Share

Chapter 47

Author: Pena_Zahra
last update Last Updated: 2022-11-12 12:00:14

Mario segera melajukan kembali mobilnya saat kedua wanita kesayangan keluarga Mahendra itu telah duduk dengan aman di jok belakang.

Tampak Arumi masih berusaha menenangkan Lia yang terus sesenggukan dalam pelukannya.

"Lia, kamu tenang ya, Nak," ucapnya menenangkan Lia, tergambar raut khawatir di wajahnya.

"Mario, tolong kamu ambilkan handuk di laci itu," titahnya pada Mario, ia memang selalu meneyediakan alat mandi di mobil untuk persiapan saat di perjalanan. Dengan cekatan Mario mengambil sebuah handuk sesuai arahan istri atasannya.

Arumi segera membekap tubuh Lia yang basah kuyup dengan sebuah handuk dengan harapan hal itu dapat membuatnya merasa hangat.

"Ya Allah, Lia. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Arumi yang tak mendapatkan jawaban dari Lia. Menantu yang berada dalam dekapannya itu kini tampak lebih tenang, tak terdengar lagi isakan tangisnya.

Arumi segera mengecek kondisi Lia.

"Lia? Lia?" panggilnya sembari menepuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 48

    "Lio ...." Lio menggantung kalimatnya, merasa ragu hendak menjelaskan yang sebenarnya pada sang Ayah.Sedang dr. Mahendra masih menunggu dengan tatapan mengintimidasi."Sepertinya Lio dijebak, Yah," akhirnya kalimat tersebut terlontar dari mulut Lio."Dijebak? Apa kamu ingin bilang kalau Lia menjebakmu? Begitu?" cerca dr. Mahendra."Bukan, Yah. Bukan seperti itu maksudnya, Lio dijebak, tapi bukan oleh Lia. Lio dijebak oleh orang lain," jawab Lio cepat tak ingin Ayahnya menjadi salah paham."Ayah gak paham maksud kamu, Lio. Kamu bilang kamu dijebak, tapi kenapa bisa Lia yang jadi korban? Ini ... sebenarnya apa yang terjadi, sih?" tanya dr. Mahendra semakin tak mengerti, sedang Lio semakin kebingungan bagaimana ia harus menjelaskan. Kejadian barusan begitu rumit untuk sekedar ia cerna, apalagi untuk ia jelaskan. Lio memijat pelipisnya pening."Kenapa kamu malah diam, Lio?" desak dr. Mahendra.

    Last Updated : 2022-11-13
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 49

    "Lia memang tak salah apa-apa, dia juga tak memiliki suatu kekurangan apapun yang menghalangi Lio untuk menerima dan mencintainya. Tapi di sini yang salah adalah Ayah!" ucap Lio pelan namun terasa begitu menohok relung hati Ayahnya."Ayah salah telah memutuskan untuk menikahkan kami, Ayah salah meminta Lio menjaga Lia dengan menikahinya. Ayah salah telah membuat seorang anak harus menyakiti hati Nundanya karena keputusan Ayah," lanjut Lio berapi-api.dr. Mahendra mengernyitkan keningnya, "Kamu ngomong apa sih, Lio?"Lio tertawa sumbang."Mendiang ibu Maharani, dia mantan kekasih Ayah, kan?" ucap Lio pelan dengan pandangan tajam ke arah Ayahnya, membuat dr. Mahendra terkejut seketika, kedua matanya membulat, tak menyangka putranya itu mengetahui hal yang selama ini dirahasiakannya."Lalu apakah Ayah memikirkan bagaimana perasaan Bunda saat Ayah memutuskan untuk meminta Lio menikahi putri mantan kekasih Ayah itu? Apa Ayah kira Bunda tidak terluka dengan keputusan Ayah?" Lio menyerbu per

    Last Updated : 2022-11-14
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 50

    Ada banyak foto Lia yang dipajang di sana, dari mulai gambar Lia masih bayi berjajar urut hingga gambar Lia saat dewasa."Lia sangat menggemaskan," gumam Arumi saat melihat foto Lia di hari kartini, tampak di sana tertulis TK. Kasih Bunda, pertanda itu foto Lia saat masih TK.Pandangan Arumi terus menjelajahi satu per satu foto Lia, sampai disebuah pigura berisi foto Lia sedang memeluk hangat Ibunya, di dalam foto itu Lia mengenakan pakaian toga, Arumi menebak gambar itu diambil saat Lia sedang wisuda sarjana.Pandangan Arumi beralih ke gambar Maharani, wanita yang sempat ia anggap sebagai duri dalam rumah tangganya bersama Mahendra. Wajah wanita yang kerap suaminya sapa dengan sebutan Rani itu tampak pucat, walau ia berusaha membalutnya dengan senyuman bahagia, namun kondisi kesehatannya yang tidak baik-baik saja tak dapat ia tutupi dengan apapun.Lama Arumi memandangi foto Maharani dan Lia bergantian,"Wajah mereka sangat mirip, Cantik," gumamnya pelan.'Sebenarnya wanita seperti apa

