"Cepat! Ayo sekarang pergi!"Setelah mendapat kabar bahwa Deon ada di pesawat, Sohir buru-buru berkata kepada sekretarisnya.Di pesawat, Deon duduk di kursi bisnis dan memejamkan mata untuk bersantai.Kemarin Deon bekerja keras di siang hari dan kelelahan setelah bercumbu lama.Terutama Luna yang sangat gila.Siang hari Luna baru pergi.Pada saat ini, pria yang duduk di depan Deon membunyikan bel.Tak lama kemudian, seorang pramugari cantik yang mengenakan rok profesional dan stoking hitam berjalan dengan cepat.Pramugari berlutut di samping pria itu dan menatapnya, memperlihatkan lehernya yang seputih salju."Tuan, ada yang bisa aku bantu?”Pramugari bertanya sambil tersenyum."Berikan nomor ponselmu. Aku sudah mengamatimu sejak lama. Aku menyukai segala sesuatu tentangmu."Mata pria itu menjelajahi tubuh pramugari dengan rakus, apalagi saat melirik ke arah kakinya, mata pria itu langsung melotot."Maaf Tuan, sesuai peraturan kami, kami dilarang memberikan informasi kontak pribadi pad
Setelah membaca isi catatan itu, Deon tersenyum kepada pramugari, lalu meremas catatan itu menjadi bola dan membuangnya.Saat pendaratan semakin dekat, pramugari itu berjalan ke arah Deon lagi dan berbisik."Cepat ikuti aku!""Terima kasih atas kebaikanmu, tapi nggak perlu. Aku ingin melihat apa yang bisa dia lakukan padaku."Deon menggelengkan kepalanya, tidak mengendalikan suaranya sama sekali."Haha, nanti kamu juga akan tahu."Pria yang duduk di depannya menoleh dan menunjukkan senyuman garang."Tuan, kalau kamu nggak pergi, pasti akan terlambat!"Pramugari itu mendesak dengan cemas."Pergi? Pergi ke mana? Aku sarankan agar kamu berhenti ikut campur. Kalau nggak, aku akan meminta pemimpinmu untuk segera memecat kamu!"Pria itu memelototinya dan mengancam."Jangan khawatirkan aku, urus saja urusanmu."Deon berkata dengan tenang.Pramugari ragu-ragu untuk berbicara, akhirnya menghela napas dan tidak punya pilihan selain pergi.Tak lama kemudian, pesawat itu mendarat.Ketika Deon turu
"Kematian sudah dekat dan masih begitu keras kepala!""Bunuh dia!"Raffi berteriak dengan marah.Begitu kata-kata itu terlontarkan, sekelompok preman menerkam Deon dengan sengit.Janice berteriak dan menutup matanya, tidak berani melihat.Semua preman ini bertubuh besar dan kekar. Dengan tubuh kecil Deon, mana mungkin dia bisa menjadi lawan mereka?Akan tetapi pada saat berikutnya, Janice menyadari semua suara di telinganya telah hilang seolah dunia telah ditekan tombol bisu.Dia melepaskan tangannya.Janice ternganga saat melihat adegan di depannya.Semua preman Raffi tergeletak di lantai tanpa diketahui hidup atau mati mereka.Deon meletakkan tangan di belakang punggung dan kakinya sama sekali belum bergerak.Glek!Raffi menelan ludah, sorot matanya terlihat sangat ketakutan."A ... apa gunanya pandai bertarung? Saat berkeliaran di luar, yang terpenting adalah kekuasaan!""Kalau mampu, jangan pergi ke mana-mana. Aku akan meminta ayahku untuk datang! Aku nggak pernah takut pada siapa
Sohir mengerutkan kening dan berjalan menuju Deon dengan langkah lebar.Sebuah cibiran muncul di sudut bibir Zuhdi.Berani menindas Putra Zuhdi, sekarang dia akan menunjukkan betapa besar kekuasaannya.Raffi juga menunjukkan senyuman sinis di wajahnya, diam-diam mengagumi betapa genius dirinya.Hanya dalam beberapa kata, Ketua Sohir langsung tidak suka terhadap Deon. Melihat ekspresi marah Ketua Sohir, Raffi tidak akan terkejut kalau Ketua Sohir menamparnya di depan umum terlepas dari statusnya.Akan tetapi pada saat berikutnya, perilaku Sohir mengejutkan semua orang."Tuan Deon, aku terlambat!"Sohir berhenti di depan Deon dan membungkuk.Dia berangkat untuk menjemput Deon di bandara pagi-pagi sekali, tetapi setibanya di bandara, ada banyak pengusaha dan pejabat dari Provinsi Xino datang mendekatinya yang membuatnya kewalahan."Suasana di Provinsi Xino perlu diperbaiki."Deon berkata dengan tenang dan berjalan keluar tanpa melihat ke arah Zuhdi dan Raffi."Baik!"Sohir menyetujui deng
"Tuan Deon, apa kamu punya ide?"Sohir bertanya dengan ragu."Besok aku akan pergi menemui Kento."Deon berkata dengan datar.Mendengar ini, Sohir terlihat rumit."Tuan Deon, aku baru saja menjadi pemimpin militer dan politik Provinsi Xino dan cuma punya setengah dari Token Harimau, jadi aku nggak bisa mengerahkan prajurit untuk membantumu."Sohir berkata dengan agak malu."Mengerahkan prajurit? Aku sendiri sudah cukup."Begitu Deon selesai berbicara, raut wajah Sohir berubah drastis."Nggak bisa begitu! Kento itu kejam dan punya banyak master di bawah komandonya. Kalau kamu datang ke sana sendirian, takutnya kamu akan menghadapi sesuatu yang nggak terduga."Sohir buru-buru berkata."Jangan khawatir, nggak ada seorang pun di Provinsi Xino yang bisa menyerangku."Sudut bibir Deon agak terangkat dan dia berkata dengan bangga.Setelah meninggalkan Sohir, Deon menerima pesan."Halo Tuan Deon, maaf mengganggu. Aku Janice. Aku mendapatkan nomor ponselmu melalui sistem maskapai. Hari ini aku
"Apa yang terjadi?"Deon menatap Janice dengan ragu dan bertanya."Nggak ada apa-apa."Janice memaksakan senyuman di wajahnya.Meskipun tidak terlihat baik-baik saja, karena Janice tidak ingin mengatakan apa pun, Deon tidak bertanya lebih banyak.Setelah makan, Deon mengantar Janice keluar dari hotel.Begitu mereka berdua keluar dari hotel, seorang pria paruh baya berpakaian compang-camping tiba-tiba melompat keluar dari sudut dan menerkam mereka.Deon bereaksi dengan cepat. Dia langsung menendang pria paruh baya itu tepat saat dia muncul di depan mereka.Pria paruh baya itu berteriak dan melayang ke belakang."Ayah!"Janice yang berada di sebelah berteriak dan buru-buru menyusul pria paruh baya itu untuk membantunya bangkit dari lantai.Deon tercengang.Apakah pria berjanggut dan pakaian compang-camping yang terlihat seperti gelandangan adalah ayah Janice?"Bagus, sekarang kamu sudah besar dan berani memukul ayah kandungmu sendiri!"Pria paruh baya itu meraih tangan Janice dan berkata
Janice buru-buru mengambil uang itu dan menghitung hingga 16 juta sebelum mengembalikan sisa uangnya kepada Deon."Ini! Cepat bangun!"Janice melemparkan 16 juta ke ayahnya yang berguling-guling di tanah dan berkata dengan marah.Ayahnya langsung berhenti menangis, kemudian berdiri sambil tersenyum dan mengambil uang yang berserakan di lantai."Bukankah akan lebih baik kalau dari tadi begini? Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, lain kali aku akan datang mengunjungimu lagi."Setelah mengambil uang, ayah Janice pergi tanpa menoleh ke belakang."Maaf sudah membuatmu melihat lelucon."Air mata menggenang di mata Janice. Dia menggigit bibir merahnya dan menundukkan kepala."Setiap keluarga punya masalahnya sendiri."Deon mengangguk dan berkata."Tadi dia meneleponku dan menanyakan keberadaanku. Aku nggak terlalu memusingkannya dan cuma bilang kalau aku ada di Hotel Niaga. Nggak kusangka dia akan mencariku di sini."Janice merasa agak bersalah.Bagaimanapun, ayahnya telah menyebabkan masal
"Kalau begitu, ayo pergi bersama."Meskipun Deon tidak merasa perlu mengajak Sohir pergi bersamanya, dia pun tidak menolak lagi karena Sohir memiliki niat baik."Mobilnya sudah siap, ayo kita berangkat?"Sohir bertanya.Deon mengangguk dan pergi bersama Sohir.Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan sopirnya adalah pria kekar yang terlihat serius seperti seorang prajurit."Tempat tinggal Kento sangat terkenal di Provinsi Xino dan bahkan di seluruh negeri. Di sebelah utara vilanya ada salah satu hutan nasional Negara Lordia dan di sebelah barat ada tempat pemandangan tingkat 5A paling terkenal di Provinsi Xino. Di sebelah timur dan selatan ada Makam Raja Milard."Di dalam mobil, Sohir memperkenalkan tujuan perjalanan mereka kepada Deon."Makam Raja Milard?"Mendengar ini, Deon agak terkejut.Raja Milard adalah raja legendaris dalam sejarah Negara Lordia.Raja ini memiliki sejarah lebih dari seribu tahun.Berbeda dengan raja lainnya, Raja Milard ini menghabiskan separuh hidupnya bertarung