Sesaat Dayang Kemilau tak menjawab. Lalu sambil pandangi gadis berambut panjang yang diikat pita warna biru pekat itu, dia berkata, "Secara pasti aku tidak tahu. Karena Guru memang tidak pernah menceritakan tentang kehebatan Kitab Pamungkas secara tuntas. Hanya yang kuketahui... kalau Kitab Pamungkas merupakan kitab lanjutan dari Kitab Pembangkit Mayat. Kitab Pembangkit Mayat pernah dipergunakan oleh Dewi Samudera Biru untuk membangkitkan mayat Iblis Mara Kayangan. Dan menurut cerita Guru, Kitab Pembangkit Mayat berhasil didapatkan oleh Si Buta dari Sungai Ular."
"Lantas... di sisi mana letak kehebatan Kitab Pamungkas, bila kudengar Kitab Pembangkit Mayat sudah begitu mengerikan?" Kali ini Dayang Pandan yang ajukan tanya.
Dayang Kemilau menggelengkan kepala. "Tadi kukatakan, aku tidak tahu. Hanya bisa kutaksir, kalau Kitab Pamungkas lebih mengerikan dari Kitab, Pembangkit Mayat. Kita sama-sama tahu kalau Guru mengatakan, petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada, ada di
Kembali Dewi Topeng Perak arahkan pandangan ke tempat yang diinginkannya tanpa tahu harus melihat apa. Diam-diam perempuan berpakaian kuning cemerlang ini membatin, "Manusia keparat satu ini suatu saat harus diajar adat! Karena semua ulahnyalah aku jadi terlambat tiba di Bukit Watu Hatur! Tetapi, biarlah kulupakan persoalan ini! Karena, aku tetap mengharapkan bantuannya untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular! Belum puas rasa hatiku sebelum semuanya ini berakhir!"Lalu kembali dia palingkan kepala pada Buang Totang Samudero yang sedang menggeram, "Kupegang setiap kata-kata yang kau ucapkan! Dan aku tak mau kau gagal menjalankan semua yang kuinginkan!""Kau akan mendapat bukti!""Diucapan, mungkin aku sudah mendapatkan bukti! Tetapi, kenyataannya belum sama sekali!""Akan kubunuh Si Buta dari Sungai Ular untukmu!" seru Buang Totang Samudero keras.Sebelum Dewi Topeng Perak menyahuti kata-kata Buang Totang Samudero, terdengar satu suara cukup keras,
"Cerdik! Dia berkata begitu dengan kata lain untuk menutupi keadaan yang sebenarnya. Baiknya kuikuti saja apa yang dilakukannya," kata Dewi Topeng Perak didalam hati. Lalu masih dengan menyeringai dia berkata, "Urusanku pun ingin mencabut nyawa Si Buta dari Sungai Ular! Tetapi berlainan dengan keinginan kalian! Aku tak terlalu berambisi untuk menahan orang lain membunuhnya, karena melihatnya mati aku sudah puas!""Keparat betul! Dia tahu apa maksudku!" maki Dayang Pandan dalam hati. "Rasanya... ini tak bisa dibuat main-main! Hmm... aku memikirkan sesuatu...."Mengikuti jalan pikirannya, Dayang Pandan berkata, "Bila memang demikian adanya, kita tak perlu memperpanjang urusan! Masing-masing orang tetap memburu Si Buta dari Sungai Ular!""Bagus! Bagaimana bila aku dan kawanku yang mendahului membunuhnya?"Di bibir Dayang Pandan tersungging senyuman aneh. "Kita lihat nanti!"Habis kata-katanya, sosok gadis berjubah putih itu sudah berkelebat meninggalk
Selang beberapa saat, terlihat getaran tubuhnya tidak lagi sekencang tadi dan berangsur tenang seperti saat dimulainya bersemadi. Satu tarikan napas berikut, perlahan-lahan pemuda yang di dada terdapat rajahan petir ini membuka kedua matanya, bersamaan dengan rangkapan tangan di depan dada diturunkan.Ditariknya udara segar dalam-dalam hingga memenuhi seluruh rongga paru-parunya."Benar-benar urusan jadi kapiran...," desisnya kemudian. "Pertama-tama muncul Hantu Caping Baja yang langsung menyerangku dan ternyata hanya bermaksud menguji kepandaianku. Dari mulut Hantu Caping Baja, jelas perkara yang harus kutangani sangat panjang. Menyusul kemunculan gadis yang mengaku berjuluk Dewi Awan Putih. Dari sikap si gadis yang begitu bernafsu memburu Hantu Caping Baja, nampaknya gadis itu juga menginginkan Kitab Pamungkas. Mungkin, petunjuk yang didapatnya hanyalah dari Hantu Caping Baja. Karena bisa jadi nenek aneh yang menyerangku dengan hebat itu, secara tak sengaja kelepasan
"Hmm... aku tahu kalau gadis ini memiliki ilmu yang cukup tinggi. Tetapi, aku tak mau melibatkan dirinya lagi dalam urusan ini."Memutuskan demikian, Manggala berkata, "Tidak apa-apa. Hanya luka kecil saja."Ayu Wulan tahu kalau luka yang dialami pemuda berpakaian kulit ular ini bukanlah luka ringan. Tetapi karena Manggala sudah berkata demikian, dia pun tak enak untuk bertanya lebih lanjut. Makanya dia berkata, "Kau masih tetap seperti yang pertama kali kutemui, Kang Manggala. Terkadang kau begitu terbuka dan terkadang kau begitu tertutup."Manggala tersenyum. "Kulakukan seperti yang kau katakan tadi, karena memang ada hal-hal penting yang harus kukatakan. Tetapi, ada juga yang tak perlu dikatakan."Sebagai jawaban, Ayu Wulan cuma tersenyum. Manggala berkata lagi, "Kuharap kau mengerti, bukan" Sekarang, apakah kau tidak bermaksud melanjutkan perja...."Kata-kata Si Buta dari Sungai Ular terputus tatkala terdengar satu suara cukup keras, "Kau tak m
"Tidak! Tulang Ekor Naga Emas dan rajahan petir di dadanya sudah membuktikan kalau dia adalah Si Buta dari Sungai Ular!" seru Dayang Harum."Kali ini peduli setan! Kita sudah banyak menurunkan tangan! Membunuh pemuda yang bernama Lolo Bodong kendati dia adalah Si Buta dari Sungai Ular atau bukan, hanya sebuah urusan kecil!""Aku pun sudah tak sabar untuk membunuhnya! Tetapi Guru melarang kita melakukan hal itu sebelum Kitab Pembangkit Mayat berada di tangan!" sahut Dayang Kemilau yang teringat akan pesan gurunya."Lantas, apa yang mesti kita lakukan? Membiarkan pemuda bernama Lolo Bodong yang ternyata Si Buta dari Sungai Ular adanya mempermainkan kita, ataukah kita harus mutar-mutar tak karuan padahal orang yang kita cari berada di depan mata?" seru Dayang Harum mulai kesal.Kali ini, tak ada yang bersuara. Masing-masing gadis menutup mulut rapat-rapat dengan dibuncah berbagai perasaan. Di lain kejap, Dayang Kemilau berkata memecah kesunyian,"Kita
Wuuuttt! Wuuutttt!Dua gumpalan angin hitam berkelebat angker dan perdengarkan suara menderu keras.Blaaammm!Terdengar ledakan keras saat dua serangan itu bentrok di udara. Sosok Dayang Harum terlihat surut tiga langkah dengan wajah berubah pucat pasi dan dada bergetar. Di depan sana, Handaka yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Pangeran Pencabut Nyawa, langsung membuang tubuh ke belakang tatkala dua gelombang angin menggempur ke arahnya.Blaaam!Ranggasan semak belukar langsung pecah dan tanah berhamburan di udara. Belum lagi Pangeran Pencabut Nyawa hinggap dengan kedua kaki tegak di atas tanah, mendadak saja sosok Dayang Pandan sudah berkelebat ke depan diiringi teriakan keras seraya mendorong kedua tangannya. Saat itu pula suasana di tempat itu meredup. Angin yang tadi keras bertiup seperti berhenti. Menyusul deruan keras yang menggelegar, sebongkah kabut hitam melesat dan mengeluarkan hawa dingin yang luar biasa. Rupanya, Dayang Panda
Dengan kening dikernyitkan murid Iblis Tanpa Jiwa ini berkata "Aku telah mengatakan apa yang menjadi tujuanku! Sekarang, katakan apa tujuan kalian!""Kau tak perlu tahu urusan kami!" seru Dayang Harum keras. Dan mendadak dia katupkan mulut untuk meneruskan kata tatkala satu pikiran menyelinap dibenaknya. Lalu dengan memasang wajah serius dia berkata, "Aku tahu sedikit tentang Kitab Pamungkas yang kini ramai dibicarakan oleh orang-orang rimba persilatan? Bukankah sebenarnya yang kau hendaki dari Si Buta dari Sungai Ular adalah Kitab Pembangkit Mayat?"Kendati keningnya masih mengernyit, Pangeran Pencabut Nyawa berkata juga, "Kau sudah tahu soal itu!""Hanya sedikit! Tetapi kami tak menghendaki apa yang menjadi tujuanmu dengan Si Buta dari Sungai Ular!""Katakan!""Kitab Pembangkit Mayat yang kau cari pada Si Buta dari Sungai Ular, kini berada di tangan seorang perempuan berpakaian kuning cemerlang yang berjuluk Dewi Topeng Perak dan seorang kakek ya
"Katakan!""Bukan tentang di mana Si Buta dari Sungai Ular berada. Melainkan, tentang apa-apa yang ada di balik pakaian yang kau kenakan. Aku tahu apa yang terdapat di...."'Tutup mulutmu!" sengat Dewi Topeng Perak memutus kata-kata si kakek dengan tangan menuding. Tetapi Buang Totang Samudero tidak mempedulikan. Dia tetap meneruskan kata,"... balik pakaianmu itu benda-benda yang sangat kuinginkan untuk kulihat, kuraba, dan kurasakan. Betapa nikmat semua yang....""Diaaammm!"Kali ini Buang Totang Samudero mengatupkan mulutnya. Tetapi bibirnya tetap menyeringai. Sementara itu sambil keluarkan dengusan keras, Dewi Topeng Perak arahkan pandangan kekejauhan. Dalam hati perempuan berpakaian kuning cemerlang ini memaki, "Benar-benar jahanam sikap kakek keparat ini! Huh! Mengapa aku sampai berjumpa dengannya kembali? Setan laknat! Bila saja tak kubutuhkan kesaktiannya untuk menghadapi Si Buta dari Sungai Ular, sudah kutinggalkan dia sejak pertama bertemu lagi!