MAHENDRA POV**FLASH BACK**Sore itu aku berjalan melewati komplek ruang rawat "Mawar". Seperti biasa, setiap sehari dalam seminggu aku selalu turun lapangan untuk melihat sendiri kinerja para tenaga kerja di rumah sakit yang sudah kubangun ini.Hari itu kebetulan jadwalku untuk mengecek komplek Mawar dan Melati. Aku sengaja membuat jadwalnya secara acak, agar apa yang aku lihat dari kinerja mereka adalah sebuah spontanitas. Bukan suatu hal yang di buat-buat.Ku langkahkan kaki melewati ruang mawar, hingga tak sengaja netraku menangkap pemandangan yang tak asing.Tampak seorang suster tengah membantu pasien wanita kembali tidur ke ranjangnya, mungkin dia dari kamar mandi, tebakku kala itu.Tapi yang menjadi fokusku adalah wajah pucat pasien itu, seperti tak asing bagiku."Rani? Apa benar dia Rani? Seseorang yang selama ini aku cari tahu keberadaannya," batinku.Aku terus memperhatikannya dari kejauhan. Sepertinya memang benar itu Rani. Dia sudah sangat berubah, bahkan hampir saja aku
"Oiya? Padahal aku nggak kemana-mana loh, Hen. Buktinya kamu menemukan aku begitu dekat denganmu, kan?" Aku hanya terdiam mendengar jawaban Rani. "Lagi pula untuk apa lagi kamu mencariku, Hen? bukan kah kamu sudah memiliki kehidupan yang lebih baik?" lanjut Rani terus terang. Entah mengapa jawabannya begitu menyakitkan bagiku. Aku memang bersalah telah meninggalkannya saat itu. "Maafkan aku, Ran," sesalku. Rani tersenyum tipis. "Kamu tidak perlu meminta maaf, Hen. Permintaan maaf hanya untuk orang-orang yang menyesal. Sedang kamu tak pernah menyesali keputusanmu, kan?" jawabnya tenang. Ya Allah, perih sekali hati ini mendengarnya. Lagi-lagi aku tak menyangkal jawaban Rani, karena apa yang dia katakan memang benar adanya. Justru aku sangat mensyukuri pernikahanku dengan Arumi. "Lagipula tak ada yang perlu dimaafkan darimu, Hen. Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat. Justru aku bangga sama kamu yang selalu berbakti pada orang tuamu, " Lanjut Rani. Aku memang meninggalkannya d
"Dijdohkan?""Iya, kita jodohkan.""Tapi apa mereka mau? Ini kan sudah bukan zaman kita lagi, Hen.""Kita buat perjodohan ini senatural mungkin, kita pertemukan mereka diam-diam, dan membuat mereka saling mencintai. Masih ada waktu satu bulan untuk kita menjalankan rencana ini. Bagaimana menurutmu?""Oke, aku setuju, harapanku semoga aku bisa menyaksikan mereka menikah sebelum tubuh ini di lalap tanah," jawab Rani bersemangat."Amiin."Kemudian aku dan Rani pun menyusun rencana perjodohan anak-anak kami.______Lia dan Lio kini duduk berdampingan di hadapan penghulu, di sisi mereka terdapat keranda yang siap mengantarkan Ibu Lia ke peristirahatan terakhirnya.Seperti wasiat Ibu Lia,Dengan terpaksa mereka akhirnya melakukan ijab qobul sesaat sebelum Ibu Lia di kebumikan.Tidak ada gaun pengantin, tidak ada texudo, tidak ada dekorasi, tidak ada jamuan dan hiburan seperti pesta pernikahan pada umum nya. Justru pernikahan ini di gelar dengan linangan air mata dan dalam lingkup kedukaan y
Lia hanya mengangguk pasrah. Di liriknya suami yang sedang duduk di sisi nya. Sedari tadi ia hanya diam membisu. Kepalanya memandang ke sisi jendela. Pandangan nya menerawang jauh,entah apa yang tengah memenuhi pikiran nya. Mungkin semua kejadian di hari ini masih belum bisa ia terima begitu saja."Kamu ikut tinggal bersama kami, Lia. Status kamu sekarang wanita bersuami,jadi kamu harus ikut kemanapun suami kamu tinggal." titah Ayah mertuanya tak terbantahkan.Apa yang mertuanya katakan itu benar,saat ini dia telah bersuami, ia memiliki hak dan kewajiban sebagai istri yang harus ia prioritaskan sejak kini. Kehidupan nya tak lagi sama, semua hal yang akan dia lakukan harus berlandaskan keridhoan suaminya. Walau pernikahan ini terjadi di luar rencana nya, namun Lia cukup memahami apa yang menjadi tugas nya saat ini.Tak berselang lama mobil sudah terparkir di halaman rumah Lia. Lia bergegas turun untuk menyiapkan segala keperluan nya, ia tak mau mertua dan suami nya menunggu terlalu lam
