baju, sepatu, jam tangan dan banyak hal lainnya yang jelas semuanya memiliki kualitas super bagus.

Akan tetapi, Jack bertanya dengan diluputi keheranan, "Apa ini semua untukku?"

"Ya, Tuan Muda. Itu semua milik Anda."

"Tapi, bagaimana mungkin? Ukurannya bagaimana?"

Gideon menjawab lagi, "Semua sudah disesuaikan dengan ukuran Anda, Tuan Muda."

"Bagaimana bisa?" tanya Jack penuh keheranan. Matanya sedikit membeliak lantaran tak percaya.

Gideon pun menjelaskan bila sebenarnya Hugh telah mengetahui keberadaan Jack sekitar satu minggu yang lalu. Dia pernah bertemu dengan Jack di jalan secara tak sengaja.

Dikarenakan wajah Jack yang begitu mirip dengan ayahnya, Joss Morland, Hugh langsung menaruh curiga. Dia pun diam-diam memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki Jack dan melakukan tes DNA juga untuk memastikan kecurigaannya tersebut.

"Hasilnya pun keluar tadi pagi dan Tuan Hugh segera memerintahkan kami menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Anda, Tuan Muda."

Jack luar biasa terkejut. Secepat itukah dia menyiapkan semuanya itu?

Sangat mengagumkan! Jack semakin terpana.

Namun, dia juga lega sebab Hugh berarti tidak sembarangan dalam mengambil keputusan dan mengklaim bila dirinya adalah cucu kandungnya.

Setelah berdandan cukup rapi, Jack bercermin selama beberapa detik.

Di depan sana, terlihat Jack yang sangat jauh berbeda dari biasanya.

Jack yang saat ini terlihat lebih bersih. Apa lagi, kaos yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih baik. Hanya kaos, tapi kaos itu kaos dengan merk ternama yang anehnya terlihat sangat pas di badannya.

"Mari, Tuan Muda. Tuan Hugh sudah menunggu Anda di ruang makan."

Jack kembali terkaget-kaget melihat ruang makan yang kursinya begitu banyak. Begitu banyak makanan dan minuman yang tersaji, pun juga peralatan makanannya pun terlihat begitu luar biasa mewah.

"Duduklah, Jack!" Hugh tersenyum senang.

Jack pun mengambil tempat duduk tak jauh dari Hugh.

"Jack, kau tahu Kakek sudah tua kan?" Hugh memulai ucapannya.

"Ya. Apa ini soal kesehatanmu, Kakek?" tanya Jack yang mulai menggunakan panggilan itu.

Hugh sungguh bahagia sekali sang cucu mulai menerima identitas aslinya.

Hugh mengangguk, "Kesehatan Kakek menurun. Jadi, sudah saatnya kau menggantikan Kakek di Morland Group."

Jack tentu tahu nama belakang "Morland" memang sangatlah terkenal.

Dia tahu keluarga Morland memang memiliki sejumlah usaha di mana-mana. Bahkan, menurut apa yang diketahuinya, keluarga Morland adalah salah satu keluarga terkaya di Ocean Hill.

Ketika Jack baru masuk menjadi mahasiswa di Universitas Rundall, nama belakangnya selalu dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman satu kelasnya. Mereka mengatakan bahwa Jack memiliki nasib yang jauh berbeda dari orang-orang keluarga Morland.

Namun, dia masih tak mengerti maksud dari kakeknya.

"Apa maksud dari menggantikan Kakek?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung.

"Mengurus semua bisnis keluarga kita, Jack. Bagaimana? Kau sudah siap, kan?"

Jack pun ternganga seketika.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Si Hebat Jack Morland    5. Aku Masih Mahasiswa!

    "Apa Kakek sedang bercanda? Bagaimana mungkin aku menggantikan Kakek?" Jack berkata dengan ekspresi terlihat luar biasa bingung. Hugh tersenyum lembut. "Kenapa tidak mungkin? Harus berapa kali aku katakan? Kau satu-satunya pewaris kerajaan bisnis keluarga ini, tentu kau adalah pengganti Kakek." Setelah mempercayai statusnya, Jack malah semakin terlihat kebingungan. "Ta-tapi, Kek. Aku masih seorang mahasiswa." "Memang kenapa kalau kau masih mahasiswa? Kau tetap bisa menjalankan perusahaan keluarga sembari kau belajar di universitas." Hugh berhenti sejenak, mengamati ekspresi cucunya. "Dan lagi pula, kudengar kau mengambil jurusan bisnis manajemen. Bukankah itu sangat cocok?" Jack tidak pernah menduganya. "Aku mengambil jurusan itu dengan harapan setelah lulus nantinya bisa mengembangkan bisnisku sendiri." Hugh bertepuk tangan untuk sang cucu, "Itu luar biasa, Jack. Itu baru keturunan keluarga Morland." Jack meringis. "Tapi, tidakkah aku masih terlalu muda untuk menjalankan bis

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-06
  • Si Hebat Jack Morland    6. Aku Bukan Pengemis!

    Tobias Gray mengernyitkan dahi kembali, "Voucher? Buat apa?"Lily menatap Jack si mantan kekasih dengan pandangan meremehkan, "Astaga, Toby. Lihatlah sepatu bututnya itu! Mungkin dia ingin memiliki sepatu baru."Tebakan Lily itu membuat Tobias sontak tertawa terpingkal-pingkal. Dia memberikan tatapan mencibir pada Jack, "Sepatu? Jadi, kau mau membeli sepatu di mall milik keluargaku, pecundang?"Jack masih terdiam, menanti ucapan Tobias selanjutnya seolah dia tahu Tobias masih belum berhenti berbicara."Apa kau tidak tahu berapa harga minimum sepatu di Gray Mall?" ucap Tobias sambil menyeringai, "Ah, tidak. Kalau aku sebutkan, aku takut kau akan pingsan.""Katakan saja berapa harganya!" Jack membalas masih menahan diri. "Tidak usah, yang pasti kau tidak akan mampu membelinya.""Jangankan sepasang, sebelahnya saja kau tak akan sanggup," tambah Tobias dengan senyum mengejek yang semakin menyebalkan."Bagaimana kalau aku bisa membelinya?" balas Jack pada akhirnya yang sudah tidak sanggup

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Si Hebat Jack Morland    7. Aku Tidak Mencuri!

    "Kau akan diperiksa lebih lanjut di sana tentang uang yang kau bawa ini."Sang petugas menuntun Jack untuk menuju ke arah ruang keamanan. Akan tetapi, sebelum mereka berjalan lebih jauh, seseorang berkata, "Tunggu!"Dua petugas itu pun berhenti dan menoleh."Tuan Muda Gray." Mereka menyapa dengan membungkuk sopan.Jack tidak menduga akan bertemu dengan orang itu sekarang. Namun, saat dia ingat dia sedang berada di mall milik keluarga Gray, dia pun berpikir bila kemungkinan besar bertemu dengan pria muda yang telah mencuri kekasihnya itu sangatlah besar.Jack melihat Tobias Gray sedang berjalan bersama Lily dengan tangan tertaut pada lengan Toby. "Ada apa ini?" Toby bertanya pada dua satpam itu."Anak muda ini adalah pengemis yang mencuri uang, Pak." Salah satu dari penjaga itu menjawab.LIily melebarkan mata. "Mencuri? Uang milik siapa yang dia curi?"Jack menghela napas dengan lelah, "Aku tidak mencuri apapun. Uang itu bukan hasil curian."Tobias menatap Jack dengan tatapan menghina

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Si Hebat Jack Morland    8. Terima Kasih, Lily!

    Sebelum karyawan itu sempat membalas, Lily Osborne bergerak mendekat ke arah Jack lalu merebut sepatu mewah itu dari tangan Jack yang terkejut melihat Lily sudah berdiri di dekatnya. Gadis cantik itu meneliti bahan sepatu pilihan Jack tersebut dan juga harganya. Tidak salah. Sepatu memang berharga $200.000. Lily bahkan harus menghitung angka nol di bagian belakang angka dua itu demi memastikan harga sepatu memanglah sudah benar."Apa kau sedang bercanda, Jack? Harga sepatu ini bahkan lebih besar dari gajimu selama bertahun-tahun sebagai seorang pelayan. Jadi, bagaimana mungkin kamu bisa membelinya?"Tobias ikut berjalan mendekat ke arah sang kekasih. "Sudahlah, biarkan saja, Lily. Mana mungkin dia punya uang? Dia pasti hanya ingin menipu kita saja."Lily menyerahkan sepatu itu pada sang karyawan, "Kembalikan pada tempatnya saja. Dia tak akan bisa membayarnya. Dia ... hanya membohongi kalian saja. Pasti saat dia sampai di kasir, dia akan memberi alasan bila dia tak bisa membayar kare

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Si Hebat Jack Morland    9. Dasar Penipu!

    "Mencuri bagaimana? Aku sama sekali tidak mencuri." Jack menggelengkan kepala dengan tegas.Tobias mendengus keras, "Kau pikir kau bisa menipuku? Mana mungkin tikus got sepertimu memiliki uang sebanyak itu?"Lily mendukung argumen Tobias, sang kekasih. Dia pun ikut menambahkan dengan nada mengejek, "Untuk membeli makanan saja terkadang kau tidak bisa. Lalu, bagaimana mungkin kau sekarang bisa membayar sepatu berharga $200.000. Jelas sekali ini tidak masuk akal."Jack menatap dua orang itu secara bergantian. Pria yang masih memegang ponselnya yang bermodel kuno itu pun menanggapi, "Kenapa tidak masuk akal? Kalian sendiri tadi melihat bagaimana aku membayarnya. Aku membayarnya sendiri.""Bohong. Kau pasti menghubungi seseorang kan? Iya kan? Dasar penipu!" tuduh Lily sambil tersenyum mengejek. Tobias Gray berkata cepat, "Tunggu dulu, Lily. Bukankah kau tadi bilang jika dia memiliki teman yang lumayan kaya? Yah, meskipun aku sangat yakin dia tidak lebih kaya dariku.""Siapa orang itu? Mu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
  • Si Hebat Jack Morland    10. Pecat Dia!

    Badan Aletta Miller langsung bergetar hebat mendengar ancaman sang putra pemilik Gray Mall itu. Gadis muda itu tentu saja sangat takut. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia tidak memiliki pekerjaan. Dia masih memiliki seorang adik laki-laki kecil yang masih membutuhkan banyak biaya. Usianya masih dua belas tahun. Tahun depan, Aletta harus mengirimkan sang adik ke sekolah lain setelah lulus dari sekolah dasar. Lalu, bagaimana dia bisa melakukan semua itu jika dia dipecat dari mall itu? Air matanya langsung terjatuh begitu dia memikirkan bagaimana menderita hidupnya dan adiknya bila dia menjadi seorang pengangguran."Mencari pekerjaan itu tidak mudah. Aku pikir kau juga tahu akan hal itu," Tobias terlihat menatap gadis itu dengan tatapan kesal."Maafkan saya, Pak. Tapi, saya tidak mengerti mengapa sikap saya dikatakan salah. Saya benar-benar hanya mencoba melakukannya sesuai dengan peraturan perusahaan. Peraturan nomor 12, Pak." Meskipun Aletta sangat ketakutan, dia tak mau

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
  • Si Hebat Jack Morland    11. Berlututlah!

    Aletta Miller sontak segera menghapus air mata yang telah membasahi pipinya. Gadis itu kemudian mencoba untuk memberanikan diri menatap pada Tobias Gray, sang putra dari pemilik mall besar tempatnya bekerja itu. Pria muda itu kini sedang berdiri tidak jauh darinya. Jarak mereka tak kurang dari tiga meter saja sehingga Aletta bisa melihat bagaimana Tobias terlihat begitu serius mengatakan hal itu. "Apa Anda sungguh-sungguh, Pak? Apa saya tidak akan dihukum?" Aletta bertanya dengan nada yang begitu sangat lirih.Siapapun yang mendengar suara gadis muda itu, mereka akan dengan mudah mengetahui jika gadis itu memang sedang sangat ketakutan.Lily Osborne semakin tidak sabar dan menjadi begitu kesal gadis yang tidak kalah cantik darinya itu. Dia juga mulai cemburu.Sementara itu Tobias masih terlihat tenang dan berwibawa. "Sejak kapan aku bercanda untuk masalah seperti ini, Nona ....?""Aletta Miller," ucap Kevin, sang manager ketika Tobias menoleh ke arahnya seolah-olah sedang bertanya k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Si Hebat Jack Morland    12. Bangunlah dari Mimpimu!

