Saat ini. Di luar sana, terjadilah kehebohan yang sulit diterima akal sehat! Delapan hari berturut-turut terjadi bulan purnama disertai hawa dingin membekukan tulang!. Siang malam hawa dingin bagai menggerogoti tulang dan sumsum manusia. Bisa dibayangkan jika pada siang hari bolong dengan sinar matahari terik memancar, justru hawa terasa dingin meski tidak sedingin di malam hari. Tentu saja fenomena ini banyak menimbulkan berbagai macam pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Bathara Kala berhasil menemukan kembali tubuhnya, lalu mencari si musuh abadi dan terjadi perang tanding dengan Bathara Wisnu di khayangan sehingga terjadi bulan purnama penuh selama beberapa hari. Ada pula yang mengatakan bahwa sebentar lagi Pulau Jawa akan hancur karena pagebluk, dikarenakan terlalu banyak manusia yang adigang, adigung dan adiguna (bertindak semaunya) yang bertebaran dimana-mana.
Beberapa tokoh sakti yang ahli ramal atau pun nujum mengatakan ada seseorang yang sedang menuntut ilmu kesaktian tingkat tinggi, yang dampaknya terasa pada hawa kehidupan di dunia. Mereka beranggapan bahwa ilmu-ilmu kesaktian yang diburu para pendekar sekarang ini adalah ilmu yang mustahil dikuasai manusia. Itulah sebabnya para tokoh sakti beranggapan jika ada orang yang berhasil menguasai ilmu paling langka sekali pun, pasti ada campur tangan para Dewa. Ada yang benar-benar percaya, ada yang setengah percaya, bahkan ada yang tidak percaya sama sekali!Di malam ke-9, bulan purnama kembali terjadi. Kali ini bulan terlihat begitu besar dan taburan bintang-bintang disekitarnya.Dhuerr... Dhuerr... Dhuerr...!!!Guntur tiba-tiba saja menggelegar. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Di susul dengan kilat yang saling sambung menyambung.Zrrtt! Zrrtt! Zrrtt! Zrrtt! Zrrtt!Semua orang bisa melihat kilatan itu dengan jelas."Apa akan hujan, ya?""Tidak mungkin hujan!" sela yang lain."Tapi kok ada kilat di langit?""Aku juga tidak tahu.""Padahal di langit banyak bintang. Bulan juga masih bulan purnama, tidak mungkin terjadi hujan,... kecuali kepepet! Ha-ha-ha!"Kilatan cahaya di langit hanya terjadi sebentar, setelah itu langit kembali bersih dan bulan purnama semakin garang memancarkan sinarnya."Blegek, apa kau menghitung berapa jumlah sambaran kilat barusan?""Jika tidak salah hitungan sekitar sembilan kali." kata Blegek."Benar! Sembilan kali tepat! Tidak lebih dan tidak kurang!""Memangnya ada apa dengan sambaran kilat sembilan kali" Kukira tidak ada yang aneh?""Aku masih ingat dengan perkataan mendiang guru kita. Jika di langit muncul sambaran kilat sebanyak sembilan kali, itu artinya ada orang sakti yang akan muncul."“Maksud kakang, baru lahir?”"Ya, bisa baru lahir, tapi bisa saja baru akan muncul?" tegas orang itu, lalu bergumam lirih, "Tapi ... siapa dia?"-o0o-Di belahan bumi yang lain. Di antara kilat dan guntur yang terjadi. Tampak sebuah bintang jatuh. Melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi. Jatuhnya tepat mengarah kearah tengah-tengah samudra lautan.Byuurrr..!Jlebb... Pyarrr...!Tepat disaat bintang kecil itu tercebur menghantam laut. Sebuah cahaya hijau berpedar menyemburat keluar menerangi alam. Begitu terangnya, hingga semua orang yang ada didunia mampu melihat semburat cahaya hijau berpedar itu. Walau cuma sesaat, tapi semburat cahaya hijau berpedar itu mampu menerangi cakrawala langit malam untuk beberapa saat. Dan setelahnya, peristiwa itu membuat gempar orang-orang yang dapat melihat keajaiban itu terjadi selama beberapa waktu.-o0o-SEBUAH PERAHU tampak melaju dengan kencang memecah ombak samudra yang sedang menggila malam itu. Deburan ombaknya bisa mencapai setinggi gunung, tapi perahu yang ditumpangi oleh ketiga sosok yang berada diatasnya itu tampak dengan tenang menerobos ke tengah samudra luas.Dua orang diantaranya tampak mengenakan pakaian layaknya seorang prajurit berpangkat senopati kerajaan, duduk di depan dan dibelakang perahu. Sedangkan yang berada ditengah-tengah adalah seorang anak remaja berusia 10 tahun. Ketiganya duduk diatas perahu.Tanpa banyak bicara. Perahu itu berjalan membelah lautan di kegelapan malam yang hanya diterangi cahaya bulan, menerjang ombak yang semakin menggila. Tapi hal itu sepertinya tidak terlalu menjadi masalah bagi ketiganya. Ketiganya, seperti sudah terbiasa dengan hal itu.Tak ada pembicaraan diantara ketiganya. Semuanya tetap diam menatap kearah depan. Sementara senopati yang ada didepan terus mengayuh dayungnya menerjang ombak. Hingga suatu ketika, Senopati itu menghentikan dayungnya. Lalu berbaling kearah anak belia yang ada dibelakangnya.“Ada apa senopati?”Tapi bukannya jawaban yang didapat oleh anak remaja itu, sang senopati justru menatapnya dengan tatapan tajam tanpa bicara. Hal ini membuat anak itu keheranan juga bingung.Crakhh!“Akkhhh..!”Tiba-tiba saja anak remaja terdorong dan hampir tersungkur kedepan saat merasakan sesuatu yang sangat tajam telah menembus punggung belakangnya. Kuatnya suara badai laut yang terjadi membuat anak remaja tidak menyadari apa yang telah terjadi dibelakangnya, hingga saat Dia merasakan di punggungnya telah tertancap satu tombak pendek. Barulah Dia menyadari kalau ada sesuatu yang salah dari kedua senopati tersebut.Segera Dia berbalik dan menghadap kearah senopati yang ada dibelakangnya.Dhuer!Guntur menggelegar dengan keras menerangi alam. Dan kita dapat melihat kalau anak remaja itu, kedua matanya putih. Tidak ada bola mata di dalam rongga kedua matanya kecuali hanya warna putih. Ini artinya, anak remaja itu buta. Sedangkan senopati yang ada dihadapannya tengah memegang satu tombak pendek ditangannya, tombak yang sama persis yang menancap di punggungnya.“Maafkan kami, Pangeran Manggala. Kami hanya menjalankan perintah!” kata senopati dihadapan anak remaja yang disebutnya Pangeran Manggala itu dengan suara keras dan tajam. Anak lelaki berusia 10 tahun itu bernama Manggala Samudra, ayahnya adalah Raja Samudra, penguasa dasar samudra.Di antara rasa sakitnya, Manggala berusaha menyadari apa yang terjadi.“Siapa yang menyuruh kalian?!” tanyanya tegas.“Maafkan kami, Pangeran Manggala. Kami tak bisa memberitahukannya” ucap senopati yang ada dibelakang Manggala. Manggala segera menoleh kearah belakang. Dapat dirasakannya senopati yang ada dibelakangnyapun kini tengah memegang 2 batang tombak pendek ditangannya.Kini posisi Manggala terjepit. Di depan dan belakangnya telah ada dua senopati Istana Dasar Samudra dengan senjata ditangan, siap membunuhnya. Manggala berfikir cepat, tak mungkin dia bisa menang menghadapi kedua senopati ini dalam kondisi terluka saat ini. Untuk menghadapi keduanya, Manggala juga sadar, ilmu-ilmunya tidak akan banyak berguna, karena kedua senopati itupun menguasai Ilmu yang sama dengan apa yang dimilikinya. Apalagi kini dirinya hanya berada di dalam perahu yang hanya pas untuk dirinya sendiri, tak ada tempat untuk menghindar di tengah-tengah laut seperti saat ini.Sementara Manggala sibuk memikirkan jalan keluar dari masalahnya, kedua senopati terlihat saling memberi kode satu sama lain dengan tatapan mata mereka. Salah satunya yang masih memegang 2 tombak tampak mengangguk.Hiiatttt...!Senopati yang memegang 1 tombak langsung melesat kedepan dengan tombak lurus kedepan, siap menusuk sosok Manggala yang hanya berjarak 2 tombak saja darinya. Manggala sendiri terkejut melihat serangan itu. Di samping geraknya yang tidak leluasa, karena ukuran perahu yang kecil. Untuk mundurpun tak mungkin Manggala lakukan, karena dibelakang telah menunggu senopati pemegang 2 tombak yang sudah siap sedia bergerak kalau seandainya Manggala menghindar mundur.“Tak ada jalan lain..” membatin Manggala.Tiba-tiba saja tubuh Manggala bergerak kedepan dengan sangat cepat ke kiri dan kanan, menyongsong serangan senopati yang menyerangnya. Walaupun Manggala berusaha untuk memberikan perlawanan, tapi yang dihadapinya adalah seorang senopati agul Istana Dasar Samudra.Desshh!Dada Manggala terkena serangan telak senopati tersebut hingga membuat tubuh kecil itu langsung terlempar keluar dari perahu.Byurr..!Sebelum tubuh Manggala semakin dalam tenggelam ke dasar laut yang dalam, salah
Ajian Ragasuri bukannya tidak memiliki dampak bagi pemiliknya, ajian ini hanya bisa dihilangkan atau disudahi, bila ada seseorang yang membangunkan si pengguna Ajian Ragasuri. Jika tidak, maka si pengguna Ajian Ragasuri ini akan tidur untuk selama-lamanya. Untungnya, lilitan si ular putih raksasa, telah membantu Manggala terbangun dari kondisi mati surinya. Manggala tak menyadari kalau tadi, tubuhnya telah mengeluarkan kilatan lidah petir yang dahsyat yang membuatnya telah selamat dari kematian.Dengan sisa-sisa tenaganya, Manggala berusaha untuk berenang keluar dari sungai tersebut, tapi malangnya, justru Manggala berenang ke arah yang salah. Manggala berenang mengikuti arus sungai yang bermuara pada sebuah lubang berukuran besar yang menjadi sarang dari semua ular yang ada di sungai ular tersebut.“Aahhh...!” Manggala hanya mampu berteriak dengan keras saat tubuhnya tersuruk masuk ke dalam lubang itu tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Manggala merasakan tubuhnya seperti masuk ke luban
"Upss!"Kress! Seperti meremas tahu, batu dinding gua itu langsung hancur. Tentu saja tubuh telanjang Manggala langsung meluncur ke bawah dengan deras.Jlegg! Bless!Begitu menyentuh tanah, sepasang kaki bocah buta yang kini bisa melihat itu, langsung amblas setinggi lutut!"Wah ... kok aku jadi hebat begini?"Disentuhnya tanah didepannya dengan jari telunjuk kiri.Bless! Tanah langsung bolong bundar!"Jariku pun juga jadi hebat!" seru Manggala girang, "... kalau gini sih jadi mendadak sakti dong!" Bukan mendadak dangdut, lho!Pelan-pelan ia mengangkat kaki kiri keluar dari lubang, diikuti kaki kanan dikeluarkan pula. "Jadi orang sakti susah juga, harus bisa mengatur tenaga biar tidak kelewar takaran." keluhnya.Saat ia menunduk dengan maksud melihat bekas injakan kaki, si Manggala terlonjak kaget. Kini matanya dapat melihat dengan jelas rajah petir yang ada di dadanya yang tidak mengenakan pakaian.“Jadi, apa yang ku alami tadi, bukan mimpi rupanya...” ucap Manggala temenung.Begitul
Bukan main terkejutnya Manggala mendengar ular putih raksasa itu bisa berbicara seperti manusia. Manggala sampai terlonjak ke belakang sejauh dua batang tombak. Paras wajahnya diliputi keheranan bercampur ketidakpercayaan."Kau.... Kau bisa bicara?" tanya Manggala tidak percaya dengan pendengarannya sendiri."Apa telingamu sudah tuli, heh?!" bentak ular putih raksasa itu."Tidak..., aku tidak bermimpi. Dia benar-benar bicara," Manggala seperti orang tolol."Jangan berlagak bodoh, anak muda! Dari mana kau peroleh Ajian Gelombang Samudra Merah itu?"Manggala diliputi rasa tidak percaya dan keheranan yang amat sangat. Baru kali ini dia bertemu dengan seekor ular putih raksasa aneh yang bisa bicara. Manggala baru menyadari kalau binatang itu adalah seekor ular bermahkota.Sungguh sulit dipercaya. Manggala sering mendengar cerita tentang ular, tapi belum pernah Manggala mendengar ada ular berukuran begitu besar yang kini ada di depannya. Dan semua itu bukanlah mimpi, tapi kenyataan yang di
"Oh...!" Manggala langsung berlutut memberi hormat."Bangunlah, kau tamu kehormatanku. tidak sepantasnya kau berlaku sungkan begitu," kata Raja Siluman Ular Putih.Manggala bangkit dari berlutut. Kepalanya tetap tertunduk. Sepertinya dia tidak sanggup membalas tatapan mata raja ular itu. Tatapan matanya begitu dalam, dan memiliki daya kekuatan yang amat dahsyat."Kau murid sahabatku, Manggala, Aku senang bertemu denganmu,”“Sejak tadi, kau menyebut murid sahabatku. Maaf, aku bukan hanya murid, tapi juga putra ayahku, Raja Samudra”Kali ini, wajah Raja Siluman Ular Putih sedikit berubah, tapi cuma sesaat, yang sesaat kemudian sudah berubah tenang bagaikan air.“Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Manggala. Ku harap, kau siap untuk mendengar dan menerima kenyataan” ucap Raja Siluman Ular Putih diiringi perubahan di wajah Manggala. Tapi Manggala tetap diam menanti. Melihat kediaman Manggala. Raja Siluman Ular Putih melanjutkan ucapannya, “Kau mungkin hanya murid sahabatku, Raja
"Hm, sejak pertama kali kau berada di istanaku, aku sudah menduga kalau kau bukan tanpa sengaja berada di tempat ini. Apakah ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku?" tebak Raja Siluman Ular Putih.Manggala terkejut bukan main mendengar tebakan yang tepat itu. Tanpa disadari kepalanya terangguk membenarkan. Dengan menarik nafas panjang, akhirnya Manggala menceritakan beban berat yang selama ini menjadi beban pikirannya."Aku yakin, bukan Raja Samudra yang menginginkan kematianmu, Manggala. Pasti ada orang lain di Istana Dasar Samudra yang merencanakan ini semua," ucap Raja Siluman Ular Putih setelah mendengar cerita Manggala."Maaf, Guru. Menurut Guru. Apa yang seharusnya aku lakukan?"“Tentu kau harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Istana Dasar Samudra, Manggala. Juga tentang siapa dirimu yang sebenarnya. Aku yakin, Raja Samudra pasti mengetahui tentang asal usul dirimu yang sebenarnya.... Tapi, menurut hematku, untuk saat ini, lebih baik kau jangan memunculkan dirim
Langkah Manggala tampak gontai ketika memasuki bagian pasar yang agak ramai. Di kanan kirinya, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing tanpa mempedulikan kehadirannya.Manggala tidak tahu, apa tujuannya ke pasar yang memusingkan ini. Bahkan tidak tahu ke mana tujuannya yang pasti. Dia hanya ingin berjalan sampai benaknya menemukan rencana yang dia sendiri tak tahu apa rencananya.Lebih jauh memasuki pasar, perutnya sudah berontak minta diisi. Menurutnya, perut inilah yang lebih baik diurus. Belum sempat menemukan kedai nasi, Manggala dikejutkan oleh kegaduhan yang mendadak tercipta beberapa puluh tombak di belakangnya.Semula pemuda berpenampilan mengharukan ini tidak peduli. Karena dipikirnya, orang-orang di pasar mulai meledek lagi. Tapi ketika keramaian itu diwarnai jeritan-jeritan ngeri, tubuhnya lantas berbalik.Saat itu mata tajam Manggala dapat menangkap kepulan asap hitam mulai menodai angkasa. Lalu, para pengunjung pasar berhamburan kian kemari tanpa terkendali. Suasana
“Hap Hap Hap” seru Manggala.Begitu bangkit, Manggala mengikuti gerakan melompat mereka. Setelah puas meledek, tubuhnya bergerak lagi. Kali ini, gerakannya amat santai.Dihampiri lawannya satu persatu, lalu ditotoknya aliran darah mereka.Tuk! Tuk! Tuk! Tuk!Tubuh keempat laki-laki itu langsung ambruk, begitu mendapat totokan di punggung masing-masing.“Kalian istirahat dulu ya, Aku akan mengurus kawan kalian yang belum kebagian jatah...,” ucap Manggala seraya mengelus jenggot seorang lawannya.Mendengar perkataan Manggala barusan, tentu saja lelaki berhidung lancip yang tidak ikut menyerang jadi tergagap. Matanya mendelik seperti hendak melompat keluar, membayangkan ketakutan yang amat sangat. Dia membayangkan, benda-benda rahasia kawannya sudah pecah semua. Padahal, Manggala hanya menyalurkan sedikit Tenaga Inti Geledeknya saat itu.Meski begitu, mereka tetap mengerang-erang dengan mata melotot. Dan ini dikira laki-laki berhidung lancip itu, keempat temannya sedang mengalami sekarat
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana