Beranda / Romansa / She is Genevive / Sedikit Kenangan

Share

Sedikit Kenangan

Penulis: ruby riders
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 22:11:18

Seorang gadis dengan rambut kucir kuda, berlari ditengah koridor sekolah yang sudah sepi, sepertinya gadis itu terlambat. Terlihat dari mimik wajahnya yang sedikit gusar. Dirapihkannya sedikit anak rambut yang bergelantungan, merapikan seragam sambil menarik napas panjang agar tidak gugup. 

Dibukanya pintu kelas dengan hati hati, gadis cantik itu melihat sekeliling, masih ramai. Ternyata belum ada guru yang datang, ia menghela napas lega. Segera, ia berjalan pelan mencari bangku yang masih kosong untuk ditempatinya. 

Bangku tiga baris dari depan dekat pintu dipilihnya, gadis itu duduk dengan canggung. Tak lama, seorang gadis mengenakan bando biru menghampiri tempat duduknya, menanyakan siapa namanya.

"Genevive, namaku Genevive"

Gadis berbando biru terkejut mendengar namanya, "Wah cantik sekali namamu".

Genevive hanya tersenyum kecil, "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Gen pada gadis disampingnya.

"Aku Giselle, salam kenal. Boleh aku duduk disebelahmu?"

"Hai Giselle, tentu saja, silahkan" kata Gen sembari menepuk bangku yang kosong disebelahnya.

"Terimakasih Genevive, semoga kita bisa berteman" Giselle mengulurkan tangannya.

"Gen, panggil saja aku Gen" kata Gen sambil menerima uluran tangan Giselle.

Tak lama setelah percakapan singkat tersebut, tiba tiba guru dengan name tag 'Verin' datang. "Halo, selamat pagi murid ajaran baru. Saya Miss Verin yang nantinya akan mengajar bahasa Inggris, salam kenal" ucap Miss Verin sambil tersenyum manis.

Dalam hati Gen berkata 'Syukurlah, guru bahasa Inggris disini terlihat baik dan tidak galak'. Hm, sepertinya Gen agak trauma dengan guru bahasa inggris.

"Baik, sekarang Miss akan memanggil nama kalian satu persatu untuk maju dan memperkenalkan diri kalian masing masing".

'Ah sial' batin Gen.

Tentu kalian semua tau betapa bencinya Gen berbicara di depan umum. Dia berharap untuk menghilang saat itu juga.

"Genevive Ruby Sloane Avery"

Hhh, sudah Gen duga ia akan menjadi murid pertama yang maju. Sungguh hari ini bukan harinya Gen.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Gen memberanikan diri untuk maju, berulangkali ia menarik napas panjang untuk menghilangkan rasa gugup yang ada dalam dirinya.

"Hai, aku Genevive Ruby Sloane Avery. Kalian bisa memanggilku Gen. Aku tinggal di Mountblack Hills, dan eum.. Aku suka es krim rasa mint coklat"

Ruangan seketika hening, rasa ini benar benar membuat Gen tidak nyaman, dia menggigit ujung bawah bibirnya, entah hal apa lagi yang harus ia katakan kepada teman temannya. Gen rasa itu sudah cukup.

"Sudah Gen? Hanya itu?" tanya Miss Verin.

"Eum.. Ya itu saja tentang diriku, salam kenal semuanya" kata Gen sambil sedikit tersenyum agar tidak terlihat canggung.

"Baiklah, itu tadi tentang Gen. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan bertanya langsung dengan Gen"

Ah, siapa juga yang ingin tahu tentang dirinya. 

"Ulang tahunmu tanggal berapa?"

Gen mendongkakkan kepalanya, sedikit terkejut karena Giselle tiba tiba bertanya.

"Ulang tahunku? Tanggal 29 Mei" jawab Gen.

"Oh baiklah akan ku ingat"

Gen tersenyum kecil melihat Giselle, ia berharap bahwa dirinya dan Giselle bisa berteman baik untuk waktu yang lama. Sepertinya Giselle membuat Gen merasa nyaman dan tidak canggung. Baguslah, ia tak perlu repot repot mencari teman lagi, baginya, Giselle saja sudah cukup.

"Berikutnya ada Benito Gavin Xavier, silahkan maju"

"Woaaaahhh, wuuuu"

Terdengar sorakan yang cukup meriah dari para siswa siswi di kelasnya. Membuat Gen heran, siapa dia? Sepertinya akan ada anak populer di kelasnya yang sombong dan suka menindas anak lain. Cih, membayangkannya saja sudah membuat Gen kesal, semoga saja ia dijauhkan dari teman sekelas yang sombong dan menyebalkan. Amin.

"Hai, eum ya, namaku Benito Gavin Xavier. Atau yang biasa dipanggil Gavin. Aku tinggal di Mountdres Hills nomor 42 blok A. Dan aku suka bermain basket, kadang juga suka bermain gitar, atau berenang, atau apa saja, tapi aku lebih suka bermain game. Ada yang ingin kalian tanyakan?"

Gen sedikit kesal dengan suara gadis gadis yang berteriak menanyakan nomor ponsel Gavin ataupun akun sosial media miliknya. Kan bisa ditanyakan nanti saat jam sekolah berakhir, seperti tidak ada waktu saja.

"Ahaha, nanti akan ku bagikan nomor ponselku, ya begitu saja, terimakasih, semoga kita bisa menjadi teman yang baik" ucap Gavin sembari melambaikan tangannya.

Cih, benarkan apa yang dirasakan Gen? Anak laki laki itu sudah jelas terlihat sangat menyebalkan, dia merasa dirinya sudah keren begitu? "Cih tidak" batin Gen sembari menatap Gavin yang sedang duduk sembari tertawa kecil dengan teman temannya diujung belakang.

Merasa seperti ada yang sedang menatapnya, Gavin melirik kesebelah kiri, membuat mereka berdua, Gen dan Gavin tidak sengaja saling bertatapan. Cukup lama sekitar 10 detik, yang kemudian kontak mata tersebut dilepas oleh Gavin.

Setelah bertatapan sepersekian detik dengan Gavin membuat Gen semakin yakin untuk tidak berteman dengan orang macam Gavin. Bagaimana tidak? Gavin melepas kontak mata mereka berdua dengan eung.. sinis. Maksudnya seperti memutar bola mata malas dan langsung mengalihkan pandangan, itu yang membuat Gen sangat sebal dengan tingkah Gavin.

"Aku tidak ingin berteman dengan Gavin" bisik Gen.

"Hah? Kenapa? Dia terlihat ramah dan juga tampan" elak Giselle.

"Cih tampan apanya, dia cocok menjadi pemeran anak nakal yang manja" sewot Gen.

"Kenapa kau begitu kesal? Awas, jangan terlalu membenci orang, nanti kau jatuh cinta dengannya" ejek Giselle.

Ah, benar. Benar Gen tidak akan pernah berteman dengan Gavin. Tidak akan. Lagipula, bagi Gen idolanya, Shawn Mendes, lebih tampan dan lembut. Jadi, jelas saja Gen tidak mungkin jatuh cinta dengan laki laki sombong seperti Gavin, karena itu bukan tipenya.

Tak terasa sudah 5 jam kegiatan Gen di sekolah hari ini, sedikit lelah tapi tak apa, Gen bisa melewatinya. 10 menit lagi bel berbunyi, menandakan waktu untuk pulang telah tiba. Di kelas saat ini sudah tidak ada guru, yang ada hanya teman teman sekelasnya yang asik mengobrol dah bercanda satu sama lain. Gen hanya menatap mereka semua dengan bosan, Giselle sedang berada di ruang guru untuk menyelesaikan berkas, seharusnya tadi Gen mengiyakan saja ajakan Giselle jika tahu ia akan merasa bosan seperti ini.

"Hai Gen, boleh aku meminta nomor ponselmu? Nanti akan aku masukkan ke grup kelas" ucap gadis manis berambut coklat, yang ia tahu bernama Sherin.

"Ah iya tentu saja" kata Gen sembari mengambil ponsel Sherin dan memasukkan nomornya disana.

"Terimakasih Gen" ucap Sherin sembari melambaikan tangannya dan kembali duduk dibangku sebelah laki laki bernama Jeno. Dilihat lihat, sepertinya Jeno menyukai Sherin. Ahaha entahlah tapi menurut Gen mereka berdua terlihat menggemaskan.

Ponsel milik Gen bergetar, membuat Gem terkejut, dibuka ponsel miliknya yang tertera pemberitahuan pesan singkat.