    Ledakan tawa seketika memenuhi di sekitar toko itu. Itu adalah suara tawa Tobias Gray dan juga Lily Osborne.Bagaimana tidak mereka berdua itu tertawa, sebab di mata mereka Jack Morland adalah mahasiswa paling miskin di kampus mereka. Lalu, mereka kemudian melihat dia membela karyawan perempuan itu dengan cara menawarkan sebuah pekerjaan.Siapa yang akan percaya kepadanya?"Jack, bangunlah dari mimpimu! Tolong jangan gila!" Tobias menggelengkan kepala dan masih sambil tertawa keras.Lily menyeka air mata yang jatuh menetes akibat menertawakan kekonyolan Jack. Gadis itu lalu menanggapi, "Jack, ayolah. Kau masih waras kan?"Jack tidak merespon dan dia malah mengambil sepatu milik Aletta yang ditinggal tak jauh di belakangnya. Aletta masih bingung bagaimana dia harus bertindak."Pak, Anda serius?" Aletta akhirnya bertanya."Saya selalu serius." Jack memberikan sepasang sepatu milik Aletta tersebut kepada sang pemilik.Lily memutar bola mata. Dulu Jack memang selalu bersikap manis kepada

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12

บทล่าสุด

  • Si Hebat Jack Morland    13. Kau Meminta Gaji?

    "Pak, saya sungguh sangat meminta maaf pada Anda. Tapi, ini tidak seperti yang Anda pikirkan. Saya hanya merasa ... tidak ingin membebani orang lain." Aletta berhenti berkata selama beberapa detik, seakan memikirkan kata-kata yang tepat yang tidak akan menyinggung Jack.Melihat Jack yang terlihat sedang menunggunya, dia segera melanjutkan, "Anda tadi sudah menolong saya, Pak. Saya rasa itu sudah sangat cukup. Saya bisa mencari pekerjaan sendiri."Jack mengerti. Dia tahu gadis muda di depannya ini memang sebenarnya tidak terlalu percaya kepadanya, tapi dia senang Aletta berbicara dengan cara yang sangat sopan sehingga dia tidak mempermasalahkan hal itu."Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu, Nona. Tapi, jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa hubungi saya. Saya akan dengan senang hati memiliki pekerja seperti Anda." Pria itu berkata sambil meminta Aletta untuk menyimpan nomornya.Aletta mengerutkan kening tapi tetap mencatat nomor ponsel Jack di ponselnya. Ketika Jack pergi da

  • Si Hebat Jack Morland    12. Bangunlah dari Mimpimu!

    Ledakan tawa seketika memenuhi di sekitar toko itu. Itu adalah suara tawa Tobias Gray dan juga Lily Osborne.Bagaimana tidak mereka berdua itu tertawa, sebab di mata mereka Jack Morland adalah mahasiswa paling miskin di kampus mereka. Lalu, mereka kemudian melihat dia membela karyawan perempuan itu dengan cara menawarkan sebuah pekerjaan.Siapa yang akan percaya kepadanya?"Jack, bangunlah dari mimpimu! Tolong jangan gila!" Tobias menggelengkan kepala dan masih sambil tertawa keras.Lily menyeka air mata yang jatuh menetes akibat menertawakan kekonyolan Jack. Gadis itu lalu menanggapi, "Jack, ayolah. Kau masih waras kan?"Jack tidak merespon dan dia malah mengambil sepatu milik Aletta yang ditinggal tak jauh di belakangnya. Aletta masih bingung bagaimana dia harus bertindak."Pak, Anda serius?" Aletta akhirnya bertanya."Saya selalu serius." Jack memberikan sepasang sepatu milik Aletta tersebut kepada sang pemilik.Lily memutar bola mata. Dulu Jack memang selalu bersikap manis kepada

  • Si Hebat Jack Morland    11. Berlututlah!

    Aletta Miller sontak segera menghapus air mata yang telah membasahi pipinya. Gadis itu kemudian mencoba untuk memberanikan diri menatap pada Tobias Gray, sang putra dari pemilik mall besar tempatnya bekerja itu. Pria muda itu kini sedang berdiri tidak jauh darinya. Jarak mereka tak kurang dari tiga meter saja sehingga Aletta bisa melihat bagaimana Tobias terlihat begitu serius mengatakan hal itu. "Apa Anda sungguh-sungguh, Pak? Apa saya tidak akan dihukum?" Aletta bertanya dengan nada yang begitu sangat lirih.Siapapun yang mendengar suara gadis muda itu, mereka akan dengan mudah mengetahui jika gadis itu memang sedang sangat ketakutan.Lily Osborne semakin tidak sabar dan menjadi begitu kesal gadis yang tidak kalah cantik darinya itu. Dia juga mulai cemburu.Sementara itu Tobias masih terlihat tenang dan berwibawa. "Sejak kapan aku bercanda untuk masalah seperti ini, Nona ....?""Aletta Miller," ucap Kevin, sang manager ketika Tobias menoleh ke arahnya seolah-olah sedang bertanya k

  • Si Hebat Jack Morland    10. Pecat Dia!

    Badan Aletta Miller langsung bergetar hebat mendengar ancaman sang putra pemilik Gray Mall itu. Gadis muda itu tentu saja sangat takut. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia tidak memiliki pekerjaan. Dia masih memiliki seorang adik laki-laki kecil yang masih membutuhkan banyak biaya. Usianya masih dua belas tahun. Tahun depan, Aletta harus mengirimkan sang adik ke sekolah lain setelah lulus dari sekolah dasar. Lalu, bagaimana dia bisa melakukan semua itu jika dia dipecat dari mall itu? Air matanya langsung terjatuh begitu dia memikirkan bagaimana menderita hidupnya dan adiknya bila dia menjadi seorang pengangguran."Mencari pekerjaan itu tidak mudah. Aku pikir kau juga tahu akan hal itu," Tobias terlihat menatap gadis itu dengan tatapan kesal."Maafkan saya, Pak. Tapi, saya tidak mengerti mengapa sikap saya dikatakan salah. Saya benar-benar hanya mencoba melakukannya sesuai dengan peraturan perusahaan. Peraturan nomor 12, Pak." Meskipun Aletta sangat ketakutan, dia tak mau

  • Si Hebat Jack Morland    9. Dasar Penipu!

    "Mencuri bagaimana? Aku sama sekali tidak mencuri." Jack menggelengkan kepala dengan tegas.Tobias mendengus keras, "Kau pikir kau bisa menipuku? Mana mungkin tikus got sepertimu memiliki uang sebanyak itu?"Lily mendukung argumen Tobias, sang kekasih. Dia pun ikut menambahkan dengan nada mengejek, "Untuk membeli makanan saja terkadang kau tidak bisa. Lalu, bagaimana mungkin kau sekarang bisa membayar sepatu berharga $200.000. Jelas sekali ini tidak masuk akal."Jack menatap dua orang itu secara bergantian. Pria yang masih memegang ponselnya yang bermodel kuno itu pun menanggapi, "Kenapa tidak masuk akal? Kalian sendiri tadi melihat bagaimana aku membayarnya. Aku membayarnya sendiri.""Bohong. Kau pasti menghubungi seseorang kan? Iya kan? Dasar penipu!" tuduh Lily sambil tersenyum mengejek. Tobias Gray berkata cepat, "Tunggu dulu, Lily. Bukankah kau tadi bilang jika dia memiliki teman yang lumayan kaya? Yah, meskipun aku sangat yakin dia tidak lebih kaya dariku.""Siapa orang itu? Mu

  • Si Hebat Jack Morland    8. Terima Kasih, Lily!

    Sebelum karyawan itu sempat membalas, Lily Osborne bergerak mendekat ke arah Jack lalu merebut sepatu mewah itu dari tangan Jack yang terkejut melihat Lily sudah berdiri di dekatnya. Gadis cantik itu meneliti bahan sepatu pilihan Jack tersebut dan juga harganya. Tidak salah. Sepatu memang berharga $200.000. Lily bahkan harus menghitung angka nol di bagian belakang angka dua itu demi memastikan harga sepatu memanglah sudah benar."Apa kau sedang bercanda, Jack? Harga sepatu ini bahkan lebih besar dari gajimu selama bertahun-tahun sebagai seorang pelayan. Jadi, bagaimana mungkin kamu bisa membelinya?"Tobias ikut berjalan mendekat ke arah sang kekasih. "Sudahlah, biarkan saja, Lily. Mana mungkin dia punya uang? Dia pasti hanya ingin menipu kita saja."Lily menyerahkan sepatu itu pada sang karyawan, "Kembalikan pada tempatnya saja. Dia tak akan bisa membayarnya. Dia ... hanya membohongi kalian saja. Pasti saat dia sampai di kasir, dia akan memberi alasan bila dia tak bisa membayar kare

  • Si Hebat Jack Morland    7. Aku Tidak Mencuri!

