"Setan! Kurobek mulutmu!"
Seketika si Nenek Cabul menggerakkan tangan kanannya. Selarik sinar merah sudah menderu deras.
Blaaarr!
Dahan di mana Si Buta dari Sungai Ular duduk tadi langsung pecah menjadi serpihan, sementara pohon itu seketika meranggas. Dedaunannya berguguran bagai hujan belaka. Perempuan cabul ini mengertakkan giginya tatkala menyadari kalau pemuda yang diserangnya berhasil menghindar. Bahkan yang mengejutkannya tatkala mendengar suara si pemuda. "Aneh! Kenapa marah sekali? Bukankah yang kukatakan tadi benar?" Lalu seperti tak menghiraukan pandangan penuh amarah dari Nenek Cabul, Manggala mengalihkan pandangan pada Dewa Pemarah yang melotot, "Bagaimana, Kek" Apakah tubuhnya benar-benar mengasyikkan atau hanya semacam keranjang sampah?"
Dewa Pemarah mendengus. "Sontoloyo! Datang tidak bilang-bilang! Bikin urusanku jadi panjang saja!" Manggala tertawa pendek dan berseloroh, "Apakah aku harus mengatakan kedatanganku di saat perempuan berbeda
Manggala menjawab tidak sabar. “Aku tidak punya banyak waktu! Bila kau mau turut, silakan! Bila tidak jangan umbar lagi pertanyaan!""Bagaimana kau....""Urusan bagaimana atau tidak urusan belakangan! Aku pergi!" sentak Manggala gemas sambil melesat pergi.Dewa Pemarah yang masih kesal karena kemunculan si pemuda membuat Nenek Cabul berlalu sebelum mengatakan di mana Ngarai Jala Kematian berada, langsung ikut melesat pergi sambil berseru, "Berani tinggalkan aku, kupotek-potek tulang dalam tubuhmu!"-o0o-Sebenarnya, apa yang terjadi? Sebaiknya, kita lihat dulu apa yang terjadi setelah Si Buta dari Sungai Ular meninggalkan Manusia Serigala dan Angin Racun Barat. Tatkala Manusia Serigala melolong keras dan lolongannya terdengar oleh Beruang Mambang yang kebetulan berada tak jauh dari lembah itu, segera saja orang berkepala plontos yang sekarang yakin kalau Angin Racun Barat dibawa kabur oleh Manusia Serigala, segera mencari asal lolongan
"Kurobek mulutmu, Keparat!" menggeram setinggi langit murid Iblis Cadas Siluman seraya hendak melakukan serangan. Tetapi sebelum dilakukannya, satu sosok tubuh di sampingnya sudah melompat dengan kedua cakar siap merobek dada Beruang Mambang diiringi gerengan menggidikkan. ."Grrrrhhh!"Orang tinggi besar yang masih terbahak-bahak itu tak melakukan apa-apa. Seperti membiarkan cakar Manusia Serigala mencabik-cabik tubuhnya.Tersenyum Angin Racun Barat melihat hal itu."Akan robek dadamu, Beruang Mambang! Kau akan... hei!"Craak! Crakkk!Dua cakar Manusia Serigala seperti menghantam batu cadas yang sangat kuat. Orang penuh bulu ini menggereng tertahan sambil mundur lima tindak dengan wajah berubah. Angin Racun Barat terbeliak melihatnya."Gila! Orang celaka ini rupanya memiliki ilmu kebal!" desisnya dan dilihatnya lagi bagaimana Manusia Serigala melompat dan melancarkan serangan. Tetapi seperti semula, Beruang Mambang hanya terbahak-bah
Beruang Mambang mendekati Manusia Serigala. Dengusannya terdengar kasar. Sepasang matanya garang seolah hendak menelan bulat-bulat Manusia Serigala yang tak mampu untuk bangkit."Ajalmu sudah tiba!"Manusia Serigala menggereng liar. Gerengannya membuat kemarahan yang telah bergolak di dada orang berkepala plontos semakin tinggi. Dengan makian yang keras, Beruang Mambang mengangkat sebelah kakinya. "Mampuslah kau, Setaaannn!"Namun satu hamparan hawa panas diiringi gemuruh angin menderu deras ke arahnya. Membuat orang tinggi besar ini segera membuang tubuh ke kanan. Hawa panas yang siap menghantamnya tadi menghajar sebatang pohon yang langsung menghitam.Dengan segala kegusaran karena lagi-lagi maksudnya terhalangi, orang tinggi besar itu memalingkan kepala ke kanan. Sebelum bentakannya keluar, satu suara mengandung kemarahan yang luar biasa terdengar. "Justru ajalmu yang sudah berada di ambang pintu!""Keparat hina! Keluar kau!" seru Beruang Mamban
"Ya! Dan dia akan membocorkannya pada cacing-cacing tanah karena dia telah mati kubunuh!""Keparat busukkk!" bentak si nenek berkonde dan kembali melancarkan serangan. Sadar kalau lawan memiliki ilmu kebal yang hebat, si nenek segera mengeluarkan pedang pusakanya.Jurus 'Pedang 4 Musim' segera dilepaskan. Segera saja angin bergulung-gulung yang menyeret ranggasan semak belukar di hadapannya menggebu dan menimbulkan suara menggidikkan. Jurus sakti si nenek berkonde yang barusan dilepaskan disambut Beruang Mambang dengan dada terbuka.Dessss!Orang yang diserang hanya mundur lima tindak dengan seringaian lebar. Si nenek terkejut dan surut tiga tindak dengan kedua mata terpentang."Sinting! Dia seakan tak mengalami gangguan apa-apa terhadap seranganku barusan! Ilmu 'Perisai Sejuta Baja' yang diturunkan Pendekar Tanpa Tanganbukan ilmu omong kosong!" batin si nenek berkonde.Sementara itu Beruang Mambang berkacak pinggang. "Perjalanan yang telah