'02-234-367 menambahkan anda ke grup'

Ah ini pasti nomor Sherin, Gen menekan nomor tersebut, terlihat foto Sherin bersama anjing pom, lucu sekali. Lalu dengan segera Gen menyimpan nomor ponsel Sherin.

Selesai dengan nomor Sherin, Gen iseng melihat lihat siapa saja yang sudah masuk kedalam grup itu, sepertinya semuanya sudah masuk, haruskah aku menyimpan semua nomor? Atau beberapa yang aku kenal?

Nomor dengan foto laki laki yang sedang bermain gitar menarik perhatiannya, dilihatnya nomor siapa itu. 

Tertulis nama 'Gavin Xavier' dinomor itu. Ah laki laki ini ternyata, haruskah ku simpan nomornya? Tapi untuk apa juga aku menyimpannya? 

"Simpan saja nomornya, jangan ragu ragu, lagipula tak ada salahnya kan menyimpan nomor teman sekelas?"

Gen terkejut, Giselle sedang menatapnya.

"Ayo, kenapa kau melihatku?" kata Giselle sembari menepuk bahu Gen.

"Baiklah baiklah akan ku simpan" Gen menekan tombol "Simpan Nomor" dan mulai mengetik nama Gavin disana.

"Nah, bagus anak muda" Giselle tersenyum.

"Cih apanya yang bagus"

Gen mengambil jaket miliknya dan bergegas keluar menyusul Giselle, di kelas sudah sepi hanya ada beberapa anak yang sedang piket. Ketika Gen berada diambang pintu, seorang laki laki bernama Collin memanggil namanya. 

"Gen! Tunggu sebentar"

Gen menoleh "Ada apa Collin?"

Collin berjalan mendekati Gen sambil memberikan jaket kulit berwarna hitam kepadanya.

Kening Gen berkerut "Apa ini?"

"Tentu saja ini jaket, kenapa masih bertanya?"

Gen mengerutkan keningnya "Maksudku milik siapa ini?"

"Oh ini milik Gavin" jawab Collin.

Gen tidak mengerti "Lalu? Kenapa kau memberikannya padaku?"

"Apa kau lupa? Rumahmu dekat dengan rumah Gavin, jadi kau saja yang mengantarkannya, lagipula rumahku berlawanan arah dengan rumah Gavin" kata Collin.

"Kenapa tidak kau saja yang memberikan? Kenapa harus aku? Kau kan temannya" elak Gen.

"Kan sudah ku katakan, rumahku jauh, lagi pula aku sibuk. Sudah ya, ini berikan pada Gavin" kata Collin sembari memberikan jaket itu pada Gen.

"Hey Collin!" teriak Gen.

Yang diteriaki hanya melambaikan tangannya, sambil berjalan santai menjauhi Gen.

Apa apaan ini?

Maksudnya Gen harus memberikan jaket ini pada Gavin? Anak laki laki yang menyebalkan?

Hell no.

Memang benar sih, Mountdres dan Mountblack berdekatan, jalan kaki saja sudah sampai, tapi mana mau Gen melakukan itu semua?

"Aku tidak begitu kenal dengan Gavin, kenapa jadi aku yang direpotkan?" keluh Gen.

Akhirnya, mau tak mau, sebelum pulang Gen mampir dulu kerumah Gavin.

"Eh sebentar, tadi Gavin bilang rumahnya block berapa ya?" 

"Ahhh, sial. Hari ini benar benar buruk!" maki Gen pada dirinya sendiri.

"Jadi aku harus menghubungi Gavin? Aku? Aaaahhh, menyebalkan"

Terpaksa Gen mengeluarkan ponselnya dari saku jaket dan mulai mencari nomor Gavin.

Baiklah, mari kita menurunkan sedikit gengsi, demi kebaikan bersama.

Bab terkait

  • She is Genevive   Dua Hal Berbeda

    Gadis bermata bulat itu terlihat mondar mandir di depan gerbang sekolah, mempertimbangkan haruskah ia mengembalikan jaket Gavin hari itu juga atau besok saja sekalian, toh dirinya dan Gavin juga satu kelas. Gen membuka grup kelas ada sekitar 110 pesan belum terbaca, mereka kebanyakan membicarakan hal hal yang tidak begitu penting, tak sengaja mata Gen melihat gelembung chat milik Gavin yang tertulis "Ada yang lihat jaketku?" beberapa murid mengkutip pesan Gavin dengan memberi jawaban seperti "Tidak", "Aku tidak melihatnya", atau "Aku bukan ibumu jangan tanya padaku dimana jaketmu". Membaca pesan Gavin membuat Gen tidak enak hati, ia ingin membalas pesan itu, mengatakan jaket milik Gavin ada padanya, tapi entah mengapa jarinya hanya diam saja tidak mengetikkan sesuatu. Sebuah balasan untuk pesan Gavin muncul dilayar ponselnya, itu Collin, yang mengatakan bahwa dia melihat jaket milik Gavin dan memberikannya pada Gen dengan alasan "Rumah kalian deka

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • She is Genevive   Kupu-kupu

    Gadis dengan kucir cepol itu tengah berdiri didepan lemari es dengan pintu terbuka, membiarkan dirinya terkena hembusan angin dingin dari lemari es didepannya. Beberapa kali gadis itu menghela napas lelah, bagaimana tidak lelah? Dia sehabis dari rumah Gavin mengantarkan jaket dan kembali kerumah dengan berjalan kaki, memang sih tidak sejauh itu, tapi hari ini sangatlah panas. Tertera diponselnya suhu hari ini sekitar 34 derajat celcius, Gen setidaknya sudah menghabiskan satu botol air mineral dingin dengan sekali teguk, cuaca panas dan rasa kesalnya pada Gavin memuncak dikepalanya. Membuat Gen butuh sesuatu yang dingin. "Gila, ini benar benar panas. Apakah neraka sedang bocor? Apalagi ini ponselku berdering terus sedari tadi" omel Gen sembari menutup pintu lemari es dan berjalan menuju meja makan. Ponselnya terus berdering dari lima menit yang lalu, bukan dering telpon, tapi dering pesan yang dikirim secara beruntun. Tebak siapa yang mengirimnya pesan? Ya, Ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • She is Genevive   Namanya Genevive

    Genevive, atau yang akrab disapa Gen. Berusia 19 tahun, eh sebenarnya dia masih 18 tahun, tepat satu bulan lagi Gen akan berulang tahun yang ke 19. Jadi, dia masih berumur 18, benar kan? Gen adalah gadis biasa, maksudku, benar benar biasa. Jika dia tidak berusaha mendapatkan teman saat disekolah, maka tidak akan ada yang mengenalnya. Ya betul, dia sungguh berusaha agar mendapatkan teman, setidaknya satu, dalam seluruh hidupnya saat bersekolah. Misalnya, saat ia pertama kali masuk sekolah menengah atas, Gen berusaha sangat keras agar dia dikenal banyak orang, baik guru atau murid. Maka dari itu, Gen mengikuti banyak sekali kegiatan di sekolah, mulai dari pramuka, club renang, club radio, hingga organisasi siswa atau biasa disebut OSIS. Gen bahkan harus berpura pura menjadi pribadi yang ceria dan cerewet, padahal dia anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah, semua itu Gen lakukan agar bisa diterima di lingkungan sekolah. Setiap pulang sekolah Gen merasa sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • She is Genevive   Hal yang Genevive Suka

    "Sial" Gen tidak sengaja melukai jari tangannya dengan pisau, ia meringis kesakitan. "Ah pisau menyebalkan". Tebak, dalam sehari ini sudah berapa kali Genevive mengeluarkan umpatan? Gen berjalan ke arah loker miliknya dan membuka apron yang ia pakai lalu melipatnya, "Baguslah hari ini tidak begitu buruk, walaupun tanganku harus terkena sayatan pisau" kata Gen. "Hei, mau pulang?" Gen yang terkejut kemudian membalikkan tubuhnya, dilihatnya Julio sedang tersenyum kecil. "Oh, iya sebentar lagi jam kerjaku selesai. Ada apa?" Gen bertanya. Laki-laki berambut hitam itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menjawab "Tidak ada apa-apa, aku hanya bertanya apakah tidak boleh?" Gen tertawa geli, "Ya tentu saja boleh, siapa aku yang bisa melarangmu?" Julio hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya, yang sebenarnya tidak gatal. Julio salah tingkah. "Baiklah Julio, aku harus pulang. Sampai ketemu besok!" Gen mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Julio.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • She is Genevive   Hal yang Genevive Tidak Suka

    Jam menunjukkan pukul 10 pagi, menampilkan Gen yang sedang membersihkan kamar miliknya yang terlihat, hng, sangat berantakan. Terdapat banyak sekali barang berserakan dilantai, dan juga sampah makanan. Ew, sangat jorok"Argh, sial kenapa kamarku terlihat begitu buruk?" Gen mengeluh kesal, padahal menurutnya itu bukanlah hal yang buruk, hanya sedikit tidak nyaman saja.Dengan sigap, Gen mulai menata semua barang yang ada dimeja dan mengembalikan nya ketempat semula, tak lupa ia juga mengganti sprei dan menyapu lantai. Sebetulnya, Gen cukup suka dengan bersih bersih tapi entah mengapa terkadang dirinya merasa malas, jadi ya begitulah ia bisa menjadi rajin dan pemalas dalam satu hari. Bisa ditebak setelah selesai membersihkan kamar, ia pasti langsung merebahkan dirinya diatas kasur hingga sore hari, tanpa mandi. Jorok sekali.Sudah tiga setengah jam Gen membersihkan kamar, waktu yang cukup lama untuk membersihkan ruangan yang tidak terlalu besar. Jangan ditan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • She is Genevive   Kupu-kupu

    Gadis dengan kucir cepol itu tengah berdiri didepan lemari es dengan pintu terbuka, membiarkan dirinya terkena hembusan angin dingin dari lemari es didepannya. Beberapa kali gadis itu menghela napas lelah, bagaimana tidak lelah? Dia sehabis dari rumah Gavin mengantarkan jaket dan kembali kerumah dengan berjalan kaki, memang sih tidak sejauh itu, tapi hari ini sangatlah panas. Tertera diponselnya suhu hari ini sekitar 34 derajat celcius, Gen setidaknya sudah menghabiskan satu botol air mineral dingin dengan sekali teguk, cuaca panas dan rasa kesalnya pada Gavin memuncak dikepalanya. Membuat Gen butuh sesuatu yang dingin. "Gila, ini benar benar panas. Apakah neraka sedang bocor? Apalagi ini ponselku berdering terus sedari tadi" omel Gen sembari menutup pintu lemari es dan berjalan menuju meja makan. Ponselnya terus berdering dari lima menit yang lalu, bukan dering telpon, tapi dering pesan yang dikirim secara beruntun. Tebak siapa yang mengirimnya pesan? Ya, Ga

  • She is Genevive   Dua Hal Berbeda

    Gadis bermata bulat itu terlihat mondar mandir di depan gerbang sekolah, mempertimbangkan haruskah ia mengembalikan jaket Gavin hari itu juga atau besok saja sekalian, toh dirinya dan Gavin juga satu kelas. Gen membuka grup kelas ada sekitar 110 pesan belum terbaca, mereka kebanyakan membicarakan hal hal yang tidak begitu penting, tak sengaja mata Gen melihat gelembung chat milik Gavin yang tertulis "Ada yang lihat jaketku?" beberapa murid mengkutip pesan Gavin dengan memberi jawaban seperti "Tidak", "Aku tidak melihatnya", atau "Aku bukan ibumu jangan tanya padaku dimana jaketmu". Membaca pesan Gavin membuat Gen tidak enak hati, ia ingin membalas pesan itu, mengatakan jaket milik Gavin ada padanya, tapi entah mengapa jarinya hanya diam saja tidak mengetikkan sesuatu. Sebuah balasan untuk pesan Gavin muncul dilayar ponselnya, itu Collin, yang mengatakan bahwa dia melihat jaket milik Gavin dan memberikannya pada Gen dengan alasan "Rumah kalian deka

  • She is Genevive   Sedikit Kenangan

    Seorang gadis dengan rambut kucir kuda, berlari ditengah koridor sekolah yang sudah sepi, sepertinya gadis itu terlambat. Terlihat dari mimik wajahnya yang sedikit gusar. Dirapihkannya sedikit anak rambut yang bergelantungan, merapikan seragam sambil menarik napas panjang agar tidak gugup. Dibukanya pintu kelas dengan hati hati, gadis cantik itu melihat sekeliling, masih ramai. Ternyata belum ada guru yang datang, ia menghela napas lega. Segera, ia berjalan pelan mencari bangku yang masih kosong untuk ditempatinya. Bangku tiga baris dari depan dekat pintu dipilihnya, gadis itu duduk dengan canggung. Tak lama, seorang gadis mengenakan bando biru menghampiri tempat duduknya, menanyakan siapa namanya. "Genevive, namaku Genevive" Gadis berbando biru terkejut mendengar namanya, "Wah cantik sekali namamu". Genevive hanya tersenyum kecil, "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Gen pada gadis disampingnya. "Aku Giselle, salam kenal. Bole

  • She is Genevive   Hal yang Genevive Tidak Suka

    Jam menunjukkan pukul 10 pagi, menampilkan Gen yang sedang membersihkan kamar miliknya yang terlihat, hng, sangat berantakan. Terdapat banyak sekali barang berserakan dilantai, dan juga sampah makanan. Ew, sangat jorok"Argh, sial kenapa kamarku terlihat begitu buruk?" Gen mengeluh kesal, padahal menurutnya itu bukanlah hal yang buruk, hanya sedikit tidak nyaman saja.Dengan sigap, Gen mulai menata semua barang yang ada dimeja dan mengembalikan nya ketempat semula, tak lupa ia juga mengganti sprei dan menyapu lantai. Sebetulnya, Gen cukup suka dengan bersih bersih tapi entah mengapa terkadang dirinya merasa malas, jadi ya begitulah ia bisa menjadi rajin dan pemalas dalam satu hari. Bisa ditebak setelah selesai membersihkan kamar, ia pasti langsung merebahkan dirinya diatas kasur hingga sore hari, tanpa mandi. Jorok sekali.Sudah tiga setengah jam Gen membersihkan kamar, waktu yang cukup lama untuk membersihkan ruangan yang tidak terlalu besar. Jangan ditan

  • She is Genevive   Hal yang Genevive Suka

    "Sial" Gen tidak sengaja melukai jari tangannya dengan pisau, ia meringis kesakitan. "Ah pisau menyebalkan". Tebak, dalam sehari ini sudah berapa kali Genevive mengeluarkan umpatan? Gen berjalan ke arah loker miliknya dan membuka apron yang ia pakai lalu melipatnya, "Baguslah hari ini tidak begitu buruk, walaupun tanganku harus terkena sayatan pisau" kata Gen. "Hei, mau pulang?" Gen yang terkejut kemudian membalikkan tubuhnya, dilihatnya Julio sedang tersenyum kecil. "Oh, iya sebentar lagi jam kerjaku selesai. Ada apa?" Gen bertanya. Laki-laki berambut hitam itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menjawab "Tidak ada apa-apa, aku hanya bertanya apakah tidak boleh?" Gen tertawa geli, "Ya tentu saja boleh, siapa aku yang bisa melarangmu?" Julio hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya, yang sebenarnya tidak gatal. Julio salah tingkah. "Baiklah Julio, aku harus pulang. Sampai ketemu besok!" Gen mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Julio.

  • She is Genevive   Namanya Genevive

    Genevive, atau yang akrab disapa Gen. Berusia 19 tahun, eh sebenarnya dia masih 18 tahun, tepat satu bulan lagi Gen akan berulang tahun yang ke 19. Jadi, dia masih berumur 18, benar kan? Gen adalah gadis biasa, maksudku, benar benar biasa. Jika dia tidak berusaha mendapatkan teman saat disekolah, maka tidak akan ada yang mengenalnya. Ya betul, dia sungguh berusaha agar mendapatkan teman, setidaknya satu, dalam seluruh hidupnya saat bersekolah. Misalnya, saat ia pertama kali masuk sekolah menengah atas, Gen berusaha sangat keras agar dia dikenal banyak orang, baik guru atau murid. Maka dari itu, Gen mengikuti banyak sekali kegiatan di sekolah, mulai dari pramuka, club renang, club radio, hingga organisasi siswa atau biasa disebut OSIS. Gen bahkan harus berpura pura menjadi pribadi yang ceria dan cerewet, padahal dia anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah, semua itu Gen lakukan agar bisa diterima di lingkungan sekolah. Setiap pulang sekolah Gen merasa sa

DMCA.com Protection Status