    "Kau akan diperiksa lebih lanjut di sana tentang uang yang kau bawa ini."Sang petugas menuntun Jack untuk menuju ke arah ruang keamanan. Akan tetapi, sebelum mereka berjalan lebih jauh, seseorang berkata, "Tunggu!"Dua petugas itu pun berhenti dan menoleh."Tuan Muda Gray." Mereka menyapa dengan membungkuk sopan.Jack tidak menduga akan bertemu dengan orang itu sekarang. Namun, saat dia ingat dia sedang berada di mall milik keluarga Gray, dia pun berpikir bila kemungkinan besar bertemu dengan pria muda yang telah mencuri kekasihnya itu sangatlah besar.Jack melihat Tobias Gray sedang berjalan bersama Lily dengan tangan tertaut pada lengan Toby. "Ada apa ini?" Toby bertanya pada dua satpam itu."Anak muda ini adalah pengemis yang mencuri uang, Pak." Salah satu dari penjaga itu menjawab.LIily melebarkan mata. "Mencuri? Uang milik siapa yang dia curi?"Jack menghela napas dengan lelah, "Aku tidak mencuri apapun. Uang itu bukan hasil curian."Tobias menatap Jack dengan tatapan menghina

  • Si Hebat Jack Morland    6. Aku Bukan Pengemis!

    Tobias Gray mengernyitkan dahi kembali, "Voucher? Buat apa?"Lily menatap Jack si mantan kekasih dengan pandangan meremehkan, "Astaga, Toby. Lihatlah sepatu bututnya itu! Mungkin dia ingin memiliki sepatu baru."Tebakan Lily itu membuat Tobias sontak tertawa terpingkal-pingkal. Dia memberikan tatapan mencibir pada Jack, "Sepatu? Jadi, kau mau membeli sepatu di mall milik keluargaku, pecundang?"Jack masih terdiam, menanti ucapan Tobias selanjutnya seolah dia tahu Tobias masih belum berhenti berbicara."Apa kau tidak tahu berapa harga minimum sepatu di Gray Mall?" ucap Tobias sambil menyeringai, "Ah, tidak. Kalau aku sebutkan, aku takut kau akan pingsan.""Katakan saja berapa harganya!" Jack membalas masih menahan diri. "Tidak usah, yang pasti kau tidak akan mampu membelinya.""Jangankan sepasang, sebelahnya saja kau tak akan sanggup," tambah Tobias dengan senyum mengejek yang semakin menyebalkan."Bagaimana kalau aku bisa membelinya?" balas Jack pada akhirnya yang sudah tidak sanggup

  • Si Hebat Jack Morland    5. Aku Masih Mahasiswa!

    "Apa Kakek sedang bercanda? Bagaimana mungkin aku menggantikan Kakek?" Jack berkata dengan ekspresi terlihat luar biasa bingung. Hugh tersenyum lembut. "Kenapa tidak mungkin? Harus berapa kali aku katakan? Kau satu-satunya pewaris kerajaan bisnis keluarga ini, tentu kau adalah pengganti Kakek." Setelah mempercayai statusnya, Jack malah semakin terlihat kebingungan. "Ta-tapi, Kek. Aku masih seorang mahasiswa." "Memang kenapa kalau kau masih mahasiswa? Kau tetap bisa menjalankan perusahaan keluarga sembari kau belajar di universitas." Hugh berhenti sejenak, mengamati ekspresi cucunya. "Dan lagi pula, kudengar kau mengambil jurusan bisnis manajemen. Bukankah itu sangat cocok?" Jack tidak pernah menduganya. "Aku mengambil jurusan itu dengan harapan setelah lulus nantinya bisa mengembangkan bisnisku sendiri." Hugh bertepuk tangan untuk sang cucu, "Itu luar biasa, Jack. Itu baru keturunan keluarga Morland." Jack meringis. "Tapi, tidakkah aku masih terlalu muda untuk menjalankan bis

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status