    Last Updated : 2022-11-15
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 51

    Halo, Bun?]terdengar suara Lio dari seberang sana saat Arumi menekan tombol hijau di layar benda pipihnya.Arumi melirik Lia sekilas sebelum menjawab panggilan Lio, ia lalu mengaktifkan fitur loudspeakernya,[Halo, Lio. Ada apa, Nak?]jawab Arumi membuat Lia mendongakkan kepalanya saat mendengar nama suaminya disebut.[ Halo, Bunda. Apa benar Bunda sedang bersama Lia?][ Iya, Bunda lagi sama Lia ini, kenapa? ][ Alhamdulillah, Lio mengkhawatirkan kondisi Lia, Bunda. Apa dia baik-baik saja? Dari tadi Lio coba hubungi Lia tapi nmornya tidak aktif. ][ Lia baik-baik saja, hanya tadi sempat pingsan dan kedinginan. Tapi sekarang insyaAllah sudah aman, kamu gak perlu khawatir. ][ Alhamdulillah, Bunda posisi di mana ini? Lio kesana sekarang, ya? Lio perlu bicara dengan Lia, Bun.][Lio, dengerin Bunda ya, Nak. Bunda memang nggak tahu apa yang tengah terjadi di antara kalian berdua. Tapi saran Bunda, sebaiknya sekarang kamu beri Lia ruang dulu. Biarkan dia menenangkan dirinya.Begitu pun kam

    Last Updated : 2022-11-17
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 52

    Bunda?" sapanya dengan suara serak khas bangun tidur."Eh, kamu bangun, Lia? Maaf, ya, Bunda jadi ganggu istirahat kamu," sesal Arumi."Nggak papa, Bunda. Sudah hampir shubuh juga," sahut Lia saat mendengar suara-suara speaker dari masjid sekitar saling bersahutan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an, sebuah tradisi yang sudah lama diterapkan setiap menjelang shubuh."Bunda butuh sesuatu?" tanya Lia sembari membenarkan posisinya dan melepas mukenah yang dikenakannya.Arumi tersenyum, "nggak ada, Bunda hanya ingin mengecek kondisi Lia saja. Apa sudah membaik?" tanyanya halus."Lia baik-baik aja, Bunda," jawab Lia menutupi kesedihannya dengan senyuman. Tak berselang lama, terdengar suara Adzan dikumandangkan."Sudah shubuh, sebaiknya Lia ke kamar mandi dulu, setelah itu kita sholat shubuh berjamaah, gimana?" tawar Arumi."Boleh, Bun. Lia ke kamar mandi dulu, ya," pamit Lia yang dijawab anggukan oleh Arumi.Sedang di tempat lain, Lio gelisah tak dapat memejamkan matanya. Pikirannya terus

    Last Updated : 2022-11-18
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 53

    "Bunda.""Ya, Nak?""Lia minta maaf, ya, Bun. Selama ini Lia tak tahu apa-apa. Lia benar-benar baru mengetahuinya saat membaca buku ini beberapa menit lalu. Seandainya saja Lia tahu sejak awal jika Ibu dan Ayah dulu pernah menjalin hubungan spesial, mungkin Lia nggak akan mau menerima perjodohan ini. Mungkin Bunda tak akan merasa terluka karena harus bebebesar hati menerima Lia di dalam kehidupan Bunda. Maafkan Lia, Bunda ... maaf," ucap Lia tertunduk.Arumi mengangkat kepala Lia, menangjup pipi menantunya itu dengan kedua telapak tangannya, "Sssttt, kamu nggak boleh bicara seperti itu ya, Lia. Kamu nggak salah, sama sekali nggak salah apa-apa, Nak. Apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari takdir kita yang sudah Allah tuliskan," ucap Arumi menenangkan Lia, membuat gadis berusia 25 tahun itu tak dapat menahan air mata harunya."Terima kasih, ya, Bunda. Bunda sudah sangat baik pada Lia," ucap Lia sembari kembali berhambur ke pelukan mertuanya

    Last Updated : 2022-11-19
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 54

    "Ya, Lio tahu akan hal itu, Lia," jawab Arumi.Deg!"Jadi benar begitu? Lalu mengapa mas Lio bersedia menerima perjodohan kami, Bun?" tanya Lia merasa heran."Lia, suami kamu memang tahu sepenggal dari kisah masala lalu Ibu kamu dengan Ayah. Tapi, dia baru mengetahuinya setelah kalian menikah. Itu pun karena tak sengaja mendengarkan percakapan antara Ayah dan Bunda di malam itu.Lia, Bunda minta maaf, ya. Mungkin karena itu Lio jadi bersikap dingin pada Lia. Bunda juga tak tahu kalau malam itu Lio mendengar semua percakapan atara Ayah dan Bunda. Tolong Lia maafkan sikap anak Bunda, ya? Maaf kalau sikapnya banyak menyakiti Lia selama ini," jelas Arumi penuh sesal.Mendengar penjelasan Arumi, Lia mengusap wajahnya kasar. Dipijatnya kening yang tiba-tiba terasa pening.Astaghfirullah," desisnya pelan, merasakan lika liku kehidupannya yang begitu curam.****Mobil milik dr. Mahendra berjalan membelah keramaian.

    Last Updated : 2022-11-20
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 55

    Lio melangkahkan kaki perlahan, sembari kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Lia. Hingga akhirnya kedua matanya menangkap objek yang sedang dicarinya. Ya, ia menemukan istrinya, Lia, tengah berbincang dengan seseorang yang tak asing lagi baginya, di sebuah meja yang terletak di ujung kantin.Melihat itu, tangan Lio terkepal kuat, prrtanda emosi mulai menghampirinya, 'Sehari semalam kamu mengabaikan panggilan dan chat saya, Lia. Dengan alasan butuh ruang dan waktu untuk menenangkan diri. Dan saya rela menahan diri untuk menemui kamu. Tapi sore ini, saya justru sedang melihat kamu tengah bercengkrama dengan lelaki lain, bahkan kalian terlihat begitu dekat dan akrab. Apa memang seperti ini caramu menenangkan diri?' batin Lio geram.Ia berjalan cepat ke arah meja yang ditempati Lia dan Vino, berniat segera menghentikan aktifitas mereka, namun langkahnya terhenti saat mendengar pembahasan yang sedang dibicarakan oleh kedua orang yang menjadi objek

    Last Updated : 2022-11-21

Latest chapter

  • Setipis Benang Sutera   extra part 5

    [ Pak Lio, tenang, ya. Dampingi dulu istrinya, saya masuk minta bantuan satpam saja. ][ Baik, Dok. Mohon maaf sebelumnya. ][ Nggak apa-apa, saya mengerti kok, Pak. ]Panggilan berakhir, kemudian Lio segera mendekati Lia, memberi support dan afirmasi positif untuk istri tercintanya."Kamu pasti kuat, Sayang. Kamu pasti bisa."Selang lima menit, dr. Melani datang dan langsung mengambil tindakan. Dengan cekatan dr. Melani mengecek pembukaan jalan lahir."Masih bukaan 4 Pak Lio, tapi kondisi Bu Lia sudah melemah. Bisa tolong bantu saya pasangkan cairan infusnya?" tanya dr. Melani.Dengan cekatan Lio segera melakukan apa yang dr. Melani perintahkan. 10 tahun mengenyam pelajaran kedokteran ternyata tak cukup membuat Lio memahami apa yang harus dilakukannya di saat-saat genting seperti ini. Isi otaknya seakan ngeblank ketika dihadapkan dengan situasi seperti saat ini.Di sisi lain, dr. Melani segera memasang Kardiotokografi di perut Lia, sebuah alat yang merekam denyut nadi janin juga keku

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 4

    "Bukan mancing, Mas ...""Terus?""Tapi minta," sahut Lia dengan senyuman genitnya, membuat Lio tak dapat menahan untuk tak mencubit gemas hidung mungilnya."Dengan senang hati, Sayang ..." sahut Lio sembari mulai membelai pipi Lia yang semakin hari semakin chuby efek kehamilannya.Dan malam itu, mereka kembali menyatu sebagai sepasang suami istri, saling memberikan kehangatan dan kenikmatan, menciptakan peluh dan desahan penuh kenikmatan.Lia dan Lio tertidur sesaat setelah sama-sama mencapai puncak nikmat penyatuan mereka. Kondisi yang melelahkan membuat keduanya begitu mudah terbuai di alam mimpi.Hingga waktu memasuki pertengahan malam, Lia merasakan perutnya begitu mulas, seperti ingin BAB. Dengan terburu-buru Lia berusaha bangun dan beranjak ke kamar mandi. Lio yang merasa kelelahan akibat aktifitas malam mereka, tak merasakan apapun dalam tidurnya, ia begitu terlelap hingga tak menyadari bahwa istrinya tak lagi di sisinya."Mas Lio ...!" tiba-tiba suara Lia yang berteriak di da

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 3

    "Ke bawahan lagi, Mas ...""Ini?""Dikit lagi, Mas.""Sudah, Pas?""Terlalu ke bawah itu, Mas.""Jadi yang sebelah mana?"Tanya Lio mulai frustasi, itulah rutinitasnya tiap malam di sembilan bulan kehamilan istrinya.Lia yang perutnya semakin membuncit kerap kali mengeluh merasa kesakitan di punggungnya. Mungkin akibat ketidak seimbangan beban dengan pasaknya.Setiap malam, sebelum tidur, Lio selalu menyempatkan diri untuk memijat halus tubuh istrinya, menyampaikan afirmasi positif untuk istri dan juga janin yang ada di dalam kandungannya."Kalian sangat kuat, kalian juga sangat hebat. Papa yakin, Mama dan Dede di perut bisa bekerja sama dengan baik nantinya. Papa selalu berharap, semoga semua prosesnya diberi kelancaran," ucap Lio diikuti ciuman yang mendarat di perut buncit milik istrinya.Saat Lio baru saja mendaratkan bibirnya di sana, tiba-tiba ia merasakan tendangan kuat dari dalam perut Lia tepat mengenai bibirnya."MasyaAllah, kamu menyambut Papa ya, Nak? Papa jadi nggak sabar

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 2

    "Apa sih yang nggak buat kamu?""Ya udah, tolong Mas bilang sama cheffnya, ya suruh ikutin resepnya abang-abang martabak yang biasa di pinggir jalan."Kenapa harus gitu, Sayang? Dah biar resepnya apa kata mereka aja, ya? Pastinya mereka juga lebih tau dan ahli dibanding abang-abang penjual kaki lima.""Tapi Lia pengennya yang gitu, Mas," rengek Lia."Ya udah, ya udah, nanti Mas coba bilangin, kamu doa aja ya semoga cheffnya bisa dan mau.""Amiin."Lio lalu mengantar Lia ke kamar untuk beristirahat, kemudian meninggalkannya ke restoran tempat mereka menginap.Satu jam berlalu, saat Lio dengan penuh semangat membawa martabak manis pesanan istri tercinta. "Sayang, Mas datang ..." ucapnya seraya memasuki kamar, berharap istrinya itu akan menyambutnya dengan mata berbinar-binar.Namun ternyata kenyataan tak semanis yang dibayangkan. Istrinya itu justru tengah terpejam, lelap dalam tidur siangnya, bahkan sampai tak menyadari kehadirannya.Lio tersenyum simpul, diletakkannya piring berisi

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 1

    "Udah boleh dibuka belum, Mas?" tanya Lia sembari memegangi kain yang menutupi matanya."Belum, dikit lagi," sahut Lio yang memapahnya dari belakang. Diputarnya tubuh sang istri perlahan."Kamu ini ada-ada aja deh, Mas. Seharusnya kamu yang dapat surprise dari aku, karena kamu kan yang baru pulang dari rumah sakit. Ini kok kebalik, malah kamu yang kasih aku surprise," ungkap Lia sembari suaminya memutar-mutar tubuhnya."Udah ya, kamu nurut aja sama Mas," sahut Lio setelah mendapatkan posisi yang pas."Udah?""Udah, saya buka ya, tapi kamu tetap pejamkan mata sampai hitungan ke-tiga," ucap Lio mengarahkan."Okey."Perlahan Lio membuka kain yang menutupi mata istrinya, lalu mulai berhitung, "Satu ... Dua ... Tiga ... Buka mata kamu, Sayang!" titah Lio. Dan perlahan Lia mulai membuka matanya."Masya Allah," gumam Lia pelan. Ternyata suaminya itu membawanya ke sebuah Villa yang terletak di sebuah tebing, saat ini mereka tengah berada di area kolam renang yang terletak di balkon kamar, den

  • Setipis Benang Sutera   ENDING

    ***Lio mengerjapkan matanya kala cahaya mentari mulai menyilaukan matanya, dan pemandangan pertama yang ia lihat saat matanya terbuka adalah seorang wanita cantik yang tengah tersenyum hangat padanya. Wanita yang belakangan selalu memenuhi pikiran dan hatinya.Lio membalas senyum istrinya, " Lia ..." ucapnya lirih. Ini kali pertama ia mengeluarkan suaranya setelah sadar dari koma, semalam, setelah dipindahkan ke ruang perawatan, Lio segera tertidur hingga pagi ini."Selamat pagi, Mas," sambut Lia dengan ucapan selamat pagi."Aku seneng deh, Mas, akhirnya pagi ini aku bisa melihat kamu membuka mata, setelah sebulan lamanya di setiap pagi aku terus mengharapkannya," ucap Lia penuh bahagia."Maaf, ya, Mas terlalu lama melewatkan waktu bersama kamu," ucap Lio sembari membelai pipi istrinya."Kamu nggak perlu minta maaf, Mas. Dengan kamu kembali sadar seperti ini, aku sudah sangat bahagia. Selamat ulang tahun, ya, Mas. Semua harapan

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 73

    Satu bulan berlalu dan Lio masih belum sadar dari komanya. Selama itu pula Lia selalu berada di sisinya, melangitkan doa-doa agar keajaiban datang memberi kesembuhan pada suaminya, memohon pada Allah agar ia diberi kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki segala kesalahan yang sempat ia lakukan sebelumnya."Lio sangat beruntung memiliki kamu, Lia," ucap Arumi saat baru saja memasuki ruang rawat anaknya. Lia baru saja selesai sholat isya' saat mertuanya itu datang dan masuk ke ruangan."Eh, Bunda? Ayah mana?" sapa Lia sembari mencium punggung tangan mertuanya."Ayah masih ada urusan sebentar, bentar lagi juga kesini," jelas Arumi sembari mendekati putranya yang masih terbaring koma.Arumi meraih tangan Lio, kemudian mengecupnya beberapa kali, "Bagaimana kabarmu hari ini, Nak? Bunda selalu berharap kamu segera pulih, lihatlah, kita semua menunggumu, Lio. Kita semua merindukanmu.Lihatlah Lia, setiap hari istrimu itu selalu mengurusmu dengan begitu baik, bahkan sampai tak sempat mengur

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 72

    Waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi, namun Lio tak kunjung datang menjemput Lia. Sedari tadi Lia tampak gelisah, langkahnya tak berhenti mengitari rumah, mondar-mandir tak tentu arah."Tumben sih Mas Lio datang telat? Apa dia lupa ya kalau harus jemput aku? Mana dihubungi dari tadi susah banget lagi. Suka begini deh kalau lagi genting,'' gerutu Lia dalam hati. Walau begitu ia sangat mengkhawatirkan kondisi suaminya yang tak kunjung datang.Waktu terus berlalu, hingga menunjukkan pukul 07.30, tapi Lio tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Perasaan Lia semakin resah, disamping ia kepikiran suaminya, kini ia juga tak dapat terlalu lama menunggu, karena ia akan datang terlambat jika tidak segera berangkat.Segera Lia membuka aplikasi hijau, dan memesan sebuah taxi online. Namun tiba-tiba sebuah panggilan dari Vino masuk.Sejenak Lia ragu untuk mengangkatnya, mengingat suaminya yang begitu sensitif jika ia berhubungan dengan Vino. Lia sengaja mengabaikan panggilan itu dan lanjut memesan

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 71

    Tok ... Tok ... Tok ..."Lia, buka pintunya, Nak!" Lia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya, perlahan ia berjalan dan membukanya."Ibu?" tanya Lia sedikit terkejut."Boleh Ibu masuk?""Boleh dong, Bu. Ayo," ucap Lia bersemangat."Ibu, Lia kangen banget ...," ucap Lia sesaat setelah duduk di tepi ranjang lalu memeluk ibunya."Ibu juga kangen sama, Lia," sahut Ibunya membalas pelukan. "Lia kenapa di sini? Bukankah seharusnya Lia ada di rumah suami Lia?" tanya Ibunya sembari perlahan melepas pelukannya." Lia kangen sama Ibu," jawab Lia sembari memandang wajah teduh Ibunya, wajah itu kini tampak semakin segar dan cantik, berbeda dengan yang Lia lihat saat terakhir bertemu."Ibu sudah sehat?" tanya Lia ingin mengetahui kondisi ibunya.Rani tersenyum, anak perempuannya itu tidak pernah berubah, selalu mencari pelukannya setiap kali menghadapi masalah, juga selalu memperhatikan kesehatannya."Ibu sehat, Nak. Ibu sudah tidak sakit lagi, seperti yang kamu lihat," jelas Rani pada putr

DMCA.com Protection Status