Lalu dengan memaki-maki panjang pendek, Lelaki tua berkuncir itu melangkah. Tetapi baru beberapa tindak, terdengar suara nyaring yang sesekali diiringi desahan. "Kudengar ada yang menyebut julukan muridku yang kabur itu. Kudengar pula ada yang bertanya soal Ngarai Jala Kematian! Aku bisa menjawab bila orang yang mempunyai tanya bisa menjawab pula pertanyaan ku!"
Dua pasang mata yang tajam beralih ke arah kanan Dan masing-masing orang terbeliak tatkala melihat satu sosok tubuh keluar dari balik ranggasan semak Sosok seorang perempuan yang lebih tua dari Dewi Pedang dan Dewa Pemarah ini, mengenakan pakaian panjang warna kuning kebiruan. Terbuka di bagian dadanya yang cukup besar dan sudah kendor, tetapi kelihatan mumbul karena pakaian yang dikenakannya begitu ketat. Wajahnya yang dipenuhi kerutan nampak diliputi bedak putih yang cukup tebal. Bibirnya diberi pemoles yang tebal. Sepasang matanya tajam dan bersinar genit. Perempuan tua yang kelihatan genit ini berhenti pada jarak
Wajah perempuan berbedak itu berubah. Lalu katanya dengan garang, "Perlu kau ketahui, kalau muridku itu sangat menyukai perempuan-perempuan muda! Tadi kudengar, murid Dewi Bulan berada di tangannya! Hik.. hik.. hik.. bisa kubayangkan, kalau dia tak akan melewatkan waktu sekejap pun untuk menggeluti murid Dewi Bulan itu!""Bicaramu benar-benar sontoloyo! Katakan, di mana Ngarai Jala Kematian berada!" geram Dewa Pemarah dengan wajah mengkelap."Tadi kukatakan pula, layani nafsuku maka kau akan kuberikan jawaban yang sangat memuaskan!"Dewa Pemarah terdiam dengan dibuncah kemarahan. Dalam hati dia berkata, "Satu-satunya orang yang saat ini kutemui dan tahu di mana Ngarai Jala Kematian berada hanya perempuan haus birahi ini! Dulu aku bentrok dengannya karena dia memaksaku untuk melayani nafsunya! Sontoloyo! Di usia senja seperti ini ternyata dia masih memiliki nafsu keparatnya!" Lalu katanya dengan mata melotot, "Urusan melayani nafsumu atau tidak urusan belakangan!
Berputar dua kali dan hinggap di hadapannya berjarak satu tombak. Orang yang baru keluar dari air itu seharusnya basah kuyup, tetapi tak nampak sama sekali tetesan air di sekujur tubuhnya."Gila Aku pernah mendengar orang yang bisa mendekam di dalam air berbulan-bulan lamanya. Apakah orang ini yang pernah kudengar namanya dengan julukan Hantu Kali Berantas? Kalau tidak salah kudengar, dia punya hubungan dengan musuh bebuyutanku, Manusia Mayat Muka Kuning. Entah benar atau tidak yang pasti aku pernah mendengarnya," membatin si nenek dengan pandangan tak berkedip.Orang yang berdiri di hadapannya seorang lelaki bertubuh kurus. Wajahnya cekung dengan anggota tubuh di wajahnya seakan melesak ke dalam. Kedua tangannya nampak lebih panjang dari ukuran lengan manusia layaknya, menjuntai seakan tak memiliki tenaga. Mengenakan pakaian putih-putih yang sangat terang. Di keningnya terdapat sebuah ikat kepala dan tepat di keningnya terdapat logam terang yang bermotifkan ikan pari.
Namun belum sempat Dewi Pedang menjalankan maksud, Hantu Kali Berantas melakukan gempuran yang sama, membuat si nenek harus pontang-panting sekarang. Tetapi tiga jurus berikutnya, si nenek berhasil menghindarkan diri dari serangan aneh lelaki berkulit putih terang itu. Dengan cepat dia mendongak. Kedua tangannya di rangkapkan di depan dada. Kaki kanannya ditarik mundur setengah lingkaran. Dan tatkala Hantu Kali Berantas melakukan serangan, si nenek cepat memutar kedua tangannya. Seketika hawa panas mendera dan menindih gelombang dingin yang keluar dari setiap gerakan Hantu Kali Berantas.Memekik tertahan orang berkulit putih terang ini. Dengan segera dia membuang tubuh ke kiri. Keadaan semacam inilah yang ditunggu oleh Dewi Pedang. Karena ilmu 'Bidadari Tebar Nyawa' ilmu yang jarang sekali digunakan, memang hanya berkisar pada pancingan belaka. Gebrakan sebenarnya tatkala lawan tak berani melakukan bentrokan. Dan jarang sekali yang nekat melakukan bentrokan, karena bisa hangu
"Setan!" geram Dewi Pedang yang masih dibuncah kemarahan karena keinginannya untuk menghabisi Hantu Kali Berantas gagal. "Bicara bertele-tele! Katakan siapa orang yang telah menolong Hantu Kali Berantas?"Perempuan jelita yang di pergelangan dan di jarijari tangannya terdapat gelang dan cincin bertakhtakan berlian tersenyum. "Kau memang selalu tak sabaran. Padahal menunggu beberapa saat bukan pekerjaan yang merepotkan.""Selalu berbicara bertele-tele!" geram si nenek berkonde yang sudah tak sabar hendak melanjutkan perjalanan mencari Beruang Mambang.Masih tersenyum perempuan berbaju panjang biru kehitaman menyahut, "Sindung Ruwit."Untuk sesaat si nenek berkonde terdiam. Lalu terdengar suaranya penuh geram, "Keparat! Mau apa manusia celaka itu muncul kembali ke rimba persilatan, hah!""Berita yang kudengar, kalau ada sesuatu yang dimiliki oleh Iblis Cadas Siluman. Sesuatu yang tentunya sangat berharga sekali karena beberapa orang tokoh utama golon
"Jangan asal bunyi!""Kunti... tadi telah kukatakan aku tidak begitu yakin." "Dewi Pedang menggeram panjang pendek.Mata Dewa berkata, "Persoalan telah banyak membentang. Mungkin terlalu rumit bila dilaksanakan secara keseluruhan dan bersama-sama. Lebih baik membagi persoalan. Yang paling pokok, ada beberapa orang yang mencari Iblis Cadas Siluman. Ini perlu ditangani. Kendati masing-masing di antara kita tak begitu dekat dengan Iblis Cadas Siluman, kita akan tetap membantunya."Wajah Dewi Pedang tertekuk. Dia teringat bagaimana Iblis Cadas Siluman membantunya melepaskan diri dari sedotan hawa panas Keranda Kematian. Kendati dia bermaksud untuk membalas budi terutama mengetahui banyaknya orang-orang yang boleh dibilang dari golongan atas mencarinya tetapi si nenek berkonde tetap hendak mencari Beruang Mambang terlebih dahulu. Dia tak ingin rahasia yang dipendamnya terbongkar."Kalau kita sudah sepakat dengan persoalan ini, aku hendak meneruskan men
"Kurobek mulut kotor sontoloyomu!"Dengan jurus 'Sinar Ungu'-nya, Dewa Pemarah berusaha mencecar. Berulang kali sinar-sinar ungu yang sesekali menerangi tempat itu mengerjap. Tetapi Nenek Cabul dengan mudah nienghindarinya. . 'Suatu ketika mendadak saja perempuan genit itu meloncat dengan teriakan keras. Tangan kanannya digerakkan.Braaakk!Entah pohon yang keberapa yang lagi-lagi tumbang dan ambruk menimbulkan suara berdebam keras. Nenek Cabul mengertakkan rahangnya karena lagi-lagi pula serangannya sia-sia. Dengan kemarahan makin meninggi, dia menerjang kembali. Tak tanggung lagi, kedua tangannya yang telah berubah menjadi warna merah digerakkan.Wuuuttt! Wuuuttt!Menghampar sinar merah yang mengeluarkan suara menggidikkan. Dewa Pemarah menggeram. 'Dia putar tubuhnya ke kiri setengah lingkaran. Bersamaan dengan itu, kaki kanannya disentakkan ke depan. Serangkum angin keras menderu dan menahan gempuran sinar merah yang dilepaskan si Nenek
"Setan! Kurobek mulutmu!"Seketika si Nenek Cabul menggerakkan tangan kanannya. Selarik sinar merah sudah menderu deras.Blaaarr!Dahan di mana Si Buta dari Sungai Ular duduk tadi langsung pecah menjadi serpihan, sementara pohon itu seketika meranggas. Dedaunannya berguguran bagai hujan belaka. Perempuan cabul ini mengertakkan giginya tatkala menyadari kalau pemuda yang diserangnya berhasil menghindar. Bahkan yang mengejutkannya tatkala mendengar suara si pemuda. "Aneh! Kenapa marah sekali? Bukankah yang kukatakan tadi benar?" Lalu seperti tak menghiraukan pandangan penuh amarah dari Nenek Cabul, Manggala mengalihkan pandangan pada Dewa Pemarah yang melotot, "Bagaimana, Kek" Apakah tubuhnya benar-benar mengasyikkan atau hanya semacam keranjang sampah?"Dewa Pemarah mendengus. "Sontoloyo! Datang tidak bilang-bilang! Bikin urusanku jadi panjang saja!" Manggala tertawa pendek dan berseloroh, "Apakah aku harus mengatakan kedatanganku di saat perempuan berbeda
Manggala menjawab tidak sabar. “Aku tidak punya banyak waktu! Bila kau mau turut, silakan! Bila tidak jangan umbar lagi pertanyaan!""Bagaimana kau....""Urusan bagaimana atau tidak urusan belakangan! Aku pergi!" sentak Manggala gemas sambil melesat pergi.Dewa Pemarah yang masih kesal karena kemunculan si pemuda membuat Nenek Cabul berlalu sebelum mengatakan di mana Ngarai Jala Kematian berada, langsung ikut melesat pergi sambil berseru, "Berani tinggalkan aku, kupotek-potek tulang dalam tubuhmu!"-o0o-Sebenarnya, apa yang terjadi? Sebaiknya, kita lihat dulu apa yang terjadi setelah Si Buta dari Sungai Ular meninggalkan Manusia Serigala dan Angin Racun Barat. Tatkala Manusia Serigala melolong keras dan lolongannya terdengar oleh Beruang Mambang yang kebetulan berada tak jauh dari lembah itu, segera saja orang berkepala plontos yang sekarang yakin kalau Angin Racun Barat dibawa kabur oleh Manusia Serigala, segera mencari asal lolongan
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana