Home / Romansa / She is Genevive / Hal yang Genevive Tidak Suka

Share

Hal yang Genevive Tidak Suka

Author: ruby riders
last update Last Updated: 2021-09-02 20:17:05

Jam menunjukkan pukul 10 pagi, menampilkan Gen yang sedang membersihkan kamar miliknya yang terlihat, hng, sangat berantakan. Terdapat banyak sekali barang berserakan dilantai, dan juga sampah makanan. Ew, sangat jorok

"Argh, sial kenapa kamarku terlihat begitu buruk?" Gen mengeluh kesal, padahal menurutnya itu bukanlah hal yang buruk, hanya sedikit tidak nyaman saja. 

Dengan sigap, Gen mulai menata semua barang yang ada dimeja dan mengembalikan nya ketempat semula, tak lupa ia juga mengganti sprei dan menyapu lantai. Sebetulnya, Gen cukup suka dengan bersih bersih tapi entah mengapa terkadang dirinya merasa malas, jadi ya begitulah ia bisa menjadi rajin dan pemalas dalam satu hari. Bisa ditebak setelah selesai membersihkan kamar, ia pasti langsung merebahkan dirinya diatas kasur hingga sore hari, tanpa mandi. Jorok sekali.

Sudah tiga setengah jam Gen membersihkan kamar, waktu yang cukup lama untuk membersihkan ruangan yang tidak terlalu besar. Jangan ditanya, Gen membersihkan kamar sembari mendengarkan lagu dan berjoget mengikuti irama yang terdengar diseluruh ruangan. Moto hidup Gen saat ini adalah "Apapun masalahnya, bisa diselesaikan dengan mendengarkan musik". Baiklah, tipikal anak muda zaman sekarang. 

Ponsel milik Gen tiba tiba bergetar cukup keras membuat pemiliknya mengeluarkan umpatan "Shit". Dibukanya ponsel tersebut, yang menampilkan pesan singkat dari sang ibu yang bertuliskan "Jangan lupa kunci pintu dan makan siang dengan baik". Oh hampir saja Gen lupa untuk makan siang, untung saja sang ibu mengirimnya pesan jika tidak mungkin saja Gen tidak makan siang. 

Segera, Gen mematikan musik dan berjalan menuju meja makan yang sudah tertata rapi beserta dengan beberapa sayur dan lauk kesukaan Gen. Lihatlah, gadis ini makan dengan lahap seperti orang yang tidak makan berhari hari. "Ahh, sangat lezat, andai aku bisa memasak seenak masakan ibu". Gen sebenarnya bisa memasak, tapi tidak seenak masakan sang ibunda, membuatnya sedikit iri hahaha. 

Seperti kebiasaan remaja pada umumnya, makan sambil bermain ponsel. Itulah yang Gen lakukan saat ini, jika sang ayah berada disini sekarang pasti Gen akan dimarahi karena tidak sopan makan sambil memainkan ponsel. Tapi ya tak apa, tidak ada ayah saat ini. Dibukanya aplikasi berlogo kamera dengan warna ungu dan putih itu, jari jarinya berseluncur diatas layar yang menampilkan begitu banyak foto orang orang, baik yang ia kenal maupun tidak ia kenal. Beberapa kali jari miliknya memberi lambang 'hati' pada foto yang lewat.

Saat sedang asik berselancar, mata Gen tidak sengaja menangkap sebuah postingan foto yang diunggah oleh pengguna dengan ID @gavinstones. Terlihat disana ada dua buah foto yang diunggah, pertama foto Gavin memeluk seorang wanita sambil tersenyum lebar, yang kedua hanya terlihat tangan mereka berdua sedang bergandengan. Gen terdiam. Dilihatnya kalimat yang ada dibawah foto.

'dengan kekasih yang paling cantik didunia, selamat ulang tahun cantik @serenacleris'

Gen hanya tersenyum miris, hhh. Lihatlah, Gavin menyebut sang kekasih dengan ucapan gadis paling cantik, tidakkah Gavin ingat? Dulu, sebelum ada Serena, Gen lah yang Gavin sebut sebagai gadis tercantik di dunia. Lalu sekarang? Oh, Gen merasa sedikit sedih, bisa saja Gavin menyebutnya 'cantik' hanya sebuah kebohongan belaka. Sepertinya Gavin menyebut semua wanita dengan ungkapan 'gadis cantik'. Cih, menyebalkan.

Seketika Gen merasa tidak nafsu makan. Kalimat unggahan Gavin di sosial media membuatnya galau. Ayolah, bagaimana bisa Gavin baik baik saja tanpa dirinya? Harusnya dia juga bisa baik baik saja tanpa Gavin. Tapi nyatanya, Gen tidak bisa melupakan Gavin begitu saja.

"Ah, ternyata apa yang dikatakan ibu benar, jangan bermain ponsel saat sedang makan". Gen meletakkan ponselnya, kemudian berjalan menuju dapur untuk mencuci piring. Hhhh, Gen menghembuskan nafas dengan kasar. Betapa menyedihkannya seorang Genevive, Tidak bisa melupakan mantan kekasih yang telah bahagia bersama wanita lain. Diambilnya gelas lalu mengisinya dengan air dingin, Gen sedang patah hati, air dingin saja tidak bisa menenangkan api cemburu yang berkobar dalam hatinya.

Sudah satu jam Gen terlingkup diatas kasur dengan selimut tebal yang membungkusnya, diluar hujan sangat lebat membuat suasana menjadi dingin yang menjadikan hati Gen semakin suram. Ah suasananya sangat cocok dengan hati yang patah, terdengar suara lagu milik Taylor Swift yang berjudul Back to December mengalun dengan pelan dari ponsel canggih milik Gen.

"Hhh, hatiku sakit" keluh Gen sembari mengusap kepalanya yang sedikit terasa pening. Patah hati membuat seseorang menjadi mudah sakit kepala. Kembali Gen mengingat apa yang terjadi tadi siang, foto Gavin dan Serena kembali terngiang ngiang dikepalanya, serta tulisan 'cantik' yang ditujukan untuk Serena membuat Gen semakin kesal dan marah.

Untuk apa juga Gen marah? Hahaha, tentu dia marah karena sekarang bukan hanya dia yang terlihat cantik dimata Gavin. "Cih, semua laki-laki sama saja" Gen amat kesal. Dulu, sebelum mereka putus. Gen dan Gavin juga sering bergandengan tangan, katanya Gavin sangat menyukai tangan milik Gen. Ah, pasti sekarang Gavin juga mengatakan hal yang sama pada Serena.

Mari kita melihat kebelakang sejenak, saat Giselle, teman sekelas Gen, mengajaknya untuk menonton film di bioskop bersama teman teman yang lain. Disana terlihat ada Jeno, Sherin, Alena, Nathan, dan tentu saja Gavin bersama dengan kekasihnya. Hal tersebut membuat Gen sangat cemburu, membuat Giselle menjadi sedikit tidak enak hati, tapi Gen berkata tidak apa walau hatinya terasa perih.

Selama menonton film, Gen tidak dapat berkonsentrasi. Ia terus menerus melihat kearah Gavin dan Serena yang sedang bermesraan. Lagi dan lagi Gen menyakiti hatinya sendiri, seharusnya ia tak perlu seperti itu kan? Abaikan saja mereka dan nikmatilah filmnya, tapi Gen tetap tidak bisa. Matanya terus berfokus pada dua sejoli itu.

Berpegangan tangan, merangkul satu sama lain, bahkan Gavin secara terang terangan merayu Serena di depan Gen. "Sialan!" maki Gen dalam hati, seharusnya dia menolak ajakan Giselle sedari awal. Tidakkah Gavin tahu? Bahwa Gen masih mencintainya, masih berharap mereka kembali seperti dahulu. Sepertinya tidak, nyatanya Gavin terlihat sangat bahagia dengan Serena. 

"Apa dulu Gavin juga sebahagia ini saat denganku?" tanya Gen pada dirinya sendiri. Jika iya, maka tentu saja Gen sangat cemburu, melihat Gavin juga sangat bahagia dengan Serena, sama seperti saat mereka bersama dulu. 

Gen berdiri dari kursi dengan cepat, membuat teman temannya terkejut. "Mau kemana Gen?" tanya Sherin. Dengan terbata bata Gen menjawab "Hmm, a-aku mau ke toilet" 

"Aku juga! Boleh ikut?" 

Gen kaget, sangat kaget sehingga dia tidak bisa menjawab. Betul, yang bertanya adalah Serena. Tentu Gen merasa sangat canggung dengan kekasih Gavin itu. Dilihatnya Gavin yang terlihat sama kagetnya dengan Gen. Membuat suasana menjadi sedikit tidak nyaman. 

"Ah boleh" ucap Gen.

"Baiklah, sebentar ya aku mau ketoilet. Ayo Gen" Serena dengan tiba tiba menggandeng tangan Gen, membuatnya sedikit tersentak.

'Apa gadis ini tidak tahu bahwa aku adalah mantan kekasih Gavin? Bagaimana bisa dia setenang ini?' batin Gen. 

Dalam perjalanan ketoilet, terlihat Serena sangat antusias menceritakan film yang baru saja mereka lihat, yang hanya Gen tanggapi dengan anggukan kepala. Gen merasa sedikit tidak percaya diri, menurut kesimpulannya, Serena adalah anak yang cantik, mudah bergaul, dan sepertinya memiliki banyak teman. Bisa dilihat sejak awal Serena bisa langsung cepat beradaptasi dengan teman temannya walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu.

Serena juga tak canggung untuk menggandeng tangan Gen yang sudah sedingin es. "Hei, tanganmu dingin sekali. Ada apa? Apa kau sakit?" tanya Serena. Gen dengan cepat menyingkirkan tangan Serena dari lengannya, "A-aku baik baik saja, tak usah khawatir" ucap Gen dengan sedikit senyum. "Baiklah" kata Serena sambil berjalan kecil menuju bilik toilet.

"Hhh" Gen menghela napas, dilihatnya pantulan dirinya di cermin. Pantas saja Gavin cepat sekali melupakan dirinya, Serena jauh lebih baik dari Genevive. Ah, lagi lagi hati Gen merasa sakit. 

Selain benci keramaian, Genevive juga membenci Serena.

Related chapters

  • She is Genevive   Sedikit Kenangan

    Seorang gadis dengan rambut kucir kuda, berlari ditengah koridor sekolah yang sudah sepi, sepertinya gadis itu terlambat. Terlihat dari mimik wajahnya yang sedikit gusar. Dirapihkannya sedikit anak rambut yang bergelantungan, merapikan seragam sambil menarik napas panjang agar tidak gugup. Dibukanya pintu kelas dengan hati hati, gadis cantik itu melihat sekeliling, masih ramai. Ternyata belum ada guru yang datang, ia menghela napas lega. Segera, ia berjalan pelan mencari bangku yang masih kosong untuk ditempatinya. Bangku tiga baris dari depan dekat pintu dipilihnya, gadis itu duduk dengan canggung. Tak lama, seorang gadis mengenakan bando biru menghampiri tempat duduknya, menanyakan siapa namanya. "Genevive, namaku Genevive" Gadis berbando biru terkejut mendengar namanya, "Wah cantik sekali namamu". Genevive hanya tersenyum kecil, "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Gen pada gadis disampingnya. "Aku Giselle, salam kenal. Bole