"Siapa gadis itu, Mas?" tanya Arumi pada suaminya dengan tatapan penuh selidik. Sejenak suasana menjadi hening. "Lio, dia siapa?" Tanya Arumi pada puteranya setelah tak kunjung mendapatkan Jawaban dari suaminya. Kemudian pandangan nya mengarah pada koper yang sedang di bawa Lio. "Dan kamu? Kenapa kamu bawa koper? Bukan nya kamu dari Rumah Sakit?" tanya Arumi penuh selidik. Namun Lio hanya diam membisu. "Ini kenapa pada diem gini sih, ga ada yang mau jawab Bunda?" Arumi semakin tidak sabar. "Mas, jawab aku dong ,Mas" pinta Arumi sekali lagi. Dr. Mahendra tampak menghela nafas berat sebelum kemudian memutuskan untuk menjawab pertanyaan isterinya. "Dia isteri Lio" Jawab Dr. Mahendra singkat,padat dan jelas. Arumi tertawa hambar."Ga usah bercanda deh kamu, Mas. Lio anak kita kan belum menikah, dia baru datang dari USA." ucap Arumi yang justru merasa suaminya sedang melawak. "Mas serius,Arumi. Dia Lia,Isteri Lio anak kita. Merka baru melaksanakan pernikahan sore tadi. Ucapan Ma
" Tapi kenapa harus dia,Mas? Kenapa harus anaknya Rani ?Kamu kan tahu, Mas .Rani adalah wanita yang paling aku cemburu selama ini. "Suara Bundanya Terdengar sangat parau di telinga Lio." Arumi Please, Rani sudah Tiada. biarkan dia tenang di alamnya, apa yang terjadi di masa lalu tolong lupakanlah." pinta Dr.Mahendra."Bagaimana bisa aku melupakan wanita yang pernah mengisi ruang di hati suamiku begitu mendalam?bahkan sampai menyebabkan kamu mengabaikanku di awal pernikahan kita,Mas. Apa kamu lupa semua itu?Tiga bulan Mas ,tiga bulan lamanya kamu mengbaikanku, tidak sudi menyentuhku sebagai istrimu, karena kamu yang masih saja dihantui dengan rasa bersalahmu pada Rani. aku sudah cukup menderita di awal-awal pernikahan kita, namun aku tetap bersabar. lalu sekarang kamu mau menambah penderitaanku lagi?" Ucap Arumi dengan deraian air mata."Maafkan aku, Arumi, aku tahu saat itu aku memang salah, aku salah telah mengabaikanmu, aku salah telah menyakiti dan melukai hatimu begitu dala
Fajar mulai menampakan sinarnya Lio mencoba untuk bangkit dari tempatnya, Ia tak mungkin terus-menerus mengurung diri seperti ini,banyak hal yang harus ia selesaikan.Lio mulai melangkahkan kakinya memasuki kamar, kepalanya terasa sangat berat, pandangannya mulai merabun. Mungkin itu disebabkan oleh dirinya yang tidak tidur semalam.Lia sedang menunggu suaminya di ujung ranjang dengan mengenakan mukena,bersiap mengajak Lio untuk sholat subuh berjamaah. Sebenarnya Lia sangat khawatir dengan kondisi suaminya,sebab semalam suntuk suaminya itu berada di balkon kamar, Lia bahkan tidak tahu apa yang suaminya lakukan di luar sana.Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 namun Lio tak kunjung memasuki kamarnya, Lia semakin khawatir, Ia takut terjadi sesuatu pada suaminya. awalnya Lia ragu untuk menyusul Lio ke balkon, karena lelaki itu sempat berpesan agar Lia tidak mengganggunya, Namun karena hari sudah mulai pagi, akhirnya Lia memberanikan diri untuk menyusul suaminya. Lia berjalan ke arah pint
Adelio POVHari ini aku memboyong Lia untuk tinggal di apartment yang baru aku beli semalam. Setelah semalaman suntuk aku memikirkan solusi atas pernikahan dadakan ini,akhirnya ku putuskan membeli apartment untuk memulai hidup bersama Lia.Keputusan ku untuk tinggal berdua dengan Lia sudah bulat,walau ayah dan bunda awalnya tak mengizinkan aku sebagi anak semata wayang nya berpisah dengan mereka,tapi aku tetap memaksa.aku tak ingin bunda semakin terluka dengan kehadiran Lia di rumah. Kalaupun ada yang harus pergi dari rumah, itu adalah Lia. Bukan bunda.Jujur aku tak tahu kehidupan apa yang akan aku lalui bersama Lia kedepannya, pernikahan ini terjadi begitu cepat, bahkan kami belum sempat saling mengenal lebih jauh. Sama sekali tak terbesit dalam benakku bahwa aku akan menikah secepat ini, aku bahkan baru kembali dari USA satu minggu yang lalu. Banyak Hal yang masih ingin ku raih,banyak hal yang masih harus ku lalui,namun kini hidupku bagai tak punya arah lagi,perjalanan hidup yang