"Setan peot! Rupanya dia tahu kalau mata kananku ini adalah titik kelemahan dari ilmu kebal yang kumiliki! Benar-benar kapiran! Sulit bagiku untuk bertahan sekarang!" batin Beruang Mambang dengan wajah pias'Blaaammm!Serangan Dewi Pedang luput dan menghantam ranggasan semak yang langsung tercabut muncrat bertebaran."Mengapa kau tak menahan seranganku lagi, hah!" ejek Dewi Pedang sambil mencecar mata kanan Beruang Mambang yang berusaha menutupi dengan kedua tangannya."Keparat! Bagaimana kau bisa tahu, hah!""Mengapa masih bertanya! Kalau kau mau tahu, Pendekar Tanpa Tangan barusan datang dari kuburnya dan mengatakan kalau aku harus mencabut nyawamu!""Setan! Dia benar-benar mempermainkanku! Sulit bagiku untuk bisa mengalahkannya! Keparat! Keparat!" Sebisanya orang berkepala plontos ini menghindar sekaligus berusaha membalas serangan si nenek berkonde. Tetapi berulang kali dia menjerit tertahan dengan kepanikan yang membias erat di wajahnya
Dewa Pemarah mendengus seraya maju selangkah. Dengan suara yang selalu keras dan kedua mata selalu melotot dia berseru, "Urusan kau mencintaiku atau tidak urusan belakangan! Tetapi yang jelas, kau tak bisa melarikan diri dari kenyataan itu, Kunti! Aku sudah mendengar semuanya! Apakah kau masih menyangsikan pendengaranku ini, hah! Sontoloyo! Muridmu itu menjadi saksi!""Lalu urusan apa yang harus kulakukan bila kau sudah mendengar semua itu, hah!" sentak Dewi Pedang sambil menindih perasaan geloranya."Jangan membentak sontoloyo begitu! Kau tahu, sejak dulu aku selalu mencintaimu! Dan kau ternyata mencintaiku! Kita masih punya waktu untuk saling mencintai. Kalau kau menolak juga, benar-benar sontoloyo!"Si Buta dari Sungai Ular nyengir mendengar kata-kata Dewa Pemarah. "Aneh! Mengucapkan isi hati kok dengan cara marah-marah seperti itu. Dasar tidak ada otaknya!""Setan pemarah bau tanah! Apakah kau pikir kendati aku memang mencintaimu lalu aku mau menerima
Segera Angin Racun Barat mengalihkan pandangannya. Lalu gadis berambut dikepang dua ini menarik napas panjang setelah melihat keadaan Manusia Serigala. Entah mengapa ada sesuatu yang mengusik hati murid Iblis Cadas Siluman ini. Sesuatu yang selama ini memang dimiliki namun hanya diperuntukkan oleh Pendekar Judi. Pemuda tampan yang justru tak bisa mencintainya dan hanya mampu menganggapnya sebagai seorang adik. Teringat Pendekar Judi, Angin Racun Barat mendesah masygul. Lamat murid Iblis Cadas Siluman ini membalas senyum Manusia Serigala yang bernama Baruna.Saat itu si nenek berkonde sedang membentak pada Si Buta dari Sungai Ular, "Bocah Kebluk! Jangan sembarangan omong!"Manggala mengalihkan pandangannya seraya menyahut dengan cengiran jelek di bibirnya, "Guru! Orang cemburu itu tandanya cinta! Aku yakin, kau sebenarnya suaaanggaaat mencintai Kakek Dewa Pemarah. Tetapi ya gara-gara si Nenek Cabul kau jadi kelimpungan sendiri. Padahal kan kau tahu kalau Kakek Dewa Pema
"Dewi Segala Impian," desis Si Buta dari Sungai Ular dengan pandangan tak berkedip. Sesuatu yang selama ini diam-diam dicemaskan si pemuda nampak naik ke permukaan. Mengingat hal itu, wajahnya sedikit berubah."Hmm... sejak aku melihatnya di Bukit Wampar Pupu, aku sudah menduga kalau Baruna ada hubungannya dengan perempuan jelita yang telah membuat hati Mata Dewa luka karena ulahnya. Diam-diam aku menduga pula kalau perempuan ini mencari Manusia Serigala karena ingin membunuh orang penuh bulu itu, orang yang kuyakini adalah bayi dari hasil hubungannya dengan Iblis Sesat. Hmm... dia datang tentunya untuk membunuh Manusia Serigala semata untuk melupakan seluruh luka hati akibat perbuatan Iblis Sesat. Dan aku yakin, orang seperti Dewi Segala Impian ini tak akan merasa ragu untuk menurunkan tangan telengas kendati yang hendak dibunuhnya adalah darah dagingnya sendiri."Perlahan-lahan pemuda dari Sungai Ular ini mengatur jarak, maju dua tindak dengan pandangan lurus ke muka
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana