"Tutup mulutmu! Mulai sekarang, jangan sampai aku melihatmu lagi!"
"Tetapi...."
"Apakah harus kubuktikan apa yang barusan kukatakan!" putus Nenek Cabul meradang.
Mendapati kata-kata yang tak main-main dan tatapan mengkelap itu, Iblis Lembah Ular urungkan niat untuk menyahut. Sesaat tubuh lelaki berkepala lonjong ini bergetar dengan pandangan tajam. Kedua tangannya terkepal kuat. Di lain saat, setelah mendengus keras Iblis Lembah Ular segera balikkan tubuh dan berlalu dari Sana dengan dendam yang mulai naik.
"Perempuan keparat! Satu saat, akan kubalas penghinaan yang kau berikan ini! Sebaiknya, kucari saja Maut Tangan Satu! Lelaki berlengan kiri kutung itu telah bertindak kurang ajar mengintip dan mencuri dengar apa yang telah direncanakan oleh Nenek Cabul! Keparat betul! Semua manusia di dunia ini keparat!"
Sepeninggal Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul mendengus. "Aku tak membutuhkan lelaki itu lagi! Tindakan pengecutnya telah bikin darahku mendidih!
Lalu katanya dengan suara dihentak, "Aku dikenal orang sebagai Maut Tangan Satu!"Kepala Nenek Cabul menegak. "Jahanam! Jadi manusia inilah yang mengintip dan mencuri dengar pembicaraanku dengan Iblis Lembah Ular waktu itu! Keparat betul! Bisa kupastikan sekarang kalau dia adalah salah seorang cecunguk Raja Setan Seruling Maut! Hmm... dengan kata lain, dia pun tentunya tahu di mana Bukit Watu Hatur berada! Bagus, dia bisa kujadikan kambrat! Dan untuk sementara kulupakan kelancangannya yang berani mencuri dengar pembicaraanku dengan Iblis Lembah Ular!"Memutuskan demikian, Nenek Cabul berkata, "Hmmm... aku pernah mendengar pula julukan itu. Julukan yang cukup menggetarkan orang!""Aneh! Sikapnya tak berubah sama sekali. Jangan-jangan... dia memang tidak tahu kalau aku mengintipnya waktu itu? Bagus! Dengan begitu, aku tidak perlu terlalu tegang. Hanya saja, di mana Iblis Lembah Ular berada?" tanya Maut Tangan Satu dalam hati. Lalu dengan suara tegas, lelaki berpak
PEREMPUAN berpakaian warna kuning cemerlang itu menghentikan kelebatannya tatkala siang sudah tiba di tengah kepala, di sebuah tempat yang dipenuhi pepohonan. Sepasang matanya yang diselubungi topeng perak guna menutupi wajahnya, memandang kejauhan. Rambutnya hitam panjang bergerai dimainkan angin. Perempuan yang tak lain adalah Dewi Topeng Perak adanya, berkata pelan setelah menghembuskan napas panjang, "Hmmm... masih cukup jauh jarak Bukit Watu Hatur, kendati sudah kelihatan dari sini. Sungguh sial, setelah berputar terlalu jauh akhirnya harus kembali ke bukit itu! Huh! Persetan dengan Si Buta dari Sungai Ular sekarang! Yang pasti, aku akan mendatangi bukit itu! Karena kupikir... di sanalah semuanya akan berakhir!"Setelah memutuskan berpisah dari Nenek Cabul dan Iblis Lembah Ular, Dewi Topeng Perak terus berkelebat. Tujuannya sekarang adalah Bukit Watu Hatur. Selama berlari menuju ke tempat itu, perempuan bertopeng perak ini mencoba menghibur diri, kalau Ratu Kegelapan yan
Di balik topeng perak yang dikenakan, wajah perempuan berpakaian kuning cemerlang itu mengkelap. Tetapi di lain kejap dianggukkan kepalanya. Maung Kumayang tersenyum dulu sebelum berkata, "Terus terang, kendati kita termasuk Iblis Lembah Ular adalah kaki tangan Raja Setan Seruling Maut, tetapi aku tidak menyukai lelaki berkepala lonjong itu. Bahkan...""Mengapa?" putus Dewi Topeng Perak dengan nada menyentak."Kau tak perlu menanyakan soal itu! Bagaimana dengan kau sendiri?" sahut Maung Kumayang.Dewi Topeng Perak menarik napas pendek."Begitu pula denganku!""Bagus! Berarti, kita punya keinginan yang sama untuk menghajar lelaki itu, bukan?" Lalu dengan mimik serius, lelaki berpakaian dan berjubah hitam itu melanjutkan kata, "Nah! Sekarang dengarkan kelanju-tan kata-kataku! Menurutku, inilah yang paling penting! Dewi Topeng Perak, pernahkah timbul keinginan dalam hatimu untuk menguasai Seruling Gading yang berada di tangan Raja Setan Seruling Maut?
Di seberang, Dewi Topeng Perak yang telah berdiri tegak mendengus dingin, "Kalau memang begitu adanya, aku menyetujui ajakanmu! Tetapi... ada satu pertanyaan yang masih singgah di benakku!""Bila kau bertanya mengapa aku menjadi hebat seperti ini, kau tak akan menemukan jawabannya! Tetapi yang boleh kau ingat dan ketahui, kalau kau tak akan bisa mengalahkanku!""Setan bongkok! Bila ada kesempatan kurobek pecah mulutnya!" Sambil menindih kegeramannya, Dewi Topeng Perak berkata, "Siapakah yang berhak untuk mendapatkan Seruling Gading kelak, bila kita mendapatkannya!"Senyum aneh di bibir Maung Kumayang semakin mengembang. Lalu dengan kata-kata bernada tinggi dan ejekan yang benar-benar tak ditutupinya dia berseru, "Urusan itu, bisa kita pikiran lagi! Paling tidak, kita akan bertarung untuk membuktikan siapa yang berhak memilikinya!"Dewi Topeng Perak hampir saja melabrak ke depan mendengar kata-kata yang menyakitkan telinganya. Tetapi ditahannya. Lalu denga
Lalu dengan suara lantang dan dingin, gadis berjubah biru pekat berseru, "Pemuda berpakaian dari kulit ular! Kami tak punya banyak waktu! Cepat katakan siapa kau adanya! Bila kau orang yang kami cari, cepat membunuh diri! Bila ternyata bukan, segera enyah dari sini sebelum celaka!"Orang yang ditanya bukannya segera menjawab, justru arahkan pandangan pada gadis yang membentak tadi, yang seketika mengkelap. Kembali dia bertanya sengit. Tetapi Si Buta dari Sungai Ular masih belum membuka mulut. Diam-diam pemuda ini justru membatin, "Mendengar kata-katanya, ada sesuatu yang mulai terkuak. Mereka nampaknya sedang mencari seseorang, dan bisa jadi akulah orangnya. Sebaiknya, kujawab saja dulu sehingga bisa kudapati apa yang membuatku cukup bertanya-tanya ini."Memutuskan demikian, Si Buta dari Sungai Ular berkata, "Baru kali ini kudengar orang bertanya seperti naga marah keluar dari kawah! Apakah tidak ada cara yang lebih sopan?"Gadis berjubah biru pekat kertakkan ra
Tetapi seringaian di bibir gadis berjubah biru pekat lenyap seketika, tatkala dari arah depan sana melesat hawa panas keras luar biasa yang nampaknya berhasil mengimbangi hawa dingin yang dilepaskan dari pukulan Dayang Kemilau. Menyusul sentakan kedua tangan yang menjelma menjadi bayangan raksasa berkekuatan tinggi. Rupanya, Manggala sendiri tak mau nyawanya putus di tengah jalan. Makanya dia segera kerahkan tenaga inti ‘Geledek’ yang dipadukan dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih '.Blaarrr!Untuk kedua kalinya tempat itu diguncang hebat. Tanahnya bergetar dan beberapa batang pohon ambruk berdebam. Sementara itu, tanah di mana pertemuan dua serangan dahsyat itu terjadi, rengkah dan menerbangkan debu-debunya ke udara. Tatkala semuanya sirap, terlihat sosok Dayang Kemilau yang terhuyung ke belakang dengan dada terasa nyeri luar biasa. Bila saja Dayang Pandan tidak bersikap sigap, bisa dipastikan tubuh gadis berjubah hitam itu akan terbanting ambruk di ata
Mendengar kata-kata orang, Maung Kumayang kembangkan senyum. Pandangannya mencoba menembus wajah yang ditutupi cadar sutera. Setelah melirik dada besar perempuan berpakaian sutera dan paha halus serta gempal yang tatkala angin berhembus tersibak, dengan sikap jumawa dia berkata, "Siapa pun kau adanya, sudah tentu dengan tangan terbuka kami sambut niatmu itu. Tetapi, apakah tidak lebih baik memperkenalkan diri dulu?"Perempuan bercadar tak segera menjawab. Lalu terdengar sahutannya. "Julukanku Dewi Kematian."Kali ini senyum di bibir lelaki bercodet di pipi kanan itu putus. Keningnya berkernyit. "Dewi Kematian... rasa-rasanya, aku pernah mendengar julukan itu, Bukankah dia yang pernah mencoba merebut Tulang Ekor Naga Emas dari tangan Si Buta dari Sungai Ular. Hmm... bisa kutebak apa yang menyebabkannya menginginkan kematian Si Buta dari Sungai Ular. Tetapi, siapa pun dia, aku tak peduli Ketimbang perempuan bertopeng perak ini, nampaknya Dewi Kematian lebih memberikan ga
Dewi Topeng Perak menyahut, "Aku paham akan kata-katamu.""Menyenangkan. Dan kau bersedia untuk menghajar Maung Kumayang?""Bahkan tanpa bantuanmu, akan kuhajar lelaki keparat itu!""Begitu pula denganku! Aku tak membutuhkan pula bantuanmu untuk membunuh lelaki sial itu!"Dewi Topeng Perak menahan napas. Setelah menghembuskannya dengan suara menggembor, dia berkata, "Kita tak perlu saling mengukur ketinggian ilmu yang kita punyai! Setelah membunuh Si Buta dari Sungai Ular, kita bunuh Maung Kumayang! Dan urusan kita bila hendak dilanjutkan silakan, tetapi bila diputus setelah kematian Maung Kumayang pun tak jadi masalah.""Aku memutuskan yang kedua!""Bagus! Berarti kita sudah sepakat! Dan kuharap, kita tak saling mencoba mengkhianati!"Dewi Topeng Perak berkata seperti menggeram, "Kita lihat saja nanti!""Keputusan yang tepat! Berarti, tak ada yang perlu dibicarakan lagi!""Itu pun kusetujui!"Habis kata-katanya,