"Iya, Tuan Muda. Saya paham apa yang Anda inginkan." Gideon menjawab dari seberang sana.Jack Morland sungguh lega. Sepertinya apa yang kakeknya katakan memanglah benar. Gideon selalu bisa diandalkan.Maka, setelah memerintah Gideon untuk melakukan tugasnya, Jack segera menutup panggilan telepon itu lalu bergegas kembali menuju Restoran Luxen.Akan tetapi, saat dia akan masuk lewat pintu utama, dua penjaga yang melempar dirinya tadi menahannya."Hei, pecundang, apa lagi yang ingin kau lakukan di sini?" Salah satu penjaga berkata sambil menahan Jack agar tidak bisa masuk dengan menghadangnya tepat di hadapan Jack."Aku datang sebagai tamu." Jack berkata sembari mencoba melepaskan diri dari penjaga itu.Sang penjaga pun tertawa mengejek. "Tamu? Kau pikir kau siapa? Memang kau punya uang untuk membayar makanan di sini?"Teman sang penjaga pun ikut menambahkan, "Untuk membeli makanan termurah saja, aku sangat yakin dia tidak sanggup. Bagaimana bisa dia akan makan di sini?"Jack mengulas s
Melihat gadis itu terlihat begitu sangat kaget, Jack Morland tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung saja berkata lagi, "Pewaris Morland."Hanna Morris ternganga. Seolah tidak percaya akan apa yang baru saja dia dengar, dia bertanya dengan bibir bergetar, "Apa yang tadi kau katakan?"Jack berniat akan mengulanginya, tetapi security bertubuh tinggi itu berkata, "Hentikan! Cepat pergi dari sini! Jangan buat masalah!"Dia pun hampir menendang Jack jika Hanna tidak segera berteriak, "Berhenti! Lepaskan dia!""Kenapa, Nona? Gelandangan ini hanya membual saja. Anda tidak mungkin mendengarkan kata-katanya kan?" salah satu security itu terlihat bingung."Benar, Nona. Lebih baik kita mengusirnya saja," timpal temannya. Hanna Morris sebetulnya juga belum terlalu yakin, tapi dia tidak ingin mengambil resiko. Jika anak muda kumal itu benar-benar orang yang telah membeli restoran itu, dia akan menerima masalah besar jika dia sampai mengusirnya. Hanna tak mau membayangkan dirinya yang mun
Matthew Flint hampir terjatuh dari kursinya saat mendengar perkataan Jack.Jelas, pemuda itu memanglah sang pemilik baru itu. Matthew tak meragukannya lagi. Namun, dia sudah terlanjur berbuat kesalahan dengan meragukannya. Lalu, apa yang harus dia lakukan sekarang?"Pak, bagaimana? Apa Anda berniat menelepon Gideon atau tidak?" Jack kembali bertanya.Matthew cepat-cepat berkata, "Tidak, Tuan. Maaf, maaf atas ketidaktahuan saya. Saya bersalah. Saya sungguh tidak tahu mengenai Anda sedikitpun. Saya-""Tidak masalah," potong Jack cepat.Dia tak memiliki waktu yang banyak sehingga dia tak ingin berlama-lama.Matthew berkata, "Saya akan segera ambilkan dokumen yang Anda inginkan, Tuan Muda. Tapi, sembari menunggu. Apakah Anda ingin menyantap salah satu menu andalan di restoran ini, Tuan Muda?"Hanna Morris langsung ditatap oleh Matthew seakan dia memang diminta untuk menjelaskan perihal menu terbaik di restoran itu."Biar saya jelaskan, Tuan Muda!" Hanna mulai berkata.Jack pun mendengark
Dengan ekspresi ketakutan, Matthew Flint menjawab, "Jika seorang staff belum pernah melanggar sebuah peraturan, maka dia akan diberi hukuman. Namun, bila dia telah melakukannya lebih dari dua kali, dia harus dipecat, Pak."Greg Morgan terkejut ketika Matthew Flint, sang direktur utama itu memanggil bocah ingusan itu dengan sebutan 'Tuan Muda' yang artinya jelas sekali lelaki itu menghargainya.Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Greg mulai bingung.Sebelum dia bisa memahami semuanya, dia malah kembali dikejutkan dengan pertanyaan Jack, "Lalu, berapa peraturan yang telah dilanggar oleh Pak Morgan, Nona Morris?"Hanna Morris memang selain memiliki tugas untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan direktur utama itu, dia juga tentu paham mengenai para staff yang pernah memiliki masalah dengan perusahaan. "Sudah dua kali beliau melanggar aturan, ini yang ketiga kalinya, Pak." Hanna menjawab sambil melirik ke arah Greg yang langsung pucat.Pria itu langsung berkata, "Tunggu. Pak, apa
"Iya, Pak. Itu RI76." Hanna menjawab dengan tanpa berkedip, masih melihat ke arah mobil yang telah tak ada lagi di sana.Matthew mengusap matanya, karena yakin telah salah melihat. Akan tetapi, dia sadar hal itu tidak berguna sebab mobil mewah berwarna hitam mengkilat itu sudah tidak terlihat di sana."Ini tidak masuk akal." Matthew berkata sekali lagi. Hanna mengangguk setuju, "Anda benar, Pak. Ini sama sekali tidak masuk akal. Tapi, sayangnya, begitulah kenyataannya."Matthew memejamkan matanya dan membukanya kembali dengan cepat, "Maksudku. Aku tahu dia kaya. Dia terbukti sudah membeli restoran semewah ini. Dan mobil yang diproduksi secara terbatas itu.""Ya, Pak. Hanya ada 10 di dunia. Di negara ini hanya presiden yang memilikinya dan tentu saja dia," ujar Hanna.Matthew menjentikkan jari, "Itu yang aku maksud. Dia terlalu kaya, aku sangat yakin dan tidak ragu lagi. Tapi ... mengapa dia berpenampilan layaknya gembel seperti itu. Kau tahu bagaimana penampilannya, bukan?""Tentu sa
Mendengar perkataan Gideon tersebut, Jack mengalihkan perhatiannya dari setumpuk dokumen itu dan langsung menoleh ke arah Gideon, "Gideon. Keluarlah. Lihat apa yang sedang terjadi!"Gideon membungkukkan badan dengan patuh, "Baik, Tuan Muda." Setelah Gideon keluar dari ruangan itu, Jack kembali memusatkan perhatiannya pada seluruh dokumen tersebut dan kembali membaca dengan hati-hati.Sekitar sepuluh menit kemudian, Gideon kembali ke ruangan itu setelah mengetuk pintu yang merupakan tanda bagi pria itu ingin masuk ke dalam. Jack pun memberinya izin."Jadi, apa yang terjadi di luar tadi?" Jack bertanya setelah menutup file yang tadi sedang dibacanya.Gideon kembali membungkuk hormat lalu dia menyerahkan sebuah amplop besar dengan desain yang begitu sangat mewah pada Jack.Jack menerima amplop itu dengan dahi mengerut, dia bertanya tanpa membaca apa yang tertulis di bagian depan, "Apa ini?""Itu undangan pesta, Tuan Muda. Pelayan kita tadi mengetuk pintu ruangan Anda dikarenakan ada tam
Gideon masih kesulitan mengerti tentang apa yang sedang direncanakan oleh sang tuan muda.Dia pun mencoba untuk bertanya lebih lanjut, "Tuan Muda, mengapa Anda memilih simbol perunggu? Ini akan sangat merugikan Anda, Tuan Muda."Jack tahu sang orang kepercayaan kakeknya itu terlihat begitu sangat penasaran sehingga dia dengan senang hati menjelaskan, "Karena akan sangat aneh jika aku muncul dengan undangan simbol perak, terlebih lagi emas. Orang-orang akan langsung curiga, Gideon."Gideon terdiam."Dengan simbol perunggu justru akan memberikan keuntungan bagiku. Bukankah aku tinggal memberikan undangan itu lalu masuk ke dalam?""Benar, Tuan Muda. Namun, hal ini tidak sesuai dengan Anda yang merupakan pewaris tunggal Morland Group," jelas Gideon.Jack mengangguk setuju, "Kau benar, Gideon. Tapi, sekali lagi kau harus ingat bahwa aku ke sana bukan untuk mewakili Morland Group, tapi menjadi diriku yang miskin."Ah, Gideon tidak suka akan hal ini. Dia khawatir bila orang-orang di pesta it
Gideon menoleh segera ke arah sang tuan muda. Laki-laki itu tentu saja tidak ingin terjadi kesalahpahaman di sana. Dia pun segera menjelaskan, "Tuan Muda, jika Anda menggunakan identitas baru, maka hal itu bisa akan sangat menyulitkan Anda."Gideon melepaskan sabuk pengamannya dan melanjutkan kembali, "Saya rasa cara terbaik adalah dengan menyembunyikan identitas Anda dan tidak menggunakan identitas palsu."Jack mengerutkan kening, masih terlihat menantikan lanjutan penjelasan Gideon.Seakan Gideon bisa memahaminya, pria itu pun segera menambahkan, "Ini demi menghindari konflik juga di masa depan, Tuan Muda."Jack Morland pun berpikir sejenak. Namun, pada akhirnya pria muda itu pun menganggukkan kepala, "Iya, kau benar. Identitas palsu hanya akan menimbulkan masalah lain dan nanti aku juga malah bisa dituduh sebagai pemalsuan.""Ini tak akan bagus untuk reputasi kakek," tambah Jack.Gideon sungguh lega Jack tidak berpikir buruk tentang idenya. Sebab, yang dia lakukan hanyalah untuk
"Pulang saja, kau tak dibutuhkan di sini," kata seorang karyawan laki-laki yang duduk tak terlalu jauh dari Jack berdiri.Eve, gadis pertama yang Jack ingat telah memberitahunya mengenai tempat duduknya itu ikut berkomentar, "Ya, benar. Kalau kau memang tak sanggup, katakan saja sekarang.""Kau bisa pulang tanpa ditertawakan," tambah seseorang lainnya.Edward, yang menjadi salah satu orang agak penasaran dengan kemampuan sang pemuda yang belum lulus dari universitas itu hanya diam saja, memperhatikan.Di luar dugaan semua orang, Jack pun kembali menjawab, "Kalau memang begitu, saya terima Anda bertanya di hadapan semua karyawan."Betapa kagetnya Richard Foster kala mendengar balasan dari Jack itu. Dengan dipenuhi amarah pun dia membalas, "Kau yang meminta. Jangan salahkan aku kalau kau nanti menangis karena tak bisa menjawabnya."Jack tak merespon dan hanya menunggu pertanyaan dilontarkan kepadanya.Hal itu membuat Richard Foster kesal setengah mati dan dengan gigi bergemeletuk dia b
"Iya. Aku tidak akan memberitahu siapapun juga mengenai sang pimpinan baru itu," ujar Emily Davidson.Dan tanpa mendengarkan komentar apapun lagi dari teman-teman kerjanya, Emily memulai untuk mengerjakan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda.David Weylman sendiri terlihat berjalan menuju ke dalam ruang kerjanya dan mulai mengambil semua barang-barangnya dengan raut wajah sedih. Sang manajer yang tidak lagi menjabat itu tidak memiliki pilihan lain selain menerima semua keputusan tersebut.Sementara itu, Jack Morland baru saja ke luar dari ruang Gideon."Tuan Muda, apa tidak apa-apa Anda tetap berada di divisi umum?" tanya Gideon dengan raut wajah cemas."Tidak masalah." Jack menjawab.Gideon tetap tidak bisa melepaskan sang tuan muda begitu saja, "Apa Anda yakin? Pengawal mengatakan Anda menemui beberapa kesulitan di sana. Apa saya perlu berbicara dengan Richard Foster?"Jack cepat-cepat menjawab, "Tidak perlu, Gideon. Aku bisa menyelesaikannya sendiri.""Tapi, Tuan Muda. Saya khawa
Emily Davidson membalas tanpa sedikitpun rasa sombong, "Maaf, Pak. Saya diminta untuk kembali ke divisi saya dan menunggu.""Menunggu apa maksudmu?" David bertanya dengan keheranan.Arthur yang tadi sempat membela Emily itu pun terlihat menatap gadis itu dengan penuh ingin tahu. Meja kerja Emily berada tepat di sampingnya dan keduanya memang cukup akrab meskipun Arthur tadi tak menyatakan secara terang-terangan bahwa dia berada di pihak gadis itu.Emily pun bisa memahami dengan sangat jelas akan sikap Arthur. Arthur kurang lebih sama seperti dirinya, sama-sama karyawan yang tidak terlalu diinginkan oleh divisi manapun di Morland Group, seakan mereka memang tak cocok di tempatkan di manapun.Emily hanya menjawab, "Anda akan segera mengetahuinya, Pak. Saya rasa tidak akan terlalu lama."David Weylman kini bisa tertawa sinis lagi. "Aku tahu sekarang, kau hanya sedang menunda-nunda waktu untuk pergi dari perusahaan ini kan? Benar-benar sangat menggelikan sekali."Para karyawan lain pun se
Jack hanya tersenyum misterius mendengarkan pertanyaan itu.Emily Davidson sontak semakin penasaran. Akan tetapi, bukannya mundur, Emily malah lebih bersemangat mengikuti pemuda yang tentu saja usianya lebih muda darinya itu. "Masuklah lebih dulu!" pinta Jack setelah dia memencet tombol di mana lift akan membawa Emily menuju lantai di mana dia harus meminta izin untuk bertemu dengan sang pimpinan perusahaan raksasa tersebut.Emily masuk ke dalam lift yang tidak ada orang lain di dalamnya itu. Dia mengerutkan kening dengan penuh tanda tanya, "Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tidak akan ikut bersama saya?""Ada hal yang harus aku lakukan. Tapi ... jangan khawatir, kau nanti tinggal berbicara dengan asisten di atas sana dan bilang saja kau berasal dari divisi keuangan. Mereka akan langsung memahaminya," ucap Jack.Emily mengangguk. Meskipun ada sedikit keraguan di dalam hatinya yang mulai muncul akibat perkataan Jack, akan tetapi Emily masih menaruh harapan pada pemuda itu. Dia yakin
David Weylman, si bos divisi keuangan itu menoleh ke arah sumber suara itu. Ketika dia melihat seorang pemuda yang tampak begitu asing di matanya, kening David pun mengerut, "Siapa kau?""Tidak penting siapa saya, Pak. Tapi, bisakah Anda menjawab pertanyaan saya tadi. Jika wanita muda ini berhasil bertemu dengan pemilik perusahaan ini, apakah Anda akan mengundurkan diri dari posisi Anda?" tanya Jack sekali lagi.David Weylman tidak langsung menjawab dan dia malah berjalan menuju ke arah Jack. Orang-orang di sekitar tempat itu terlihat tertarik pada Jack. Mereka pun mulai berbisik, bertanya-tanya siapa sosok pemuda yang telah begitu sangat berani menyela pembicaraan itu.Sedangkan wanita muda yang dibela Jack itu terlihat berdiri dengan bingung. Wanita bernama lengkap Emily Davidson itu jelas terkejut dan tidak menyangka ada seseorang yang berniat melakukan sesuatu untuknya.Dan hal ini adalah salah satu hal baru selama dia bekerja di Morland Group. Menurut pengalamannya, tidak ada s
Jack pun akhirnya memaksa diri untuk memakan makanannya. Ketika dia sudah menyelesaikannya, Jose Collins pun berkata, "Jack, apa kau sebelumnya tak pernah mencari tahu dulu seperti apa tempatmu bekerja?"Oh, tentu Jack mencari sudah mencari tahu. Bahkan, pendiri perusahaan itu sendiri yang memberitahunya. Bahkan, dia juga mengakses tentang hal apapun mengenai Morland Group.Hanya saja pengetahuan semacam itu hanya berdasarkan data dan laporan. Hal itu tentu saja berbeda dari kondisi di lapangan. Kakeknya bisa jadi tidak tahu mengenai ketidakadilan yang terjadi di dalam perusahaannya. Hal ini tentu saja karena pada dasarnya, sang pemilik perusahaan tidak mungkin memiliki cukup banyak waktu untuk melihat sendiri realitas yang terjadi. Semua hanya berdasarkan laporan dan jika anak buahnya mengatakan segalanya baik-baik saja, maka dia pun pasti tidak akan berpikir terlalu banyak.Jack sendiri juga baru mengetahuinya sejak dia masuk dan menjadi karyawan di Morland Group."Jose, apa yang
"Uh, kau hanya membuang-buang waktu saja." Seorang gadis pertama yang tadi ditanya oleh Jack berkata sembari mengambil segelas air minum di depan mesin.Edward menyahut, "Aku melihat dia sedikit agak berbeda dari para karyawan magang yang pernah bekerja di sini.""Oh, ayolah. Seberapa banyak ada karyawan magang di divisi kita? Aku bahkan sudah lupa dikarenakan terlalu jarang divisi kita menerima karyawan magang." Gadis bernama Eve itu membalas perkataan Edward setelah meminum air mineralnya.Edward menggaruk kepalanya. "Ah, kau benar. Hanya saja aku tetap merasa dia berbeda. Entahlah."Eve mendecakkan lidah, "Oh, mungkin karena dia terlihat masih sangat muda jadi kau merasa dia sedikit agak berbeda."Tiba-tiba Edward melebarkan matanya, "Uh, mungkin itu salah satunya. Dia masih sangat muda. Biar aku tebak, dia pasti baru lulus kuliah."Eve mengangguk setuju, "Itu mungkin saja. Dan bisa jadi karena hal itulah Pak Richard tidak menginginkannya berada di divisi kita sehingga memberinya f
Jack jelas mendengar nada sinis Richard sehingga pemuda itu pun segera membalas, "Tidak, Pak. Saya akan mengerjakannya."Richard menganggukkan kepala meskipun Jack juga bisa melihat bagaimana tatapan tidak percaya di matanya."Laporkan padaku sebelum kau pulang. Paham?" ucap Richard.Jack hampir tak mempercayai apa yang baru saja dia dengar. "Hari ini, Pak?""Ya. Kenapa? Mau mundur sekarang?" Richard berkata dengan sambil menatap lurus-lurus ke arah Jack.Jack menghela napas, "Tidak. Tentu saja tidak.""Baiklah, silakan kerjakan dan laporkan padaku sebelum jam kerja berakhir!" perintah Richard.Jack menjawab cepat dan segera mengambil setumpuk file-file besar itu lalu keluar dari ruangan Richard Foster.Saat Jack keluar dari sana, dia merasa semua orang langsung menatapnya."Oh, Pak Richard pasti tidak menyukainya," celetuk salah seorang pekerja."Hm, itu sudah sangat jelas," sahut pekerja lainnya.Jack mendesah pelan lalu berjalan sambil melihat-lihat bangku yang kosong. Karena takut
Tentu saja Jack tidak mungkin bisa berbohong pada rekan kerja yang baru ditemuinya itu, sehingga dia pun menjawab, "Aku belum lulus. Aku masih seorang mahasiswa."Jawaban Jack membuat Jose melebarkan mata, mulutnya pun juga terbuka, "Apa? Kau sedang bercanda kan?"Jack tahu pertanyaan itu bukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban sehingga dia hanya membalasnya dengan tersenyum samar. Dan benar saja karena setelah itu, Jose bertanya kepadanya, "Lalu, bagaimana caranya kau bisa masuk ke perusahaan ini? Bagaimana dengan statusmu? Kau tidak mungkin menjadi pegawai tetap kan?"Jack pun membenarkan dengan sebuah anggukkan. Tapi tentu saja itu belum cukup, sehingga dia menambahkan, "Aku hanya seorang karyawan magang. Tidak lama. Hanya beberapa bulan."Jose masih sulit mempercayainya. "Aku masih tidak menyangka. Divisi umum biasanya tidak menerima pegawai dengan status mahasiswa. Biasanya divisi yang lain yang masih menerimanya. Luar biasa!"Pria itu pun kini menatap Jack dengan lebih