Dia adalah Carlos Millard, adik laki-laki Camila yang baru dibebaskan dari penjara dua tahun lalu setelah membunuh seseorang secara tidak sengaja.Walau telah dipenjara, sikap keras kepalanya masih bertahan!"Bu!" panggil Deon dengan marah."Biarkan ibuku pergi, kalau nggak ... kamu akan menanggung akibatnya!"Deon segera melangkah ke arah Carlos!"Deon, jangan!" teriak Henni dengan wajah pucat karena kurang oksigen. "Ini adalah kesalahan orang tuaku dan nggak ada hubungannya dengan anak-anakku! Selesaikan masalahnya denganku saja!"Sambil menggigit rokok, Carlos melepaskan Henni dan berkata sambil tersenyum, "Kak Henni, aku ini pria baik-baik, aku nggak mungkin datang ke rumahmu tanpa alasan!""Aku mempunyai kontrak pinjaman yang menyatakan bahwa suamimu meminjam dua juta dariku lima belas tahun lalu! Setelah ditambah suku bunga dan inflasi bertahun-tahun, bukannya wajar-wajar saja aku meminta dikembalikan satu miliar?"Deon mengerutkan kening dan bertanya, "Bu, apa yang terjadi?""Du
Henni juga berkata dengan tidak percaya, "Nak, menurut Ibu itu tidak terdengar realistis ....""Percayalah padaku, Bu!" jawab Deon dengan tulus.Menatap wajah putranya yang tulus, Henni berkata dengan tegas, "Baiklah! Ibu percaya padamu. Ibu akan membiarkanmu mengambil keputusan!"Deon menulis sebuah kontrak, lalu menyerahkannya kepada mereka dan berkata dengan nada dingin, "Tanda tangan di sini. Rumah dan tanah bobrok ini akan menjadi milik kalian. Setelah ini, keluarga kami tidak lagi berutang apa pun pada kalian!"Carlos langsung menandatangani kontrak tersebut dengan kegirangan dan berkata, "Haha! Baiklah! Utang satu miliar kalian akan kuhapus semuanya! Aku berjanji nggak akan mengganggu kalian lagi di masa depan!"Cindy dan ibunya juga merasa sangat bahagia.Mereka tidak menyangka mereka akan mendapatkan rumah dan tanah ini secepat itu!Untungnya, Deon si bodoh tiba-tiba mengaku telah membeli seluruh Komplek Pantai Mas. Mereka hampir tertawa setengah mati!"Bu, ayo pergi ke rumah
Tamparannya begitu kuat sampai satpam itu langsung terjatuh ke lantai dan gigi-gigi gerahamnya hancur!Di hadapan semua orang, Gian membungkuk dan memungut Kartu Raja Gangster yang tadinya dibuang ke lantai.Lalu, dia menyekanya hingga bersih dengan pakaiannya sendiri, mengembuskan napas berat dan meminta maaf kepada Deon dengan hormat, "Maaf, Tuan Deon! Satpam ini masih baru dan belum memahami peraturan, tolong maafkan perilakunya. Sebagai pemilik Komplek Pantai Mas, Anda berhak menjatuhkan hukuman apa pun padanya!"Mendengar ucapan Gian ....Seolah-olah seseorang menekan tombol jeda, semuanya menjadi sunyi senyap!Saking tercengang, Cindy dan yang lainnya hanya bisa menganga hingga rahang bawah mereka hampir jatuh!Deon adalah Pemilik Komplek Pantai Mas!Camila buru-buru berkata, "Mustahil, dia itu hanyalah ...."Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi Cindy langsung menutup mulutnya!Itu karena mata seseorang yang menakutkan sedang menatap mereka dengan tajam!Pak Gian menatap semua o
Deon tidak bisa berkata-kata lagi. Dia membantu Luna menyembuhkan bekas lukanya dan melupakan rasa sakitnya, tetapi Luna masih saja bersikap sedingin itu.Deon mau tak mau bergegas ke vila tempat tinggal Luna.Di sana, Deon melihat Luna yang mengenakan pakaian bisnis dan duduk di sofa dengan kaki terlipat. Dia menatap Deon dengan dingin dan bertanya, "Habis dari mana?""Membantu ibuku pindahan," jawab Deon.Mendengar jawaban ini, Luna langsung membatin dengan marah, 'Oh, begitu rupanya!'Aku terjebak di hotel, tapi kamu mengabaikanku dan malah asyik pindahan! Benar dugaanku, pria seperti ini memang nggak bisa diandalkan!'Deon memandang Luna sejenak. Dengan ekspresi tidak yakin, dia bertanya, "Bu Luna, luka-luka di tubuhmu sudah sembuh, 'kan? Apakah masih ada bagian yang sakit?""Tahu dari mana aku terluka?" tanya Luna sambil mengangkat sebelah alisnya.Lalu, dia mencibir dan berkata, "Tampaknya kamu cukup jago menjilat atasan, ya? Deon, kamu sama sekali nggak laki, yang ada malah muna
Kalau dilihat lebih dekat ....Yang digosok bukan kaki Luna, melainkan perut bagian bawahnya.Melihat Deon masuk, Luna langsung panik."Siapa yang menyuruhmu ... masuk?! Keluar! Kalau nggak, aku ... aku akan memukulmu!" ucap Luna sambil terengah-engah dan terus menatap Deon dengan mata waspada. Dia takut kejadian di kantor akan terulang kembali.Deon dengan hati-hati mengamati wajah dia dan berkata, "Aku nggak bermaksud jahat, Bu Luna. Aku masuk karena melihatmu seperti sedang nggak enak badan. Kalau kamu nggak keberatan, bolehkah aku memeriksamu sebentar?"Luna tidak menjawab dan menatap Deon dalam diam.Deon berkata, "Dahimu bercucuran keringat, artinya kondisi fisikmu saat ini sedang nggak bagus. Kalau begini terus, ambulans sekalipun nggak akan sempat menyelamatkanmu."Luna menggertakkan gigi dan berkata, "Ya, sudah! Periksa saja, jangan pakai acara sentuh-sentuhan!"Setelah Luna memberi izin, Deon mulai memeriksa keadaannya.Melihat wajah cantik Luna yang pucat serta tubuhnya yang
"Kenapa?" tanya Deon dan Luna dengan kaget."Karena prinsip kerja kami di sini adalah mendukung rujukan, bukan perceraian. Apalagi kalian baru saja menikah dan begitu serasi satu sama lain. Kalian adalah pasangan yang sempurna."Lalu, petugas itu tersenyum penuh arti dan berkata, "Biasanya, kalian pasti sangat mesra, 'kan? Aku nggak berhak memisahkan pasangan sesempurna kalian!"....Deon dan Luna terdiam.Mesra? Pasangan sempurna? Padahal, mereka baru saling kenal beberapa hari!Luna mengangkat alisnya dan berkata, "Aturan omong kosong apa itu?! Kalau begitu, kami harus menunggu berapa lama lagi sebelum bisa bercerai?"Petugas itu berkata, "Setidaknya satu bulan lagi!"Mereka akhirnya keluar dari Kantor Catatan Sipil.Luna tiba-tiba berkata, "Kalau begitu, kita belum bisa bercerai untuk sementara. Jangan pindah dulu sebelum penyakitku sembuh total. Begitu juga dengan perihal mengundurkan diri."Deon berkata, "Ya, sudah!"Mendengar jawaban Deon, Luna makin marah.Tampaknya, pria ini ti
Deon bertanya dengan penasaran."Kamu akan tahu setelah masuk ke mobil," ucap Suzie sambil mengedipkan sebelah mata dan tersenyum manis."Ini instruksi Bu Luna, jadi kamu nggak berhak menolak!"Deon mengangkat alisnya dan membatin dengan heran, 'Luna meminta Bu Suzie datang menjemputku, padahal kita baru saja beradu mulut? Aneh sekali.'Namun, dia tidak berlama-lama meragukannya karena mengingat Suzie pernah membantunya sebelumnya. Pada akhirnya, Deon tetap masuk ke dalam mobil.Tak disangka, Suzie justru membawanya ke sebuah bar."Bu Suzie, Bu Luna memintamu untuk membawaku ke bar?" tanya Deon dengan terkejut."Hehe, kukira kamu akan langsung tahu begitu masuk ke mobil."Suzie mendorong Deon dengan lembut dan menuntunnya ke tempat duduk, lalu mengibas rambutnya dan berkata."Deon, sebenarnya Bu Luna nggak memberiku instruksi apa pun. Akulah yang ingin membawamu ke sini."Deon berkata dengan bingung, "Bu Suzie, aku kurang paham."Suzie bergumam, "Jangan panggil aku Bu Suzie, kita, 'kan
Wesley langsung marah-marah dan berkata dengan kasar, "Memangnya kamu sehebat itu? Di perusahaan mana kamu bekerja? Berapa penghasilanmu dalam sebulan?""Aku karyawan di departemen penjualan Grup Lixon yang baru-baru ini diangkat menjadi karyawan tetap. Kalau nggak salah, sekarang gajiku naik menjadi 8 juta," jawab Deon.Mendengar jawaban Deon, ekspresi teman-teman Wesley sontak berubah dan mereka bergumam satu sama lain, "Delapan juta?"Apakah telinga mereka keliru?Lingkaran pertemanan mereka terdiri dari pebisnis-pebisnis dengan kekayaan bersih yang melebihi 200 miliar per bulan. Lancang sekali pria dengan gaji 8 juta ini ikut nimbrung di sini?Detik selanjutnya, mereka langsung tertawa terbahak-bahak sambil mengejek Deon."Apa? Delapan juta? Untuk membeli salah satu pakaianku saja nggak cukup!""Harga makanan anjing peliharaanku saja sekitar 150 juta! Bagaimana caranya dia hidup hanya dengan gaji 8 juta?"Wesley dan teman-temannya adalah anak orang kaya yang dapat menghasilkan ratu
Pria itu masih mengejek, tapi telepon dari Ernando, ayahnya sudah masuk.Dia tertegun sejenak, lalu menatap Deon dengan gugup.Tidak mungkin, 'kan?Begitu mengangkat telepon, dirinya langsung dimarahi.Pada saat ini.Sebuah kejadian heboh sedang terjadi di Kota Risan.Setelah tetua konservatif menangkap Brandon, ambisi mereka berkembang pesat. Mereka ingin mengikuti petunjuk dan menggulingkan seluruh tetua radikal.Para tetua dari faksi radikal sudah memberikan kelonggaran terhadap masalah Brandon. Mereka tidak menyangka bahwa faksi konservatif akan begitu serakah. Bagaimana mereka bisa membiarkannya begitu saja.Akibatnya, terjadi konflik sengit antara kedua belah pihak.Bahkan berubah menjadi perang panas.Seluruh Kota Risan ditutup dan berada di bawah darurat militer.Kedua belah pihak saling baku tembak dan asap memenuhi udara.Segera meluas ke seluruh Negara Lordia.Pasukan dari semua pihak sering dimobilisasi dan akan terjadi perang nasional.Pada saat kritis ini.Tetua Agung ter
Negara Siam, terletak di tenggara Negara Lordia adalah negara tetangga Negara Lordia.Ini juga merupakan negara dengan jumlah orang keturunan Negara Lordia.Banyak orang kaya di Negara Siam berimigrasi dari Negara Lordia dalam dua ratus tahun terakhir.Begitu pula dengan orang terkaya di Negara Siam saat ini."Margamu Hussein?"Deon mengangkat alisnya dan bertanya."Kamu pintar juga! Katakan saja berapa harganya!"Pria itu melambaikan tangannya dan mengeluarkan cek tersebut.Raut wajah Deon tiba-tiba menjadi dingin."Dengan aset kecil ayahmu, nggak cukup sama sekali bagiku. Kenapa kamu berpura-pura menjadi sok kaya di depanku! Cepat pergi dari sini!"Deon juga melihat bahwa pria ini hanyalah tukang membual saja.Kalaupun menindas orang lain, pasti hanya akan menggunakan uang. Meskipun keji, pasti tidak akan terlalu keji, jadi tidak repot-repot berdebat dengannya.Pria itu tertegun dan memandang Deon dengan heran."Apa kamu gila? Ayahku adalah orang terkaya di Negara Siam!""Hanya aset
Henni ingin tahu apa yang dilakukan putranya di luar hingga memprovokasi musuh seperti itu.Dia ingin tahu, apakah putranya benar-benar membunuh seratus orang?Dia ingin tahu dari mana asal cara melawan putranya ini.Apakah putranya menjalani kehidupan yang begitu mendebarkan selama beberapa tahun terakhir?"Bu, bicarakan saja di rumah."Deon menjemput Henni dan meninggalkan perusahaan.Dalam perjalanan, Deon dengan lembut menampar kepala Henni.Setelah itu, Henni pingsan.Deon menggunakan metodenya untuk menghapus sebagian ingatan Henni.Setelah sampai di rumah, Henni bangun dengan tenang."Nak! Kenapa kamu pulang tiba-tiba?"Henni sangat terkejut saat melihat Deon."Aku akan melakukan perjalanan jauh, jadi aku pulang untuk menemui Ibu dulu. Kenapa Ibu tertidur di sofa?"Deon berkata sambil tersenyum.Henni duduk dari sofa dan merasakan sakit di punggungnya."Aku sedang berbicara dengan adikmu di telepon, kenapa aku tertidur saat berbicara?"Henni mengerutkan kening dan merasa sedikit
"Ya, memang aku. Kalau nggak ada yang lolos, sekarang seluruh Keluarga Suwandi, kecuali anak-anak dan orang tua, semuanya pasti sudah mati.Deon tersenyum dan berkata.Jika tidak menggunakan cara keras untuk menakutinya, seseorang akan menggunakan metode yang sama untuk menghadapinya.Setelah mendengar ini, Milson tampak sedih dan tatapan matanya dipenuhi dengan rasa takut.Saat ini, ponsel Deon berdering.Telepon dari Briana.Deon mengangkat telepon dan menyalakan speaker ponsel."Bagaimana situasinya? Katakan padaku dan biarkan cucu di depanku ini mendengarkannya.""Ada total seratus tujuh puluh tiga orang di Keluarga Suwandi, termasuk lima puluh dua orang tua dan anak-anak, sisanya seratus orang, semuanya akan dieksekusi!"Kata Briana dengan tegas.Uh!Milson sangat marah hingga mengeluarkan seteguk besar darah."Nggak mungkin! Nggak mungkin! Keluargaku adalah Keluarga Suwandi! Keluarga Suwandi dari Kota Risan!""Bagaimana mungkin!"Milson buru-buru mengeluarkan ponselnya dan segera
"Lepaskan dia!"Jeritan terdengar.Milson melihat ke belakang tanpa sadar, ekspresinya tiba-tiba menjadi suram.Cantik! Cantik sekali!Bahkan lebih cantik dari Suzie!Bagaimana bisa ada wanita cantik di dunia ini?"Melly, kenapa kamu turun?"Mata Suzie melotot dan berteriak dengan panik.Bukankah dia sudah menyuruh mereka untuk tidak turun?"Bu Suzie, kami khawatir denganmu!"Tubuh Melly sedikit gemetar.Meskipun sangat ketakutan, Melly tetap berdiri.Tidak mungkin dia bisa menyaksikan Suzie dilecehkan begitu saja!"Oke, oke, Deon benar-benar beruntung, tapi sekarang, mereka semua milikku. Aku nggak menyangka bisa menikmati berkah seperti ini sebelum meninggalkan Negara Lordia!"Mulut Milson hampir berair.Milson melepaskan Suzie dan berjalan menuju Melly dengan tidak sabar.Melly mundur selangkah demi selangkah, tapi segera terpojok oleh Milson."Haha, gadis cantik!"Milson membuka tangannya dan bergegas menuju Melly.Melly hendak dipeluk erat olehnya.Bummm!Tembok luar perusahaan ru
Saat ini, Deon baru saja turun dari pesawat.Begitu menghidupkan ponselnya, Deon melihat deretan panjang panggilan tak terjawab dari Diana.Deon mengerutkan kening dan panik.Jika bukan karena masalah yang mendesak, Diana tidak akan meneleponnya berkali-kali.Deon hendak menelepon Diana lagi, tapi telepon Diana masuk lagi.Deon buru-buru mengangkatnya. Sebelum sempat bertanya, suara tangisan Diana terdengar,"Kak, Ibu diculik!"Tiba-tiba, raut wajah Deon menjadi suram, niat membunuh di wajahnya muncul dan udara di sekitarnya menjadi terdistorsi."Aku tahu, jangan khawatir, Ibu akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, Deon menutup telepon.Deon menelepon Briana.Briana masih berada di Kota Risan, berbaring malas di tempat tidur."Apa kamu punya informasi intelijen tentang Keluarga Suwandi di Kota Risan?"Deon menggertakkan gigi dan bertanya.Dia tahu betul bahwa Milson pasti bertanggung jawab atas masalah ini.Di Kota Sielo, hampir tidak ada orang yang berani menentangnya, kecuali
Pintu lift terbuka dan Suzie keluar.Mata Milson berbinar dan memandangnya dari atas ke bawah.Meskipun sudah melihat foto Suzie, Milson masih sangat takjub saat melihatnya dengan matanya sendiri."Bu Suzie membuatku menunggu lama sekali!"Milson berjalan menuju Milson dengan membawa senapan di tangan."Apa yang kamu inginkan dariku?"Suzie tidak memiliki ekspresi di wajahnya dan berkata dengan sikap yang dingin.Suzie tahu bahwa menunjukkan ketakutan di hadapan orang-orang yang keji ini hanya akan membuat mereka semakin sombong."Bu Suzie, kenapa kamu nggak menebaknya saja?"Milson mendatangi Suzie, menempelkan moncong senjatanya ke dagunya dan mengangkat wajahnya.Suzie menatapnya tanpa rasa takut."Mau uang? Perusahaan punya cadangan uang tunai 20 miliar. Kamu bisa mengambilnya sekarang. Aku berjanji nggak akan lapor polisi dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa. Yang penting kamu jangan melukai siap pun. Adapun dana rekening perusahaan, dengan sistem jaringan keuangan saat ini, mes
Bummm!Terdengar suara keras dan pintu rumah ditendang hingga terbuka dengan keras!Milson membawa anak buahnya masuk ke rumah Deon!"Apa yang akan kalian lakukan?"Henni terkejut dan berteriak keras."Kami? Tentu saja aku akan mengikatmu!"Milson melangkah tiga langkah sekaligus dan mendatangi Henni.Milson mengambil ponsel dari tangan Henni dan langsung menghancurkannya!"Ikat lalu bawa dia!"Milson pergi dengan cepat.Diana tercengang.Siapa orang-orang itu?Sebelum benar-benar panik, Diana buru-buru menelepon Deon dengan gemetar.Namun, Deon yang sedang terbang dengan pesawat saat ini, ponselnya sedang dimatikan."Apa operasi kalian berjalan baik di sana?"Milson memanggil bawahannya dan bertanya."Empat tembok Perusahaan Windy sudah dipasang dengan bahan peledak berkekuatan tinggi. Setelah diledakkan, seluruh bangunan akan berubah menjadi abu."Bawahan Milson melaporkan."Oke, tunggu sampai aku sampai di sana."Senyuman akhirnya muncul di wajah Milson.Segera, Milson tiba di Perus
Brandon terhuyung, tatapan matanya kosong dan kusam."Bawa pergi!"Perintah pemimpin Komisi Pengawas."Brandon, tetua Istana Negara Lordia, semuanya bawa pergi bersama dengan para saksi dan bukti.""Setelah hari ini, Keluarga Tier nggak akan ada lagi, kamu juga akan bebas."Deon menghela napas lega dan berkata pada Draco sambil tersenyum.Ekspresi kebingungan melintas di wajah Draco.Tiba-tiba dibebaskan, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan untuk sementara waktu."Kenapa? Kamu nggak bisa menemukan tujuan hidupmu?"Deon bertanya dengan nada menggoda.Draco mengangguk dan berkata."Ya, dalam tiga tahun lebih, semua ambisi dan cita-citaku musnah. Aku memang sedikit bingung.""Bagaimana kalau aku mencarikanmu pekerjaan?"Deon berkata dengan santai."Akan lebih baik kalau aku bisa mengikuti Pak Deon!"Mata Draco berbinar dan berkata dengan tergesa-gesa."Aku punya perusahaan farmasi. Kalau kamu mau, posisi kepala R&D akan kuberikan padamu."Deon hanya bercanda, tapi tidak menyangka Draco