Share

Bab 9

Henni berdiri di belakang mereka dengan ekspresi canggung. Deon langsung bisa menebak bahwa Cindy dan ibunya masuk secara paksa.

Raut wajah Deon menjadi kusut. Dia tak menyangka kedua wanita itu sebegitu tak tahu malu. Dia sudah pernah menghadapi wanita dengan sifat seperti itu sebelumnya, tetapi ini adalah pertama kalinya dia menghadapi yang semenyebalkan ini!

Kalau dia memberi tahu mereka bahwa dia dan Luna saling jatuh cinta, Cindy dan ibunya pasti akan menjilatnya mati-matian dengan harapan bisa mendapatkan sebagian dari harta Luna!

Karena itu, Deon langsung menjawab dengan setengah hati, "Maaf kalau jawabanku mengecewakan kalian, tapi Bu Luna adalah bosku. Dia datang menemuiku karena alasan pekerjaan dan langsung pergi setelah menyelesaikan masalahnya."

Ketika Cindy dan Camila mendengar ini, ekspresi mereka tiba-tiba berubah.

"Apa? Ternyata dia bosmu, ya? Apa kubilang? Mustahil seorang gadis sehebat Luna bisa menyukainya."

"Mengecewakan sekali! Sial!"

Mereka pun pergi sambil mencaci maki dan mengambil kembali hadiah yang mereka bawa.

Di saat yang bersamaan, sebuah pesan teks dari Killan masuk ke ponsel Deon. Pesan itu berbunyi, "Kak Deon, 10 triliun telah ditransfer ke Kartu Raja Gangster. Aku berinisiatif memilih dan membeli sebuah komplek perumahan atas namamu. Ke depannya, silakan gunakan dana di dalam kartu ini sesuka hati."

Deon secara spontan menggeleng-geleng. Bocah bernama Killan itu memang gemar melakukan hal seperti ini.

"Nak, abaikan saja mereka. Ke mana saja kamu semalaman? Kamu membuat Ibu khawatir saja!" ucap Henni dengan cemas.

Deon tersenyum dan berkata, "Bu, jangan khawatir, aku nggak mungkin tidur di jalanan. Oh, iya. Kita masih memiliki utang luar negeri sebesar ratusan juta dan belum dilunasi, bukan? Bagaimana kalau kita bayar dengan uangku saja ...."

Henni langsung menyelanya dengan cemas, "Nak, kamu hanyalah seorang pegawai biasa. Gajimu juga hanya beberapa juta per bulan. Dari mana kamu mendapatkan uang untuk melunasi utang itu? Apakah kamu habis melakukan hal yang buruk?"

Deon buru-buru berkata, "Itu mustahil. Ibu berpikir terlalu jauh."

"Syukurlah kalau begitu. Ayahmu memutuskan untuk bekerja di tambang ilegal bersama teman-temannya karena berusaha menghasilkan uang, tapi sayangnya dia meninggal karena tanah longsor. Kamu nggak boleh terlibat dalam hal-hal yang melanggar hukum, paham?" ucap Henni dengan sungguh-sungguh. "Urusan uang dan utang, lebih baik kita bergotong royong mencari solusi, jangan terlalu membebani dirimu sendiri."

Deon mengangguk dengan patuh.

Karena khawatir ibunya terlalu menganggap serius hal ini dan bersikeras menyelidiki asal muasal uangnya, dia terpaksa merelakan gagasan melunasi utang dengan dana Kartu Raja Gangster.

Setelah menghibur ibunya, Deon bergegas ke stasiun kereta bawah tanah untuk berangkat kerja.

Dia bekerja di sebuah divisi kecil di bawah Departemen Penjualan Grup Lixon. Walau skalanya tidak besar, bekerja di bawah departemen ini merupakan tekanan yang besar.

Begitu dia masuk ke kantor, dia melihat beberapa rekannya sedang ditegur atasan mereka, Jason Kore.

"Apa-apaan kalian? Selama dua bulan berturut-turut, performa penjualan kalian masih belum mencapai target! Otak kalian semua hanya diisi kotoran, ya?!"

Dua teman baik Deon, Mina dan Dimas, juga dimarahi sampai telinga mereka hampir berdarah, terutama Mina yang habis ditampar oleh Jason hingga wajahnya membengkak!

Deon tidak tahan lagi dan langsung berjalan ke hadapan atasannya, Jason, lalu berkata, "Pak Jason, seingatku dalam aturan dasar perusahaan ada aturan bahwa karyawan tidak boleh dianiaya atau dipukuli ...."

Jason melirik Deon dengan tajam dan berkata, "Deon? Kamu karyawan baru yang bahkan belum melewati masa magang, beraninya kamu mengkritik tindakanku? Jangan lupa, kinerjamu sendiri juga sama buruknya. Dilihat dari gerak-gerikmu, sepertinya kamu sudah siap kehilangan pekerjaanmu, ya?"

Mina dan Dimas buru-buru menahan Deon sambil memohon, "Kak Deon, tenanglah, kami nggak apa-apa, kok."

Keduanya adalah karyawan tetap dan tidak keberatan merasa canggung selama beberapa hari setelah dimarahi oleh Jason. Namun, kalau Deon membuat Jason kesal selama dia masih magang, dia pasti akan dihukum.

Bahkan ada kemungkinan dia akan dipecat dalam hitungan menit!

Deon berkata dengan tegas, "Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai hak istimewa untuk memukul atau menganiaya karyawan. Pak Jason, meskipun Bapak adalah atasan kami, Bapak tetap harus minta maaf!"

Deon tahu bahwa Jason hobi mengatur semua orang di departemen ini, mempermainkan pegawai baru dan menggoda karyawan wanita.

Biasanya Deon mengabaikannya, tetapi dia tidak tahan kalau masalahnya menyangkut teman-temannya.

Melihat reaksi Deon yang berani, Jason tertawa sinis dan berkata, "Kamu memintaku meminta maaf? Aku nggak salah dengar, 'kan? Kamu pikir kamu ini siapa?"

Deon menjawab dengan tenang, "Aturan dasar perusahaan menetapkan bahwa tak peduli posisinya, setiap orang setara dan harus saling menghormati. Pak Jason, apakah menurutmu dirimu berada di atas aturan dasar perusahaan?"

Amarah Jason makin menjadi-jadi. Dia pun berkata, "Oh, jadi kamu mau menantangku dengan buku peraturan? Oke, kamu mau membela teman-temanmu, 'kan?"

"Kalau begitu, bantulah mereka berdua mencapai target penjualan dalam waktu tiga hari! Kalau berhasil, aku akan memaafkan mereka! Tapi kalau kalian gagal, kamu harus berkemas dan undur diri!"

Dengan wajah pucat, Dimas buru-buru berkata, "Kak Deon, jangan mengiakan begitu saja! Kami ditugaskan menjual Teh Adem, produk kesehatan keluaran terbaru Grup Lixon, tapi produk ini belum masuk pasar. Memperoleh penjualan dari produk ini adalah hal yang sama sekali mustahil!"

Tak hanya itu, Jason bahkan menetapkan target penjualan sebesar empat miliar per bulan!

Darren dan Mina telah berusaha sebaik mungkin dengan membeli dan meminum teh ini sendiri sampai perut mereka tak sanggup lagi, tetapi mereka hanya berhasil mendapatkan penjualan sebesar 200 juta sejauh ini.

Membantu keduanya mencapai target penjualan sebesar empat miliar dalam waktu tiga hari adalah hal yang mustahil!

Deon tertegun sejenak, kemudian berkata, "Kalau aku bisa mencapai target mereka dalam satu hari, apa Bapak akan meminta maaf?"

Jason juga tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Empat miliar dalam satu hari? Hahaha! Kamu kira kita lagi bermain Monopoli? Kalau kamu benar-benar bisa melakukannya, tak hanya membiarkanmu terus bekerja di sini, aku juga akan tunduk dan memohon maaf pada kalian!"

"Kalau aku bisa melakukannya dalam lima menit, Bapak harus meminta maaf sambil berlutut dan bersujud tiga kali, setuju?" tanya Deon lagi.

Mendengar tantangan ini, rekan-rekan Deon di seluruh departemen tercengang.

Ucapan Deon memang tidak pernah bisa ditebak!

Apa benar pria ini adalah anak magang yang biasanya selalu hidup tenang tanpa perlawanan itu?

Jason menggertakkan gigi dan berseru, "Kamu ini cuma datang buat mencari gara-gara, ya?!"

Dimas dan Mina juga buru-buru berusaha meyakinkan Deon, "Kak Deon, bertindak tanpa berpikir bisa membawa petaka! Menggarap empat miliar dalam lima menit itu mimpi yang konyol!"

Tidak, untuk memimpikannya saja mereka tidak berani!

"Aku nggak akan mengingkar janjiku. Pak Jason, sepertinya kamu takut, ya?"

Melihat Jason menginjak-injak para bawahannya membuat Deon kesal.

Namun, Deon hanya melakukan hal yang benar!

"Haha! Kenapa cemas begitu? Nggak sabar ingin dipecat, ya? Baiklah, aku akan membantumu mewujudkannya! Ayo, sini! Kalau kamu bisa melakukannya, aku akan langsung berlutut!" jawab Jason sambil menyeringai, matanya berkilap licik.

Faktanya, ini adalah jebakan yang Jason rencanakan. Pagi hari ini, Julian, paman Luna sekaligus direktur Grup Lixon, datang menemuinya, lalu memberinya dua miliar dan memintanya merencanakan skenario untuk mengusir Deon.

Jadi, Jason memanfaatkan perihal penjualan untuk menimbulkan masalah, tetapi Deon malah berinisiatif maju. Rencananya berjalan dengan sempurna!

Jason mengeluarkan ponselnya dan menyetel pengatur waktu sambil berkata, "Deon, lima menit itu waktu yang sangat singkat, loh!"

Menurut sepengetahuannya, penilaian performa Deon dalam beberapa bulan terakhir selalu nyaris tidak lulus.

Kemampuannya dalam menarik pelanggan tentu tidak sebanding dengan Mina dan Darren!

Karena itu, pemagang pemula seperti dirinya tidak mungkin bisa menaklukkan tantangan sesulit ini!

Di sisi lain, Deon mengeluarkan ponselnya dengan tenang dan membuka aplikasi buku kontak. Seorang kenalannya di Kota Sielo tebersit di benaknya. Deon yakin orang ini bisa membantunya.

"Halo, Murray Zune? Ini aku, Deon. Aku ingin memintamu melakukan sesuatu!"

Murray Zune?!

Mendengar sapaan ini, semua orang di kantor tercengang. Bukankah Murray Zune Walikota Sielo?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Elly Yanti
menegangkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status