    Last Updated : 2021-09-14
  • She is Genevive   Dua Hal Berbeda

    Gadis bermata bulat itu terlihat mondar mandir di depan gerbang sekolah, mempertimbangkan haruskah ia mengembalikan jaket Gavin hari itu juga atau besok saja sekalian, toh dirinya dan Gavin juga satu kelas. Gen membuka grup kelas ada sekitar 110 pesan belum terbaca, mereka kebanyakan membicarakan hal hal yang tidak begitu penting, tak sengaja mata Gen melihat gelembung chat milik Gavin yang tertulis "Ada yang lihat jaketku?" beberapa murid mengkutip pesan Gavin dengan memberi jawaban seperti "Tidak", "Aku tidak melihatnya", atau "Aku bukan ibumu jangan tanya padaku dimana jaketmu". Membaca pesan Gavin membuat Gen tidak enak hati, ia ingin membalas pesan itu, mengatakan jaket milik Gavin ada padanya, tapi entah mengapa jarinya hanya diam saja tidak mengetikkan sesuatu. Sebuah balasan untuk pesan Gavin muncul dilayar ponselnya, itu Collin, yang mengatakan bahwa dia melihat jaket milik Gavin dan memberikannya pada Gen dengan alasan "Rumah kalian deka

    Last Updated : 2021-10-23
  • She is Genevive   Kupu-kupu

    Gadis dengan kucir cepol itu tengah berdiri didepan lemari es dengan pintu terbuka, membiarkan dirinya terkena hembusan angin dingin dari lemari es didepannya. Beberapa kali gadis itu menghela napas lelah, bagaimana tidak lelah? Dia sehabis dari rumah Gavin mengantarkan jaket dan kembali kerumah dengan berjalan kaki, memang sih tidak sejauh itu, tapi hari ini sangatlah panas. Tertera diponselnya suhu hari ini sekitar 34 derajat celcius, Gen setidaknya sudah menghabiskan satu botol air mineral dingin dengan sekali teguk, cuaca panas dan rasa kesalnya pada Gavin memuncak dikepalanya. Membuat Gen butuh sesuatu yang dingin. "Gila, ini benar benar panas. Apakah neraka sedang bocor? Apalagi ini ponselku berdering terus sedari tadi" omel Gen sembari menutup pintu lemari es dan berjalan menuju meja makan. Ponselnya terus berdering dari lima menit yang lalu, bukan dering telpon, tapi dering pesan yang dikirim secara beruntun. Tebak siapa yang mengirimnya pesan? Ya, Ga

    Last Updated : 2021-10-23
  • She is Genevive   Namanya Genevive

    Genevive, atau yang akrab disapa Gen. Berusia 19 tahun, eh sebenarnya dia masih 18 tahun, tepat satu bulan lagi Gen akan berulang tahun yang ke 19. Jadi, dia masih berumur 18, benar kan? Gen adalah gadis biasa, maksudku, benar benar biasa. Jika dia tidak berusaha mendapatkan teman saat disekolah, maka tidak akan ada yang mengenalnya. Ya betul, dia sungguh berusaha agar mendapatkan teman, setidaknya satu, dalam seluruh hidupnya saat bersekolah. Misalnya, saat ia pertama kali masuk sekolah menengah atas, Gen berusaha sangat keras agar dia dikenal banyak orang, baik guru atau murid. Maka dari itu, Gen mengikuti banyak sekali kegiatan di sekolah, mulai dari pramuka, club renang, club radio, hingga organisasi siswa atau biasa disebut OSIS. Gen bahkan harus berpura pura menjadi pribadi yang ceria dan cerewet, padahal dia anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah, semua itu Gen lakukan agar bisa diterima di lingkungan sekolah. Setiap pulang sekolah Gen merasa sa

    Last Updated : 2021-08-13
  • She is Genevive   Hal yang Genevive Suka

    "Sial" Gen tidak sengaja melukai jari tangannya dengan pisau, ia meringis kesakitan. "Ah pisau menyebalkan". Tebak, dalam sehari ini sudah berapa kali Genevive mengeluarkan umpatan? Gen berjalan ke arah loker miliknya dan membuka apron yang ia pakai lalu melipatnya, "Baguslah hari ini tidak begitu buruk, walaupun tanganku harus terkena sayatan pisau" kata Gen. "Hei, mau pulang?" Gen yang terkejut kemudian membalikkan tubuhnya, dilihatnya Julio sedang tersenyum kecil. "Oh, iya sebentar lagi jam kerjaku selesai. Ada apa?" Gen bertanya. Laki-laki berambut hitam itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menjawab "Tidak ada apa-apa, aku hanya bertanya apakah tidak boleh?" Gen tertawa geli, "Ya tentu saja boleh, siapa aku yang bisa melarangmu?" Julio hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya, yang sebenarnya tidak gatal. Julio salah tingkah. "Baiklah Julio, aku harus pulang. Sampai ketemu besok!" Gen mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Julio.

    Last Updated : 2021-08-16

Latest chapter

  • She is Genevive   Kupu-kupu

    Gadis dengan kucir cepol itu tengah berdiri didepan lemari es dengan pintu terbuka, membiarkan dirinya terkena hembusan angin dingin dari lemari es didepannya. Beberapa kali gadis itu menghela napas lelah, bagaimana tidak lelah? Dia sehabis dari rumah Gavin mengantarkan jaket dan kembali kerumah dengan berjalan kaki, memang sih tidak sejauh itu, tapi hari ini sangatlah panas. Tertera diponselnya suhu hari ini sekitar 34 derajat celcius, Gen setidaknya sudah menghabiskan satu botol air mineral dingin dengan sekali teguk, cuaca panas dan rasa kesalnya pada Gavin memuncak dikepalanya. Membuat Gen butuh sesuatu yang dingin. "Gila, ini benar benar panas. Apakah neraka sedang bocor? Apalagi ini ponselku berdering terus sedari tadi" omel Gen sembari menutup pintu lemari es dan berjalan menuju meja makan. Ponselnya terus berdering dari lima menit yang lalu, bukan dering telpon, tapi dering pesan yang dikirim secara beruntun. Tebak siapa yang mengirimnya pesan? Ya, Ga

  • She is Genevive   Dua Hal Berbeda

    Gadis bermata bulat itu terlihat mondar mandir di depan gerbang sekolah, mempertimbangkan haruskah ia mengembalikan jaket Gavin hari itu juga atau besok saja sekalian, toh dirinya dan Gavin juga satu kelas. Gen membuka grup kelas ada sekitar 110 pesan belum terbaca, mereka kebanyakan membicarakan hal hal yang tidak begitu penting, tak sengaja mata Gen melihat gelembung chat milik Gavin yang tertulis "Ada yang lihat jaketku?" beberapa murid mengkutip pesan Gavin dengan memberi jawaban seperti "Tidak", "Aku tidak melihatnya", atau "Aku bukan ibumu jangan tanya padaku dimana jaketmu". Membaca pesan Gavin membuat Gen tidak enak hati, ia ingin membalas pesan itu, mengatakan jaket milik Gavin ada padanya, tapi entah mengapa jarinya hanya diam saja tidak mengetikkan sesuatu. Sebuah balasan untuk pesan Gavin muncul dilayar ponselnya, itu Collin, yang mengatakan bahwa dia melihat jaket milik Gavin dan memberikannya pada Gen dengan alasan "Rumah kalian deka

  • She is Genevive   Sedikit Kenangan

    Seorang gadis dengan rambut kucir kuda, berlari ditengah koridor sekolah yang sudah sepi, sepertinya gadis itu terlambat. Terlihat dari mimik wajahnya yang sedikit gusar. Dirapihkannya sedikit anak rambut yang bergelantungan, merapikan seragam sambil menarik napas panjang agar tidak gugup. Dibukanya pintu kelas dengan hati hati, gadis cantik itu melihat sekeliling, masih ramai. Ternyata belum ada guru yang datang, ia menghela napas lega. Segera, ia berjalan pelan mencari bangku yang masih kosong untuk ditempatinya. Bangku tiga baris dari depan dekat pintu dipilihnya, gadis itu duduk dengan canggung. Tak lama, seorang gadis mengenakan bando biru menghampiri tempat duduknya, menanyakan siapa namanya. "Genevive, namaku Genevive" Gadis berbando biru terkejut mendengar namanya, "Wah cantik sekali namamu". Genevive hanya tersenyum kecil, "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Gen pada gadis disampingnya. "Aku Giselle, salam kenal. Bole

  • She is Genevive   Hal yang Genevive Tidak Suka

    Jam menunjukkan pukul 10 pagi, menampilkan Gen yang sedang membersihkan kamar miliknya yang terlihat, hng, sangat berantakan. Terdapat banyak sekali barang berserakan dilantai, dan juga sampah makanan. Ew, sangat jorok"Argh, sial kenapa kamarku terlihat begitu buruk?" Gen mengeluh kesal, padahal menurutnya itu bukanlah hal yang buruk, hanya sedikit tidak nyaman saja.Dengan sigap, Gen mulai menata semua barang yang ada dimeja dan mengembalikan nya ketempat semula, tak lupa ia juga mengganti sprei dan menyapu lantai. Sebetulnya, Gen cukup suka dengan bersih bersih tapi entah mengapa terkadang dirinya merasa malas, jadi ya begitulah ia bisa menjadi rajin dan pemalas dalam satu hari. Bisa ditebak setelah selesai membersihkan kamar, ia pasti langsung merebahkan dirinya diatas kasur hingga sore hari, tanpa mandi. Jorok sekali.Sudah tiga setengah jam Gen membersihkan kamar, waktu yang cukup lama untuk membersihkan ruangan yang tidak terlalu besar. Jangan ditan

  • She is Genevive   Hal yang Genevive Suka

    "Sial" Gen tidak sengaja melukai jari tangannya dengan pisau, ia meringis kesakitan. "Ah pisau menyebalkan". Tebak, dalam sehari ini sudah berapa kali Genevive mengeluarkan umpatan? Gen berjalan ke arah loker miliknya dan membuka apron yang ia pakai lalu melipatnya, "Baguslah hari ini tidak begitu buruk, walaupun tanganku harus terkena sayatan pisau" kata Gen. "Hei, mau pulang?" Gen yang terkejut kemudian membalikkan tubuhnya, dilihatnya Julio sedang tersenyum kecil. "Oh, iya sebentar lagi jam kerjaku selesai. Ada apa?" Gen bertanya. Laki-laki berambut hitam itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menjawab "Tidak ada apa-apa, aku hanya bertanya apakah tidak boleh?" Gen tertawa geli, "Ya tentu saja boleh, siapa aku yang bisa melarangmu?" Julio hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya, yang sebenarnya tidak gatal. Julio salah tingkah. "Baiklah Julio, aku harus pulang. Sampai ketemu besok!" Gen mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Julio.

  • She is Genevive   Namanya Genevive

    Genevive, atau yang akrab disapa Gen. Berusia 19 tahun, eh sebenarnya dia masih 18 tahun, tepat satu bulan lagi Gen akan berulang tahun yang ke 19. Jadi, dia masih berumur 18, benar kan? Gen adalah gadis biasa, maksudku, benar benar biasa. Jika dia tidak berusaha mendapatkan teman saat disekolah, maka tidak akan ada yang mengenalnya. Ya betul, dia sungguh berusaha agar mendapatkan teman, setidaknya satu, dalam seluruh hidupnya saat bersekolah. Misalnya, saat ia pertama kali masuk sekolah menengah atas, Gen berusaha sangat keras agar dia dikenal banyak orang, baik guru atau murid. Maka dari itu, Gen mengikuti banyak sekali kegiatan di sekolah, mulai dari pramuka, club renang, club radio, hingga organisasi siswa atau biasa disebut OSIS. Gen bahkan harus berpura pura menjadi pribadi yang ceria dan cerewet, padahal dia anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah, semua itu Gen lakukan agar bisa diterima di lingkungan sekolah. Setiap pulang sekolah Gen merasa sa

DMCA.com Protection Status