Share

56. Si Bocah Ajaib

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-16 01:03:50

Di kotaraja atau di pasar-pasar desa, bocah itu dikenal sebagai pengamen. Kepandaiannya memainkan seruling, dimanfaatkan untuk mencari makan di warung kedai-kedai. Alunan serulingnya yang begitu merdu, membuat para pengunjung kedai tak sungkan-sungkan memberinya sekeping uang. Tak jarang pula, ada pengunjung kedai yang tak sudi mendengar alunan serulingnya. Kepandaian yang dimiliki bocah itu adalah bermain sulap. Itu sebabnya, orang-orang seringkali menyebut-nya si Bocah Ajaib.

Tak berapa lama bocah itu berjalan dan kini sudah tiba di Desa Dukuh. Hari ini, di desa itu memang sedang ada hari pasaran. Di hari itu para pedagang secara serempak membuka usaha, sehingga ber-duyun-duyun menuju pusat keramaian di alun-alun desa untuk berbelanja atau mencari hiburan.

Maka kesempatan itu tak disia-siakan si Kecil. Segera dia menuju arah alun-alun. Sambil bersenandung kecil, tubuhnya menyelinap di antara lalu lalang penduduk yang memenuhi tempat itu. Cara melangkahnya tampak sant

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   57. Mati di rajang

    "Kau...," desis Jiran geram."Ya, aku" sahut Walet gagah. "Apa kau belum kapok dengan pelajaran kecil yang kuberi padamu?"Wajah Jiran merah padam mendengar ucapan Walet. Sungguh memalukan kalau seorang yang amat ditakuti di desa ini mendapat bentakan dari anak ingusan. Tentu saja Jiran tak mau kejadian memalukan seminggu lalu terulang lagi."Mau apa kau, Bocah Sialan?" kata Jiran, dingin dan datar. Tak terlihat tanda-tanda kalau lelaki itu takut terhadap Walet. Tampaknya, dia sudah siap menghadapi keanehan yang mampu diperlihatkan si Bocah Ajaib."Tak banyak yang kumau," ucap Walet. "Aku hanya ingin kau tak mengusik-usik para pedagang lagi....""Apa? Hua ha ha... Kau mimpi, Bocah""Tidak. Justru aku akan menjadi mimpi burukmu, kalau kau tidak mau pergi dari sini," ancam Walet tanpa kenal rasa takut sedikit pun."Ooo, kau mau memperlihatkan kebolehanmu bermain sihir padaku? Silakan.... Kau pikir aku akan tertipu lagi?" ledek Jiran, me

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Si Buta Dari Sungai Ular   58. Pohon angker

    Tak ada seorang pun yang berani menjatuhkan pandangan pada jenazah Walet. Kengerian telah mendepak mata mereka ke tempat lain, meski masih terpaku di sana. Bagi orang-orang pasar, Walet memang teman kecil yang menyenangkan. Bocah itu tak hanya mampu menghibur hati, tapi juga selalu menolong siapa saja yang butuh uluran tangannya. Di antara mereka bahkan sudah menganggap adik atau anak sendiri. Pada saat Jiran mengamuk tadi inginnya mereka turun tangan. Tapi apa daya? Mereka memang tak memiliki daya dalam menghadapi lelaki kejam itu.Sekian lama mereka terdiam dalam siraman gerimis, bagai sekumpulan area. Sampai akhirnya.... "Yhiaaa Walet brengsek! Anak sialan!"Seketika kerumunan orang pasar itu tersentak oleh teriakan Sentana. Dan mata mereka langsung terbelalak serentak mendengar umpatan Sentana yang terdengar ganjil di telinga, "Apa-apaan ini? Apa Sentana kemasukan setan?" tanya hati masing-masing. Dan keheranan mereka terjawab seketika, saat tangan Sentana mengangk

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Si Buta Dari Sungai Ular   59. Hantukah?

    Seperti juga Sentana, Manggala pun merasa tidak ada salahnya bersahabat dengan seseorang yang usianya jauh lebih muda. Nilai sebuah persahabatan, toh tak bisa hanya dinilai dengan perbedaan usia.Secara jujur, Manggala mengakui kalau ketertarikannya pada Walet, dikarenakan ada kesamaan. Sama-sama tak sudi melihat ketidakadilan, kesemena-menaan, dan kekejaman yang terjadi di depan mata."Jadi, Kang Manggala tak tertipu oleh kekuatan batinku?" tanya Walet.Manggala mengangguk."Aku juga tidak mengerti, kenapa orang lain tertipu sedang aku tidak," jawab Manggala."Mmm, mungkin karena Kakang memiliki hati bersih," duga Walet."O, ya?""Bersihnya hati Kakang Manggala, karena berpegang teguh pada kebenaran sebagai amanat Tuhan. Keimanan pada Tuhan, tidak membuat orang mudah terpengaruh sesuatu...," tutur Walet.Mendengar ucapan bijaksana bocah kecil di depannya, Manggala tertawa renyah. Dikucek-kuceknya rambut Walet seperti sikap seo

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Si Buta Dari Sungai Ular   60. Di hadang

    Dengan alasan inilah, Adipati Tunggul Manik berulang kali mengirim utusan ketiga perguruan lain, untuk memohon bantuan mengatasi sepak terjang Perguruan Ular Iblis. Meski begitu, persoalan demi persoalan yang ditimbulkan para murid Perguruan Ular Iblis tak kunjung selesai.Seperti halnya hari ini, dua lelaki dari Perguruan Ular Iblis terlihat memasuki gerbang desa. Keduanya berpakaian serupa. Rompi merah tua dengan rajutan ular bertaring besar di bagian belakangnya. Pakaian itu masih dipadu dengan celana panjang warna kelabu. Kepala mereka diikat kain merah bergambar lambang perguruan, seperti di baju bagian belakang yang dikenakannya. Kegagahan tampak pada kedua lelaki muda berwajah tampan itu. Sayang, sinar mata mereka berbinar culas.Mereka terus melangkah angkuh, memasuki jalan desa yang lengang siang ini. Tak heran, karena para penduduk yang terutama laki-laki sedang pergi ke sawah. Sedangkan para wanitanya sedang mempersiapkan makan siang untuk dibawa ke sawah na

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Si Buta Dari Sungai Ular   61. Kejadian Aneh

    Siapa yang sudi disebut orang sinting? Begitu marahnya Wisesa, sampai-sampai seluruh urat lehernya tersembul ketika memaki."Kita hajar saja dia, Kang," usul Karta pada Wisesa.Dihampirinya pemuda yang tampak berpura-pura ketakutan. Langkahnya terbanting-banting di jembatan bambu, membuat getaran bagai ada gempa."Hati-hati Bambu-bambu itu sudah keropos" teriak pemuda gondrong yang ternyata Manggala, alias Si Buta dari Sungai Ular seraya menjentik kulit bambu yang dikeratnya dari sisi jembatan.Keratan kulit bambu itu kontan meluncur deras tanpa tertangkap mata Wisesa. Dan tiba-tiba saja menghantam bagian jembatan yang hendak diinjak Wisesa.Krak!Sebelah kaki Wisesa kontan terperosok, begitu jentikan kecil Manggala tadi disertai tenaga dalam tingkat tinggi. Memang, bambu yang terkena kontan remuk. Sehingga, tak kuat menahan bobot Wisesa."Kunyuk Kunyuk" umpat Wisesa seraya bangkit terseok. Wisesa memegangi selangkangan yang terantuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Si Buta Dari Sungai Ular   62. Jangan campuri urusanku!

    "Minggir kau! Jangan campuri urusanku!" bentak sosok berpakaian serba merah itu."Kalau kau berurusan dengan kawan kecilku ini, itu berarti berurusan langsung denganku," sanggah Manggala, menanggapi bentakan orang yang ternyata bukan wanita.Sosok itu ternyata lelaki berusia lima puluh tahunan. Rambutnya yang panjang dipenuhi uban. Wajahnya amat menakutkan dengan bekas luka sayatan pedang yang memanjang dari kening hingga ke pipi. Sebelah matanya terlihat sudah tidak utuh lagi karena sayatan itu. Meski rambutnya panjang, bagian depan kepalanya tak berambut. Sehingga keningnya tampak menjadi lebih lebar. Dengan kumis lebat menutupi bibir, lelaki itu makin terlihat sangar."Kau akan menyesal jika mencampuri urusanku, Anak Muda," ancam orang itu dingin.Manggala tersenyum sinis, di bawah terpaan sinar lampu minyak dalam kamar."Keliru Justru kau yang akan menyesal telah berurusan denganku," tangkis Manggala tenang."Kau terlalu memaksa, Kisanak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Si Buta Dari Sungai Ular   63. Putri Ratu Penguasa Laut Selatan

    Selanjutnya dia akan mencari tahu tentang bencana seperti disebutkan wanita cantik yang ditemuinya beberapa hari lalu. Dan yang terakhir, akan diselidikinya siapa wanita cantik terselubung teka-teki itu sebenarnya."Benar-benar rumit...," keluh Manggala bersama satu helaan napas panjang."Kopinya, Kang Manggala...."Manggala tersadar dari kecamuk pikirannya. Didapatinya Marni telah berdiri di depannya, membawa dua cangkir tanah liat berisi kopi panas."Wah Pagi-pagi seperti ini, memang tepat kalau disuguhkan kopi ngebul-ngebul," seloroh Manggala seraya menyambut cangkir di tangan kanan Marni."Terima kasih, ya."Gadis manis di depan pemuda itu tersipu-sipu sambil meletakkan cangkir kopi yang lain di meja kayu. Kulit wajahnya yang putih memperlihatkan semu merah, kala mata Manggala berusaha menangkap mata lentiknya."Mmm, kopi ini betul-betul nikmat. Kau yang buat, Ni?" tanya Manggala setelah menyeruput kopi.Marni mengangguk ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Si Buta Dari Sungai Ular   64. Bencana

    Sambil berbicara mata bocah kecil itu terus membesar. Entah karena kesal tidak pernah diberi tahu Manggala tentang dirinya selaku pendekar yang begitu disegani, atau karena bocah kecil itu sama kaget dengan prajurit kadipaten tadi."Kakang ini benar-benar brengsek...," gerutu Walet. "Kalau tahu begitu, aku sudah minta diajarkan jurus saktimu...."Manggala tak mempedulikan gerutuanmu Walet, karena prajurit yang melapor telah kembali."Tuan Pendekar dipersilakan menemui Kanjeng Adipati di pendapa," kata prajurit itu, mempersilakan.Manggala dan Walet memasuki gerbang kadipaten, diantar prajurit tadi. Setelah berjalan melewati taman sari kekadipatenan, mereka tiba di satu bangunan besar bertiang-tiang kokoh. Bangunan ini tak berdinding, sehingga orang di dalamnya bisa melepas pandangan ke seluruh penjuru taman sari. Di tengah ruangan berlantai agak meninggi itu, tampak Adipati Tunggul Manik duduk di atas kursi kebesaran. Mimik wajahnya terlihat senang. Matan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status