Si nenek menarik napas dulu seraya memandang Raja Dewa sebelum melanjutkan, "Cara satu-satunya menghadapi manusia sesat itu sekarang, adalah mendapatkan Seruling Gading milik Raja Seruling yang direbutnya! Tanpa seruling mustika itu, Raja Setan Seruling Maut tak akan bisa banyak berbuat, karena sebenarnya dia bukanlah orang yang patut diperhitungkan! Terbukti sebelumnya Dewa Tanpa Nama berhasil mengalahkannya! Tetapi seperti sifatmu, Dewa Tanpa Nama selalu berbaik hati agar manusia keparat itu mau mengubah seluruh watak sesatnya hingga dia tak pernah membunuhnya! Padahal akhirnya, justru Dewa Tanpa Nama yang tewas akibat Seruling Gading milik Raja Seruling yang disalahgunakan oleh Raja Setan Seruling Maut!"
"Gagasanmu sangat baik. Peri Gelang Rantai!" kata Raja Dewa tanpa tersinggung dengan kata-kata yang dibaluri kecaman dari si nenek tadi. "Hanya saja... bagaimana caranya mendapatkan Seruling Gading itu sementara kita belum mengetahui di mana Seruling Maut berada? Dan apaka
SEKETIKA masing-masing orang mengalihkan pandangannya ke arah kanan. Dewi Topeng Perak sudah keluarkan dengusan tatkala mengenali satu sosok tubuh tinggi kurus dengan wajah cekung yang sedang melangkah sambil tertawa-tawa. Sementara Nenek Cabul menjerengkan sepasang matanya dengan kedua tinju dikepalkan mendengar kata-kata lelaki berkepala lonjong dengan rambut yang bisa dihitung itu."Iblis Lembah Ular!" berseru Dewi Topeng Perak dengan tatapan tajam dari balik topeng perak yang dikenakannya. "Apakah kau sendiri sudah bertemu dan mengalahkan Si Buta dari Sungai Ular, hah!""Urusan mengalahkannya sangat mudah! Tetapi menemukannya yang hingga saat ini belum bisa kulakukan!" sahut lelaki berpakaian hitam gombrang bergaris merah yang tak lain memang Iblis Lembah Ular adanya."Jangan banyak omong bila ternyata kau masih kosong melompong! Dan jangan jual lagak di hadapanku!" hardik Dewi Topeng Perak gusar.Hardikannya itu hanya disambut tawa nyaring oleh Iblis
Setelah cukup lama...“Hmmm... sebaiknya aku kembali saja ke tempat semula! Mudah-mudahan kedua manusia kotor itu telah menuntaskan apa yang mereka inginkan!"Dengan mempergunakan ilmu peringan tubuhnya, Dewi Topeng Perak kembali ke tempat semula. Dan dia menggeram hebat dengan kaki kiri dihentakkan ke tanah hingga amblas sebatas lutut tatkala melihat Iblis Lembah Ular dan Nenek Cabul masih bergulat di atas rumput!"Keparat betul!" makinya sengit seraya mengangkat kaki kirinya yang amblas, hingga begitu kakinya diangkat tanah itu ambrol. Lalu dengan segera dibalikkan tubuhnya. Setelah menunggu beberapa saat dengan hati direjam kemarahan, Dewi Topeng Perak mendengar kata-kata Nenek Cabul yang terkikik-kikik, "Luar biasa! Kau kuat sekali bisa melakukannya berkali-kali!”Iblis Lembah Ular yang tengah mengenakan pakaiannya kembali berkata sambil melirik Dewi Topeng Perak yang berdiri membelakangi, "Bila perempuan itu menghendaki, aku masih sanggup
Sungguh, pandangan siapa pun yang melihatnya akan takjub luar biasa. Dua kejapan berikutnya, Ular raksasa itu sudah melesat masuk ke dalam tanah dengan menimbulkan gemuruh dan getaran yang cukup keras ditempat itu.Putri Lebah menggeleng-gelengkan kepalanya."Kau beruntung memiliki Ular raksasa itu, Manggala....""Aku tahu. Dialah sahabatku yang paling sejati .selain kedua guruku dan Eyang Guru," sahut Manggala."O ya, apa yang sedang kau perintahkan pada Garaga?" tanya Putri Lebah dengan keingintahuan yang besar. Manggala tersenyum."Aku hanya memintanya untuk kembali ke Sungai Ular untuk melihat keadaan di mana selama bertahun-tahun aku berdiam di sana," kata Manggala berbohong. Lalu sambungnya yang kali ini mencerminkan kejujuran hatinya, "Sebenarnya... aku ingin sekali bisa mendatangi Sungai ular kembali. Atau menetap di sana. Akan tetapi, tugas yang kuemban tak mungkin bisa membuatku untuk sampai ke sana.""Barangkali suatu saat kau bis
Sementara itu, Maut Tangan Satu sedang menggeram dingin pada Si Buta dari Sungai Ular, "Pemuda dari Sungai ular! Lebih baik menyerah ketimbang nyawamu akan putus!"Manggala cuma nyengir saja. Dan nampaknya sedikit pun dia tidak cemas memperhatikan bagaimana Putri Lebah sedang didesak hebat oleh Datuk Jubah Merah."Apakah kalimat yang kau ucapkan barusan itu tidak terbalik? Jangan-jangan... kau berbuat seperti itu untuk menutupi ketakutanmu?""Setan keparat!”"Busyet! Kok ada orang yang mengatai dirinya sendiri, ya? Lebih baik katakan di mana Raja Setan Seruling Maut berada! Tetapi... eh! Bagaimana bila aku membunuh diri di depan manusia sialan itu? Apakah hadiahnya akan diberikan kepadaku juga? Cuma ya... aku tidak tahu bagaimana caranya membunuh diri!""Pemuda sialan! Biar kutunjukan caranya kepadamu!”Dikawal teriakan mengguntur, Maut Tangan Satu sudah menggebrak maju. Rupanya, lelaki ini sudah tak tahan mendengar ejekan Si But
"Hmm... Rasanya kesabaranku sekarang mulai menipis! Kuperingatkan kepada kalian, lebih baik katakan pada Raja Setan Seruling Maut untuk menghentikan sepak terjang sialannya daripada kucabik-cabik tubuhnya!"Lalu tanpa mempedulikan betapa wajah kedua orang yang berdiri di hadapannya memerah, dengan santai dan pandangan yang tak menyiratkan apa-apa, pemuda yang di dadanya terdapat rajahan petir itu meneruskan kata pada Datuk Jubah Merah, "Orang jelek bercawat dan berjubah norak! Kau sembunyikan di mana gadis itu!"Mendengar pertanyaan orang, meledaklah tawa Datuk Jubah Merah. Lalu dengan suara mengejek dia ' berseru, "Mengapa kau harus memikirkan gadis itu! Dia sudah lari terbirit-birit dengan luka dalam di tubuhnya! Dalam perkiraanku, hanya memakan tiga kali waktu penanakan nasi dia sudah mampus! Sayangnya, kau tak menyaksikan kematian temanmu itu!"Lelaki bercawat hitam ini menyambung dengan suara makin penuh ejekan, "Atau dia kekasihmu, hah! Dan kau berlagak te
Pancingan yang dilakukan oleh Datuk Jubah Merah ternyata membawa hasil. Kedua gendang telinga lelaki berlengan kiri kutung itu seperti ditusuk oleh sembilu bermata tiga. Tatapannya menusuk seperti sembilu saat dia berkata, "Jahanam betul kau bicara! Apakah bukan kau sendiri yang sudah putus nyali!""Aku masih berkeinginan untuk bergebrak dengannya! Tetapi kau mundur karena dia....""Setan! Akan kurobek mulutmu setelah kubunuh pemuda celaka itu!” putus Maut Tangan Satu dengan suara menyentak. Lalu dipalingkan kepalanya lagi pada Si Buta dari Sungai Ular yang kelihatan masih memikirkan sesuatu tentang lenyapnya Putri Lebah."Si Buta dari Sungai Ular! Terimalah kematiaaaaannn!”Dan orangnya sudah melabrak kembali. Saat baju lengan kirinya yang tanpa lengan digerakkan, lima larik cahaya merah yang menebarkan hawa panas menderu. Lalu disusul dengan tendangan kaki kanan yang mengarah pada kepala Si Buta dari Sungai Ular.Si Buta dari Sungai U
"Kalian tergolong manusia-manusia yang haus hadiah dan kedudukan," desisnya dalam hati sambil memandangi kedua sosok lawannya tadi yang terkapar tak berdaya. "Aku tidak tahu. Itu upah yang tepat untuk kalian atau tidak."Kejap lain, Si Buta dari Sungai Ular mengarahkan pandangannya ke depan. Entah apa yang ditatapnya karena pandangannya kosong seperti tak menatap apa-apa dihadapannya. Lalu terdengar desahannya pelan, "Ada sesuatu yang terjadi pada Putri Lebah. Ya, sesuatu yang tak asing sebenarnya. Dan aku akan membuktikan dugaanku ini...."Dua kejapan berikutnya. pemuda tampan dari Sungai Ular ini sudah berkelebat meninggalkan tempat itu.-o0o-KEREMANGAN malam menghentak, menyeret angin yang seperti merembet dengan timbulkan suara bagai mendesis dari satu pohon ke pohon lain. Di langit tak nampak sedikit pun sinar rembulan. Bahkan sang pemilik sinar itu tak menampakkan diri karena terhalang oleh gumpalan awan hitam. Dalam keremangan malam
Seketika si nenek membuka sepasang matanya. Sekejap diperhatikan lelaki itu dengan senyuman di bibir Di lain kejap dia sudah berkata, "Kau telah pulih, Maung! Bahkan kau akan mendapatkan sesuatu yang tak pernah kau bayangkan! Hanya sayangnya, kau tak akan bisa berdiri tegak seperti dulu! Ya, ya... sayang sekali! Tetapi toh, nyawa busukmu masih melekat pada jasadmu itu!"Sosok lelaki berpakaian dan berjubah hitam itu kini membuka kedua matanya dan melihat ke arah si nenek yang sedang menyeringai. Lalu perlahan-lahan beringsut membetulkan kedudukan tubuhnya."Siluman Kawah Api...," desisnya pelan.Si nenek berpakaian jingga kemerahan berkata, “Aku sudah membuang waktu menunda urusanku karena mengobatimu, Maung! Sekarang ceritakan kepadaku, siapa yang melakukannya! Karena aku tak punya waktu banyak...."Maung Kumayang sesaat terdiam. Pikirannya kembali pada satu peristiwa yang menyakitkan hatinya. Diingatnya saat itu dia bersama Lodang Kumayang, sedang