Di seberang, Dewi Topeng Perak yang telah berdiri tegak mendengus dingin, "Kalau memang begitu adanya, aku menyetujui ajakanmu! Tetapi... ada satu pertanyaan yang masih singgah di benakku!"
"Bila kau bertanya mengapa aku menjadi hebat seperti ini, kau tak akan menemukan jawabannya! Tetapi yang boleh kau ingat dan ketahui, kalau kau tak akan bisa mengalahkanku!"
"Setan bongkok! Bila ada kesempatan kurobek pecah mulutnya!" Sambil menindih kegeramannya, Dewi Topeng Perak berkata, "Siapakah yang berhak untuk mendapatkan Seruling Gading kelak, bila kita mendapatkannya!"
Senyum aneh di bibir Maung Kumayang semakin mengembang. Lalu dengan kata-kata bernada tinggi dan ejekan yang benar-benar tak ditutupinya dia berseru, "Urusan itu, bisa kita pikiran lagi! Paling tidak, kita akan bertarung untuk membuktikan siapa yang berhak memilikinya!"
Dewi Topeng Perak hampir saja melabrak ke depan mendengar kata-kata yang menyakitkan telinganya. Tetapi ditahannya. Lalu denga
Lalu dengan suara lantang dan dingin, gadis berjubah biru pekat berseru, "Pemuda berpakaian dari kulit ular! Kami tak punya banyak waktu! Cepat katakan siapa kau adanya! Bila kau orang yang kami cari, cepat membunuh diri! Bila ternyata bukan, segera enyah dari sini sebelum celaka!"Orang yang ditanya bukannya segera menjawab, justru arahkan pandangan pada gadis yang membentak tadi, yang seketika mengkelap. Kembali dia bertanya sengit. Tetapi Si Buta dari Sungai Ular masih belum membuka mulut. Diam-diam pemuda ini justru membatin, "Mendengar kata-katanya, ada sesuatu yang mulai terkuak. Mereka nampaknya sedang mencari seseorang, dan bisa jadi akulah orangnya. Sebaiknya, kujawab saja dulu sehingga bisa kudapati apa yang membuatku cukup bertanya-tanya ini."Memutuskan demikian, Si Buta dari Sungai Ular berkata, "Baru kali ini kudengar orang bertanya seperti naga marah keluar dari kawah! Apakah tidak ada cara yang lebih sopan?"Gadis berjubah biru pekat kertakkan ra
Tetapi seringaian di bibir gadis berjubah biru pekat lenyap seketika, tatkala dari arah depan sana melesat hawa panas keras luar biasa yang nampaknya berhasil mengimbangi hawa dingin yang dilepaskan dari pukulan Dayang Kemilau. Menyusul sentakan kedua tangan yang menjelma menjadi bayangan raksasa berkekuatan tinggi. Rupanya, Manggala sendiri tak mau nyawanya putus di tengah jalan. Makanya dia segera kerahkan tenaga inti ‘Geledek’ yang dipadukan dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih '.Blaarrr!Untuk kedua kalinya tempat itu diguncang hebat. Tanahnya bergetar dan beberapa batang pohon ambruk berdebam. Sementara itu, tanah di mana pertemuan dua serangan dahsyat itu terjadi, rengkah dan menerbangkan debu-debunya ke udara. Tatkala semuanya sirap, terlihat sosok Dayang Kemilau yang terhuyung ke belakang dengan dada terasa nyeri luar biasa. Bila saja Dayang Pandan tidak bersikap sigap, bisa dipastikan tubuh gadis berjubah hitam itu akan terbanting ambruk di ata
Mendengar kata-kata orang, Maung Kumayang kembangkan senyum. Pandangannya mencoba menembus wajah yang ditutupi cadar sutera. Setelah melirik dada besar perempuan berpakaian sutera dan paha halus serta gempal yang tatkala angin berhembus tersibak, dengan sikap jumawa dia berkata, "Siapa pun kau adanya, sudah tentu dengan tangan terbuka kami sambut niatmu itu. Tetapi, apakah tidak lebih baik memperkenalkan diri dulu?"Perempuan bercadar tak segera menjawab. Lalu terdengar sahutannya. "Julukanku Dewi Kematian."Kali ini senyum di bibir lelaki bercodet di pipi kanan itu putus. Keningnya berkernyit. "Dewi Kematian... rasa-rasanya, aku pernah mendengar julukan itu, Bukankah dia yang pernah mencoba merebut Tulang Ekor Naga Emas dari tangan Si Buta dari Sungai Ular. Hmm... bisa kutebak apa yang menyebabkannya menginginkan kematian Si Buta dari Sungai Ular. Tetapi, siapa pun dia, aku tak peduli Ketimbang perempuan bertopeng perak ini, nampaknya Dewi Kematian lebih memberikan ga
Dewi Topeng Perak menyahut, "Aku paham akan kata-katamu.""Menyenangkan. Dan kau bersedia untuk menghajar Maung Kumayang?""Bahkan tanpa bantuanmu, akan kuhajar lelaki keparat itu!""Begitu pula denganku! Aku tak membutuhkan pula bantuanmu untuk membunuh lelaki sial itu!"Dewi Topeng Perak menahan napas. Setelah menghembuskannya dengan suara menggembor, dia berkata, "Kita tak perlu saling mengukur ketinggian ilmu yang kita punyai! Setelah membunuh Si Buta dari Sungai Ular, kita bunuh Maung Kumayang! Dan urusan kita bila hendak dilanjutkan silakan, tetapi bila diputus setelah kematian Maung Kumayang pun tak jadi masalah.""Aku memutuskan yang kedua!""Bagus! Berarti kita sudah sepakat! Dan kuharap, kita tak saling mencoba mengkhianati!"Dewi Topeng Perak berkata seperti menggeram, "Kita lihat saja nanti!""Keputusan yang tepat! Berarti, tak ada yang perlu dibicarakan lagi!""Itu pun kusetujui!"Habis kata-katanya,
Si kakek tertawa, tetap hanya membuka mulut sedikit. "Sudah tentu aku begitu tulus mencintaimu, Sunarsasi! Kau tak perlu menyangsikan lagi akan cintaku itu! Bahkan... kuharapkan kau akan melahirkan anak-anakku yang tentunya akan tumbuh menjadi pemuda gagah seperti ayahnya dan gadis manis jelita seperti ibunya!""Sinting! Siapa sudi menyerahkan tubuh kepada orang sepertimu!" maki Dewi Topeng Perak dalam hati. Sambil memasang senyum dia berkata, "Mungkin... aku pun bisa memulai untuk mencintaimu....""Haya! Bagus sekali! Bagus itu! Dan apakah kau sudah bersedia tidur denganku?""Jahanam! Kata-katanya benar-benar membuat telingaku panas dan dadaku seakan meledak!" geram Dewi Topeng Perak dalam hati.Dan lagi-lagi sambil menindih kegeramannya dia berkata, "Untuk saat ini aku belum mau melakukannya."Si kakek memutus tawanya sendiri. Dengan pandangan lurus dia menatap ke depan. Mulutnya berkemak-kemik tanpa keluarkan suara. Masih memandang pada Dewi Top
"Jadi harus kukatakan kalau dia bukan hanya mendepakmu, tetapi juga meludahimu? Kalau memang begitu, kau tak perlu mengatakannya! Karena, aku sudah tahu, kan!" ejek Manggala yang sebenarnya sama sekali tak menyangka akan berjumpa dengan Iblis Lembah Ular. Setelah meninggalkan Dayang-dayang Dasar Neraka yang sepertinya menginginkan kematiannya, Si Buta dari Sungai Ular terus memutuskan melanjutkan perjalanan menuju ke Bukit Watu Hatur. Namun pemuda ini segera hentikan kelebatannya tatkala mendapati satu sosok tubuh yang tak lain Iblis Lembah Ular menuju ke arahnya.Dari penjelasan Pendekar Bijaksana, Si Buta dari Sungai Ular tahu kalau Trisula Mata Empat berada di tangan Nenek Cabul. Dan dia tahu pula kalau Iblis Lembah Ular selalu bersama dengan Nenek Cabul. Makanya dia memutuskan untuk menghentikan langkah menuju ke Bukit Watu Hatur, dan menunggu kedatangan lelaki itu kendati dia cukup heran karena tak mendapati Nenek Cabul bersama lelaki itu.Mendengar ejekan Si Buta
"Waduh! Yang ditanya lain, kok malah menyuruh lain! Kau ini aneh-aneh saja!""Jahanam!" maki Iblis Lembah Ular seraya berdiri perlahan-lahan. Kedua kakinya agak goyah saat tegak. Lalu dikumpulkan segenap tenaga dalamnya. Kejap lain, kepalanya tengadah dengan mata terpentang. "Terimalah kematianmu!"Habis bentakannya, sosok berpakaian hitam bergaris merah itu sudah mencelat ke muka. Kedua tangannya bergerak ke atas dan ke bawah.Manggala terdiam dengan pandangan tak berkedip. Berjarak dua tindak dari sosok Iblis Lembah Ular yang makin mendekat, kedua tangannya cepat digerakkan.Plak! Plakk!Menyusul kaki kanannya dicuatkan ke atas.Des!Telak menghantam dagu Iblis Lembah Ular. Bila saja Manggala melakukannya sepenuh tenaga, sudah bisa dipastikan tulang dagu hingga kepala Iblis Lembah Ular akan patah-patah. Tetapi lagi-lagi pemuda dari sungai ular ini tak bertindak keras. Kendati demikian, sosok Iblis Lembah Ular terjengkang ke belakang
Selagi Peri Gelang Rantai membatin. Raja Dewa berkata, "Bila kau memang tetap berkeinginan untuk membunuhnya, rasanya aku sulit mencegah, karena mencegah keinginanmu sama dengan memasukkan sebelah kaki ke kawah merapi! Aku akan tetap menuju ke Bukit Watu Hatur!""Kau belum mendapatkan Trisula Mata Empat milikmu itu. Raja Dewa!" seru Peri Gelang Rantai."Mencari Nenek Cabul yang tak kuketahui di mana dia berada sekarang, berarti hanya membuang waktu cukup banyak! Berarti, aku bisa jadi akan terlambat tiba di Bukit Watu Hatur," sahut Raja Dewa setelah terdiam sejenak."Lantas... apakah kau akan mempergunakan Anting Mustika Ratu yang berada di tanganmu untuk menghadapi manusia sesat berjuluk Raja Setan Seruling Maut itu?"Lelaki tua yang kedua tangannya selalu berada di belakang pinggul itu menggelengkan kepala. "Seperti kataku semula, aku tidak akan mempergunakan senjata yang bukan milikku, kendati senjata itu memiliki kesaktian yang tinggi.""Kalau
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana