Share

Akikah Baby Attar

Penulis: devarisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 23:23:03

Akikah baby Attar siap digelar. Rumah mewah Angga sudah dihias sedemikian rupa. Papan bunga berjejer di sepanjang jalan. Tenda-tenda besar dipasang di halaman luas itu. Ada banyak meja dan makanan terhidang di sana. Ada dua pentas besar yang akan menampilkan group-group zikir di sana. Angga sengaja mengundang orang dayah-dayah besar untuk membaca zikir berzanji di akikah anak ke empatnya.

Undangan disebar luas tanpa batas. Jamal dan Akmal termasuk orang paling berperan di sana. Setiap kali ada akikah keponakan mereka. Kedua kakak beradik itu selalu menjadi coordinator acara yang paling dipercaya.

“Bang semoga Mahra tidak lagi melahirkan ketika kita sudah berusia lima puluhntahun nanti! Nggak sanggup lagi aku Bang menghandle acara sebesar ini!” keluh Akmal saat mereka harus mencari sepuluh ekor sapi.

“Lho abang memang sudah mendekati lima puluh ni!” Jamal membawa mobil sambil cekikikan.

“Ah kita cuma beda tiga tahun lho!” gelak Akmal. Wajah tampan mereka mulai menua perlahan menuju ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Keluarga Kecil

    “Rea belajar yang rajin ya. Papa dan Mama janji akan sering jenguk Rea di sini!” ujar Refans sembari memegang kedua tangan sang putri. Iya, putri. Meskipun tidak secara syariat. Tapi, dia adalah ayah biologisnya Rea. Karena berdasarkan tes DNA . Sembilan puluh Sembilan persen Rea anaknya Refans. Terserah orang menganggap itu anak haram. Seperti halnya Lira. Baginya Rea adalah harta yang paling berharga.“Iya, Pa. Aku janji akan lebih giat lagi belajar!” sahut Rea sambil tersenyum. Refans memeluk putrinya.Kini bergantian dengan Lira yang melakukan hal yang sama. Setelah menikmati hidangan di rumah Angga. Meskipun mereka tidak benar-benar menikmati. Refans dan Lira ingin segera balik ke Bandung.Mereka segera menaiki taksi online. Dan kini Rea berdiri dengan Alika di pintu gerbang menatap taksi yang membawa orang tua Rea lenyap di hadapan mereka.“Dek kamu sekarang enak banget. Sudah tahu pulang kemana?” imbuh Alika perempuan enam belas tahun itu.“Aku tidak menyangka, akan memiliki me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Mencurigakan

    “Mas rasanya cepet banget ya sikembar kita!” seru Mahra sembari mengintip keseruan anak-anaknya di halaman rumah bermain meja.“Iya, sayang. Mereka sudah menginjak remaja!” sahut Angga yang sedang menggendong baby Attar.“Aku kok kek nggak rela ya Mas mereka dewasa!” Mahra masih menatap kea rah anak-anaknya yang begitu seru bermain tenis meja. Tubuh mereka sudah tinggi. Sisi cantik dan tampan sudah terlihat.Angga tersenyum melihat kegelisahan istrinya. “Itulah kenapa kita harus menghabiskan banyak waktu dengan mereka. Agar waktuu dewasa nanti. Mereka akan ingat kita di rumah!” seru Angga.“Iya, Mas. Aku ingin anak-anak tetap pulang membawa keluh kesahnya padaku!” seru Mahra lagi. “Bentar lagi mereka masuk Mtsn Mas!”“Sudah diajarinkan tentang-tentang anunya!” tanya Angga.Mahra mengerutkan keningnya.“Itu lho sayang. Dulu kan pernah bilang akan ajarin si abang tentang bagian-bagian tubuh perempuan!” tambah Angga.“Oh, ya. Sudah Mas. Tahu nggak Mas. Belum sempat aku cerita. Sudah nimb

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Misi Yang Gagal

    “Kamu yakin Mas mau nerror keluarga mereka?” tanya Maria pada Yatma.“Yakinlah, kita bisa menculik anak-anak Angga lalu kita minta uang yang banyak. Dia tidak akan berpikir panjang demi kesalamatan anak-anak mereka!” jelas Yatma.“Tapi, Mas. Kita bisa kerja yang lain untuk cari uang. Resikonya terlalu besar untuk menculik anak-anak Angga!” Maria khawatir. Tentu dia sangat paham bagaimana kekuatan Angga setiap kali bermasalahnya.“Terus kontrakan ini mau bayar pakek apa?” teriak Yatma. “Mengandalkan gajimu jadi juru parkir sampai kiamat takkan cukup!” Padahal selama ini dia hidup dari kerja banting pulang sang istri.Mereka sudah berkelana jauh, menjadi kuli serabutan. Bekerja apa saja demi bertahan hidup. Lebih tepatnya Maria yang bekerja. Sedangkan Yatma hanya di rumah menunggu. Kalau tidak ada uang marah-marah. Padahal dulu Yatma paling takut pada Maria istrinya.Maria sudah sangat lelah dengan keadaan. Sehingga membuat dia kini sadar. Semua yang dirasakan adalah karma. Namun, berbe

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Lira Hamil

    Akhir-akhir ini, Lira sering merasa pusing. Dia ingin tidur sepanjang hari.“Kenapa aku malas banget sekarang ya?” Lira melirik jam bekernya. Sudah pukul sebelas. Sebentar lagi Refans pulang dari penginapan mereka.“Ya ampun aku sudah tidur sejak subuh? Mas Refans pasti nggak sarapan. Dia bergegas bangkit dari tempat tidur. Untuk beranjak ke dapur. Dilihat dapur sudah rapi. Ada roti yang sudah terpanggang di sana. JUga secangkir sereal energen. Tidak biasanya dia tidur setelah subuh. Dia juga melihat rumah sudah rapi.Dengan rasa malas yang menenggelamkannya. Dia coba kumpulkan tenaga. Di potong sayur yang ada dikulkas, digoreng ikan lalu dibuat sambal terasa. Sudah itu saja menunya. Dari pada Refans pulang tidak ada makanan. Hanya setengah jam dia berkutik di dapur. Dia kembali tidur di sofa ruang tamu. Refans juga bingung dengan sikap istrinya. Padahal sebelumnya Lira sangat rapi. Tapi, sekarang kadang rumah tidak begitu terurus. Makanan juga terhidang seadanya. Pagi ini menurutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Rea Diculik

    Rea terkejut saat terbangun, di sisinya sangat gelap. Bahkan dia tidak bisa melihat apapun. Ingin dia berjalan. Tapi kakinya diikat, tangannya diikat ke belakang. “Halo siapapun di sana tolong!Tolonggggggg!” teriak Rea dengan kencang. Dia sangat ketakutan. Namun, dia berusaha teriak sebisa mungkin agar ada yang menolongnya.“Mama tolong Rea!” teriaknya lagi. Dia kembali mengingat. Jam sepuluh malam setelah selesai pengajian dan ingin tidur. Dia ke toilet sendirian, karena tidak tega membangunkan Alika atau teman lain di kamarnya. Saat hendak keluar dari kamar mandi ada seseorang memukulnya dari belakang. Orang itu memakai topeng.“Jangan-jangan aku diculik orang jahat?” dia membatin. “Aku harus lolos dari sini!”Tiba-tiba terdengar langkah mendekatinya. Pintu di muka, lalu menerangi ruangan yang cukup sempit itu. Laki-laki itu sudah tua. Tapi, wajahnya sangar.“Tolong lepasin saya Kek!” rengek Rea.“Heh diam kau. Kau pikir mudah buat culik kamu!” teriaknya kesal. Dia menghidupkan pon

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Cemburu

    “Ma kakek itu cabul! Dia menunjukkan p3n1snya padaku! Aku takut Ma!” cerita Rea sambil menangis ketakutan. Tangannya bergetar. Gadis kecil-kecil itu sangat ketakutan, shock.“Rea nggak diapa-apakan? Dia nyentuh Rea nggak? ” tanya Lira dengan raut panic. Takut anaknya diapa-apakan oleh laki-laki tua itu.“Dia Cuma mencengkram rahangku Ma. Tangannya kasar dia menyuruh Rea diam!” jelas Rea dengan sesenggukan.“Sayang, jelasin ke Papa kalau dia benar-benar nggak lecehin kamu Nak!” tanya Refans yang sangat takut anaknya dilecehkan.“Kakek itu marah ketika Rea panggil dia Kakek. Lalu mencengkram rahangku dengan sangat kuat, Pa!” ujarnya lagi. “Dia menunjukkan p3nisnya aku mau muntah!”Lira memeluk anaknya. Lalu ikut menangis. Kenapa laki-laki yang berouluh tahun dia anggap ayah. Namun, hari ini dia membuat anaknya ketakutan.Refans mengenggam tangannya. “Aku akan memecahkan kepalanya!”Mahra dan beberapa ustazah masih di sana. Mereka merasa sangat kasihan terhadap Rea. Gadis itu tentu saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Cemburu

    “Anak-anak udah pergi kan?” tanya Angga begitu keluar dari kamar mandi. Dia hanya membersihkan wajah di sana. Memperbaiki bajunya yang sudah acak-acak. Memang agak panas, adegan mereka walau hanya beberapa saa.“Udah Mas. Astaghfirullah kita hampir kecolongan sama anak-anak!” Mahra sejenak berhenti dari memakai riasan tipisnya lagi. Lipstiknya memang hilang total. Meskipun seorang istri konglomerat. Mahra selalu memakai liptik murah agar mudah dihapus waktu wudu.“Mas kok seperti belum siap anak-anak mergokin kita!” sahut Angga membenarkan celananya. “Pada tadi mau satu ronde aja!”“Sepertinya kita harus lebih berhati-hati lagi! Siang bukan waktu yang tepat untuk bercinta!” Mahra mengambil tas kecilnya. “Apalagi anak-anak kita sekritis itu Mas!”“Siap Nyonya Angga!” laki-laki anak empat itu menabik Mahra seperti Pembina upacara. “Tapi, kalau Mas nggak bisa nahan kalau kamu secantik ini!” tiba-tiba dia kembali mendekati istrinya. Cup. Sebuah kecupan mendarat di bibir Mahra. Bibir san

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Memaafkan

    Mereka masih duduk di taman sambil melihat Alifa dan Alesya bermain kejar-kejaran. Sesekali mereka mencari semut yang bersembunyi di balik rumput.“Jadi kalian sekarang netap dimana?” tanya Angga, Entah kenapa, hatinya kini begitu ringan. Saat dia memulai membuka diri menjelma menjadi hangat pada Refans.“Iya, kami netap di Bandung. Aku baru mulai buka penginapan yang sudah terbengkalai! Lira juga bisa mudah ngontrol kosannya!” jelas Refans. Dia sangat senang, ternyata Angga memang bukan tipe pendendam sama seperti Mahra.“Jadi kamu Fans memang nggak balik lagi ke Swiss?” tanya Angga lagi.Refans menggeleng. “Begitu dapat kabar dari Renald kalau Mama dan Kak Lala keluar penjara dan Mama mengalami sakit keras. Aku langsung mengundurkan diri dari sana. Dan juga aku merasa sudah saatnya merawat Mama dan memulai hidup baru. Tabunganku juga sudah cukup untuk memulai sesuatu di negeri ini lagi!” ujar sambil tersenyum. Dia memang sangat bahagia dengan kehidupan sekarang.“Hemmmm syukurlah. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pensiun Dini

    Lima tahun kemudian.Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Kini anak-anak sudah tumbuh menuju dewasa. Si kembar sudah SMA menjelang tamat. Rasa-rasanya, Angga ingin segera pensiun dari pekerjaannya. Dia sudah mempercayai beberapa kerabat dekat untuk mengelola perusahaannya.“Sayang, rasanya aku di rumahnya. Pensiun lebih cepat!” ucap Angga pagi itu setelah anak-anak semua pergi sekolah. Mahra selama tidak memiliki bayi. Sudah kembali aktif menulis.“Terserah Mas! Mahra senang aja kalau Mas di rumah! Apalagi Mas sudah bekerja sejak muda. Pensiun dini lebih baik sebagai bonus kerja keras selama ini!” Mahra menghentikan pekerjaannya. Lalu duduk di sampingnya.“Kamu masih tetap cantik!” Angga menatap sang istri lebih lekat.“Mahra sudah tua, Mas! Sudah ada satu dua uban!” ujarnya tersipu.“Tapi, masih tetap cantik!” Angga menggamit tangan sang istri.“Mas juga masih gagah, orang tidak akan percaya Mas sudah menuju kepala lima!” Mahra membalas tatapan sang suami.“Karena Mas masih gant

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ustazah Alika

    “Total belanjaan Kakak seratus dua puluh ribu!” ucap Kasir.Alika merongong tasnya. Capek dia cari-cari dompet. “Duh kemana sih domper?” keluh Alika.“Kak?” panggil kasir. “Antriannya panjang sekali.”Dia baru sadar ada sepuluh orang sedang mengatri di belakang.“Aduh maaf bang, dompet saya tinggal! Saya transfer aja boleh?” tanya Mahrasambil menahan malu.“Tidak bisa kak, rekening toko lagi bersamalah!” ujar kasir.“Tapi, gimana bang saya nggak bawa dompet!” Alika sudah hampir menangis.Tiba-tiba seseorang meletakkan dua lembar pecahan dua ratus di sana. “Ini sekalian untuk bayaran ustazah ini!” ujar laki-laki itu dengan tenang. Sembari menunjukkan sebotol air mineral dan bisquit.“Oke!” kasir lamgsung mengerjakan tugasnya.Alika masih di sana terpaku. Mengingat sejenak sepertinya pernah jumpa. Tapi dimana? laki-laki dengan penampilan kasual nampak santai dengan celana training, baju kaos jersey dan sepatu olahraga.“Terima kasih Pak!” seru Alika cepat-cepat.“Sma-sama Ustazah!” lak

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Potongan Karya Alika

    Bab 1Mengenal Makhluk HidupAlika merupakan siswa kelas III SD. Alika tinggal bersama Ayah dan Ibunya dan adiknya Affa. Affa masih berumur tiga tahun. Alika sangat menyayangi adik Affa.Setiap hari Alika ke sekolah dengan berjalan kaki dengan Dini dan Andi. Mereka tinggal di satu komplek Perumahan Hijau. Dini, Andi dan Alika berteman baik sejak kelas I.“Hari ini kita belajar apa?” tanya Andi sambil mengayun langkah.“Kita akan belajar tentang makhluk hidup,” sahut Alika.“Makhluk hidup itu seperti kita ini, Ka?’’ tanya Dini.“Iya, makhluk hidup seperti kita ini manusia, hewan dan tumbuhan,” jelas Alika sambil menunjuk ke arah pohon yang memayungi jalan yang mereka lewati.“Apa saja ciri-ciri makhluk hidup, Ka?” tanya Andi lagi.“Memerlukan makan dan minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak,” sahut Alika lagi.“Pintar sekali kamu, Ka. Tahu dari mana?” tanya Dini.“Aku baca buku, Dini. Ayah dan Ibuku selalu menghadiahkan aku buku dan mengajakku ke perpustakaan,” jawab Alika.“Nanti

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pengalaman Baru

    Danil sangat kikuk duduk diantara orang-orang yayasan. Dimana penampilannya sangat mencolok. Semua laki-laki di sana menggunakan peci, serta baju koko yang cukup sopan. Belum lagi yang perempuan, membuat dia menjerit seakan sedang terjebak ke dalam tempat yang sangat sulit dia dambakan.Sebelum rapat dimulai. Angga sengaja meminta Danil duduk di sampingnya.“Maaf sebelumnya, Ustaz Ustazah semua. Perkenalkan ini Danil tangan kanan saya di perusahaan. Hari ini kebtulan saya ajak ke sini, untuk mengenal dunia pendidikan lebih jauh!” jelas Angga. Membuat semua orang memperhatikan Danil dengan seksama. Laki-laki dengan postur tubuh proposional. Hitung mancung, alis tebal dan sekilas terlihat berkarisma. Buru-buru ustazah di sana menundukkan pandang. Karena spek laki-laki di depan mereka sangat memukau, bagai artis.Danil agak terkejut dengan penuturan bosnya. Apa ini cara bosnya mengenalkan dia pada ustazah di sana. Rapat berlangsung. Beberapa ustazah menyampaikan laporan mereka. Ada juga

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Aku Percaya

    Angga pulang hampir larut. Tidak biasanya dia seperti itu. Namun, beberapa pekerjaan menjelang akhir tahun ini membuat semuanya sibuk. Apalagi dia baru memecat sekretarisnya.“Danil, tolong carikan sekretaris baru untukku! Ingat laki-laki ya!” perintahnya.“Baik, Bos. Akan segera saya dapatkan!” sahut Danil. Danil merupakan kaki tangan ANgga. Namun, dia punya jabatan yang besar di perusahaan itu.“Maafkan saya terkait Sela Bos. Saya menyesal terhadap kejadian yang menimpa Bos!” tambah Danil. Angga sedang bersiap hendak pulang.“Its Oke. Jadi kita lebih waspada ke depan!” sahut Angga. Sekali lagi dia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan jam 12 dini hari. Sudah lama dia tidak lembur selama ini.“Baik, Bos.” Danil menunggu Bosnya keluar dari ruangan.Lalu mereka berjalan beriringan untuk ke parkiran.“Danil, kalau nanti kamu bekerluarga usahakan, melindungi dan menjaga pernikahanmu. Banyak sekali wanita jalangyang mengincar kalau kita punya pekerjaan dan penghasilan y

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Penjaga Mama

    Sela keluar dari gedung pencakar langit itu dengan berat hati. Mau gimana lagi, dia benar-benar dipecat secara tidak terhormat. Bahkan bodyguard menyeretnya dengan kasar.“Saya ingin mengambil barang-barang saya dulu!” pintanya memelas karena ada beberapa barang berharganya di sana.“Ingat hanya lima menit kamu sudah keluar dari gedung ini!” tegas bodyguard tersebut. Sela berjalan cepat menuju lift lalu ke ruangannya tepat di samping ruangan Angga, sang CEO.Saat menenteng sebuah kardus keluar dari sana. Dia berpapasan dengan kedua temannya Ani dan Dini. Bukan rasa kasihan yang ditunjukkan malah diejek habis-habisan.“Aduh Sela- sela baru setengah jam lalu, kita bilang apa. Kamu mimpi ketinggian. Kasian sekali. Padahal cita-citanya mau jadi simpanan bos!” ledek Dini.“Memang kamu itu terlalu kepedean tahu. Kamu bisa tuh, incarin om sana, tapi tidak dengan Bos Angga. Dia itu spek setia. Kamu belum lihat istrinya secantik dan sekeren apa. Dibandingkan kamu bukan apa-apa Sel!” tambah Ani

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perihal Sekretaris

    Angga berjanji akan segera memecat Sela pada kedua anaknya. Mereka akan melihat langsung proses itu. Begitu pulang sekolah, Angga menjemput sendiri kedua anak kembarnya itu yang kini sudah masuk sekolah Madrasah Tsanawiyah. Masih dengan baju sekolah mereka diboyong ke kantornya. Memang sejak pagi Sela merasa aneh, bahkan bosnya itu tidak menyapanya sama sekali. Pekerjaan pun tidak ada yang diansurkan padanya. Justru staf lain yang hilir mudik mengantar sendiri.“Kenapa sih Bos?” gumamnya.“Bos mau dibuatkan kopi?” tanya Sela dengan lancang masuk ke ruangnya.“Saya tidak minum kopi, kamu tahu itu kan?!” Angga terus sibuk memperhatikan berkas di depannya tanpa menoleh.“Maaf Bos, yang lain barang kali?” tanya Sela lagi.“Tidak perlu!” jawab Angga puntung.“Untuk makan siang bagaimana Bos?” perempuan itu mendekati meja kerja bosnya. Hari ini dia sengaja memakai kemeja yang agak ketat, dengan hijab dililit ke belakang. Menurutnya cukup membakar gairah seorang laki-laki. Sejak masuk ke san

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perkara Mimpi

    “Ma semalam Kakak mimpi buruk lagi!” seru Alifa setelah duduk di samping ibunya yang sedang memakai wangi-wangian pada anak bungsunya.Mahra menoleh, ini bukan kali pertama Alifa mimpi buruk. Tiga hari yang lalu putri kembarnya itu juga bermimpi buru. Dia bermimpi dililit ular sampai napasnya tersenggal-senggal. Itu dapat dia lihat langsung saat dia memeriksa kamar anaknya. Tiga hari sebelumnya lagi juga demikian. Itu pertama kali si kakak mimpi dikejar harimau besar.“Malam ini mimpi apa kak?” tanya Mahra dengan tenang. Dia bisa melihat putrinya seperti ketakutan.“Mimpi Papa nikah lagi, dan istri baru papa jahat!” Alifa berujar dengan penuh penyesalan.Mahra membeliakkan matanya. Dia memang sempat mencari internet perihal tafsir mimpi. Namun, dia ragu apakah anak remaja seusia alifa mimpinya bisa memiliki makna?“Apa-apa?” Angga yang hanya mendengar ujungnya saja tentu shock bukan main. Mata elangnya menatap sang ayah dengan ganas.“Kenapa Kakak lihat Papa begitu?” tanya Angga. Dia

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebiasaan Lama

    Sudah dua jam, Mahra duduk di depan laptop. Menulis sebuah artikel. Selama beberapa tahun terakhir, dia membangun sebuah blogger parenting. Cukup berpenghasilan dan maju. Mahra sudah lama tidak menulis buku, karena anak-anaknya masih balita. Dia tidak ingin anak-anaknya kekurangan kasih sayangnya. Membangun blogger tidak begitu sulit dan menguras waktunya. Setidaknya dia masih menulis setiap 3 atau 2 kali seminggu.Dia menyisihkan sedikit waktu ketika putranya tidur atau bermain dengan orang lain. Seperti malam ini karena putra bungsunya sedang asyik bermain dengan Angga. Angga nampak piawai bermain dengan si bungsu yang baru bisa berdiri, bahkan sesekali sudah bisa mengangkat langkah dengan gemetar. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang belajar mengaji di mushalla rumahnya. Angga sengaja memanggil orang ke rumah. Ketiga anak itu punya guru yang berbeda. Berdasarkan tingkatan mereka belajar.Si kembar sudah belajar kitab kuning dan fasahah alquran. Sedangkan Alesya masih di iqra’. Sese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status