Share

66. Pilihan Berat

Penulis: Wahyuni SST
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-10 10:11:49

Perasaan Dila seketika berubah, yang tadi sepenuhnya diliputi bahagia kini berganti cemas. Dia menutup telpon.

"Kenapa, Ma?"

Hamid bertanya juga dengan perasaan khawatir.

"Safia sedang menemani Papa di rumah sakit."

"Rumah sakit, Papa kenapa, Ma?"

"Mama belum tahu, Nak."

Mereka terdiam sejenak.

"Yaudah gini aja, Papa biarkan sama Safia. Nanti setelah semua tamu undangan meninggalkan rumah ini, kita sama-sama ke rumah sakit ya."

Dila memberi solusi.

"Jangan Ma, Mama ke rumah sakit aja nemani Safia. Kalau Papa parah, pastinya dia ketakutan. Di sini biar aku sepenuhnya yang handle."

Dila menghela napas berat, situasi ini benar-benar tidak dia kehendaki. Tapi inilah yang dinamakan takdir, ia harus ikhlas dan mencoba melakukan yang terbaik.

Hamid benar, di sana Safia pasti ketakutan. Terdengar dari suaranya di telpon yang bergetar. Dila tidak mungkin membiarkan anak gadis itu berjuang seorang diri. Meski tidak untuk melakukan apapun, tapi setidaknya bisa mendampingi buah hati tercinta.

*

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Windi Sumarni
udah rujuk Kaja kalian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   67. Akhir Kisah (TAMAT)

    "Semua salah Papa, Kak. Papa yang sudah membuat keluarga kita hancur."Wisnu berucap dengan suara bergetar dan dua matanya yang basah. Hal itu membuat Safia ikut menangis. Terenyuh dengan keadaan, Dila mendekati sang anak dan memeluknya."Sudah jangan menangis, Nak."Ia mengusap kepala sang anak yang berbalut hijab."Benarkah tidak ada kesempatan kedua untuk Papa, Ma?"Dila menghela napas dalam, wajahnya menatap Wisnu sejenak."Mama sudah pernah mengatakan hal ini, Kak. Kesempatan kedua selalu ada, tapi masalahnya saat ini Mama adalah seorang janda dari lelaki lain. Perasaan Mama sudah berbeda, ada cinta yang berusaha ingin Mama jaga untuk almarhum Abi Farhan. Tapi seandainya saat ini Mama tidak pernah dipertemukan Allah dalam sebuah mahligai yang suci bersama Abi, mungkin Mama akan menerima untuk kembali bersama Papa."Dia memberi jeda pada ucapannya."Mas Wisnu, apa Mas ridha dengan keputusan saya ini?"Wisnu menatap Dila lalu berpindah pada sang anak, detik berikutnya dia mengangg

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   1. Mobil Yang Sama

    "Alhamdulillah, Sah."Sebuah caption yang ditulis Dita, teman akrabku semasa SMA di status IG disertai foto pernikahannya. Aku biasa melihat wajah pengantin wanita ditutupi stiker karena tak ingin wajahnya terlihat di media sosial, tapi di foto Dita justru wajah pengantin lelaki yang ditutupi stiker.Ah, jadi penasaran seperti apa wajah lelaki yang berhasil merebut hati Dita, janda beranak satu, cantik dan kaya raya. Saking penasarannya, dengan cepat aku menekan nomor Dita untuk klarifikasi.Tut ...Alhamdulillah, langsung diangkat.[Hallo, Dit. Alhamdulillah, selamat ya Dit atas pernikahanmu, aku ikut senang. Semoga SAMAWA ya.][Makasih Dil atas doanya.][Ohya Dit, aku kok nggak diundang sih? Mentang-mentang jauh, jadi dilupain?] sindirku padanya. [Maaf Dil, bukannya lupa, tapi emang acaranya dibuat kecil-kecilan][Kok kecil-kecilan, kamu 'kan biasanya suka yang mewah-mewah?][Iya, ini emang permintaan suamiku. Dia orangnya sederhana banget, jadi nggak suka yang mewah-mewahlah.][W

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   2. Pengakuan Supir Pribadi Dita

    Jantung sudah berdenyut hebat, sedang napas terasa tercekat di tenggorokan. Apa yang harus kulakukan jika benar yang dikatakan Dita bahwa lelaki beristri yang sudah menikahinya adalah Mas Wisnu, suamiku? Ah, aku tidak boleh berprasangka buruk. Lebih baik aku mengulik lebih dalam dari sahabatku itu. Dengan perasaan tak karuan, aku melihat Dita mengambil ponsel dan menelpon suaminya.[Mas, kok putar balik?][...][Oh gitu, yaudah Mas hati-hati, ya.][....][Lo kok bisa? Kita 'kan baru nikah, Mas?][....][Makanya aku bilang, Mas berhenti aja. Ikut jualan sama aku ngurus toko peninggalan suami aku beres. Daripada gini, diperintah terus sama orang lain 'kan?][....]Aku melihat Dita tersipu malu. Lalu dia mengangguk dan menutup telpon. Wajahnya kini tertuju padaku."Suamiku nggak jadi pulang, katanya boss minta diantar lagi. Yah, begitulah kalau kerja jadi bawahan orang lain, Dil. Udah lama aku minta dia berhenti kerja, lalu kerja sama aku aja ngurusi semua toko-toko peninggalan suamiku

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   3. Mari Kita Berpisah, Mas

    Sesampai di mess, denyut jantung sudah berdegup tak karuan. Tidak bisa kukatakan lagi bagaimana berkecemuknya jiwa, hati yang ingin menjerit sekencang-kencangnya. Meski beberapa kali menarik dan membuang napas panjang, tapi perasaan masih saja seperti badai. Bergejolak kesana kemari.Dengan gemetar, kugerakkan tangan untuk menelpon Mas Wisnu. Degup di dada semakin berpacu.Ya Allah, tolong tenangkan lah jiwa ini.Panggilan masukTut .[Hallo Ma]Aku menggigit bibir yang bergetar tiba-tiba, pita suara ini bahkan tak bisa mengeluarkan suara. Ingin rasanya menangis dan meraung-raung, tapi tidak bisa.[Hallo, Mama ...][Iya, Pa][Mama nggak papa 'kan?][Nggak Pa. Papa dimana sekarang?][Papa masih dijalan, Mama udah pulang?][Udah. Kapan Papa pulang?]Aku mencoba sekuat tenaga untuk tidak memangis, meski sejujurnya hati menjerit.[Papa baru bisa pulang nanti malam, Ma. Ini masih ada kegiatan sama boss]Alasannya sama, di sana dia membuat pengakuan boss minta jemput. Padahal kedapatan ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   4. Pertengkaran Hebat

    "Jangan terus menyebut pisah, Ma. Kita tidak boleh berpisah, jika memang Mama tidak setuju ...." Mas Wisnu menarik napas panjang. "Papa akan melepas Dita. Yang penting kita tetap bersama, kasihan anak-anak Ma jika pada akhirnya tahu kedua orang tua mereka justru bercerai." Suara Mas Wisnu terdengar berat, aku tak menjawab karena satu kata lagi saja keluar dari mulut ini, maka tangisku akan pecah. Kubekap kembali mulut sekuat tenaga. Dia tak lagi berbicara. Hingga waktu yang lama, kami terus terbalut dalam kebisuan tentunya dengan dua kegundahan yang berbeda. Jam terus bergulir, kini mata terasa lelah untuk terbuka dan ingin sekali kupejamkan walau sejenak. Namun, dering ponsel membuat kedua netraku kembali terbelalak. Siapa yang sudah menelpon, apa Dita? Mengingat nama sahabatku itu, rasanya amarah menyerbu kewarasan. Teganya dia menjadi yang ketiga diantara aku dan Mas Wisnu. Benarkah dia tidak tahu sama sekali jika yang menikahinya adalah suamiku? Kutarik napas berat lalu memb

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   5. Kesaksian Dita

    "Ijinkan aku bicara sebentar saja Mas dengan Dila.""Kumohon jangan sekarang, Dit.""Kenapa, Mas? Aku mau menjelaskan semuanya. Tentang kita yang sudah tidak bisa terpisahkan lagi. Tolong, Mas."Aku mendengar semuanya. Jadi ini maunya? Baik, aku akan memberi apa yang dia mau, tapi sebelumnya, biar kuajarlan bagaimana sakitnya menginginkan sesuatu dengan cara yang tidak baik."Siapa, Mas?"Aku pura-pura tidak tahu. Lalu berjalan hingga mendekati mereka berdua. Barulah kupasang wajah marah."Dila, aku minta maaf sama kamu. Sungguh aku tidak tahu jika Mas Wisnu adalah suamimu."Aku menatapnya tenang, meski hati sekuat tenaga ingin mengamuk."Sekarang kamu 'kan sudah tahu semuanya, maka mundurlah. Aku sebagai istri pertama merasa tersakiti dengan pernikahan kalian yang terjadi tanpa sepengetahuanku. Coba kau ada di posisiku, Dit. Suami yang kau cintai ternyata tega menikah diam-diam dengan wanita lain yang ternyata adalah sahabatmu sendiri. Bagaimana perasaanmu, Dit?"Dia terdiam. "Terus

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   6. Melepasnya Dengan Berat Hati

    "Kenapa? Papa takut 'kan karena sudah menikah tanpa sepengetahuan Mama?""Papa benar-benar minta maaf, Ma.""Tidak cukup dengan kata maaf saja, Pa. Mama mau Ibu tahu persoalan ini. Beliau yang lebih paham secara agama tentu punya pandangan yang lebih baik. Apakah benar caramu meminta Mama bersedia menerima poligami atau sebaliknya."Mas Wisnu tak dapat lagi menjawab, wajahnya menunduk lemah."Hari ini juga Mama mau pulang. Papa ikut atau mau bersenang-senang lagi dengan istri muda di pulau ini?""Tolong jangan bicara seperti itu, Ma."Aku membuang wajah, sedang Mas Wisnu tampak menghela napas berat, seolah merasa pilihan yang kuberi sangat berat untuk dia jalani. Menyadari hal demikian, tanpa menunggu aku segera meraih ponsel untuk mengecek tiket seorang diri."Papa ikut sama Mama, biar Papa yang pesan tiketnya."Dia menghentikan tanganku lalu mengeluarkan ponsel untuk mengecek tiket pesawat. Beberapa kali ia menekan tombol pada layar ponsel hingga akhirnya mengatakan,"Selesai. Kebe

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   7. Tangis Lara Wisnu

    [Handphone Wisnu dari tadi sore sudah dihubungi, tapi tidak bisa terhubung, Dila. Apa kamu punya nomornya yang lain?][Nggak, Ma. Seharian ini aku juga belum menghubunginya.][Atau coba telpon ke perusahaannya aja, Dil. Siapa tahu mereka bisa menyampaikan kabar duka ini pada suamimu. Kasihan Wisnu Dil, jika sampai besok pagi dia tidak pulang, kemungkinan besar jenazah langsung dikebumikan, walau nantinya Wisnu pasti akan kecewa karena tak dapat melihat sang Ibu untuk terakhir kali.][Iya, Ma. Biar Dila coba nelpon.]Hati teriris, tapi aku mencoba tegar. Dengan perasaan tak karuan akhirnya aku menelpon Mas Wisnu. Siapa tahu sudah aktif.Jurusan yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan.Ternyata benar kata Mama, nomornya tidak aktif. Dasar lelaki, mau lanjut drama apa lagi Mas Wisnu bersama Dita?Ya Allah, hati ini seperti teremas-remas dengan kuat. Bayangan bahwa semua yang dikatakan Mas Wisnu kemarin adalah bohong kini memenuhi kalbu. Apa jangan-jangan, dia sengaja mengatakan jik

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04

Bab terbaru

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   67. Akhir Kisah (TAMAT)

    "Semua salah Papa, Kak. Papa yang sudah membuat keluarga kita hancur."Wisnu berucap dengan suara bergetar dan dua matanya yang basah. Hal itu membuat Safia ikut menangis. Terenyuh dengan keadaan, Dila mendekati sang anak dan memeluknya."Sudah jangan menangis, Nak."Ia mengusap kepala sang anak yang berbalut hijab."Benarkah tidak ada kesempatan kedua untuk Papa, Ma?"Dila menghela napas dalam, wajahnya menatap Wisnu sejenak."Mama sudah pernah mengatakan hal ini, Kak. Kesempatan kedua selalu ada, tapi masalahnya saat ini Mama adalah seorang janda dari lelaki lain. Perasaan Mama sudah berbeda, ada cinta yang berusaha ingin Mama jaga untuk almarhum Abi Farhan. Tapi seandainya saat ini Mama tidak pernah dipertemukan Allah dalam sebuah mahligai yang suci bersama Abi, mungkin Mama akan menerima untuk kembali bersama Papa."Dia memberi jeda pada ucapannya."Mas Wisnu, apa Mas ridha dengan keputusan saya ini?"Wisnu menatap Dila lalu berpindah pada sang anak, detik berikutnya dia mengangg

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   66. Pilihan Berat

    Perasaan Dila seketika berubah, yang tadi sepenuhnya diliputi bahagia kini berganti cemas. Dia menutup telpon."Kenapa, Ma?"Hamid bertanya juga dengan perasaan khawatir."Safia sedang menemani Papa di rumah sakit.""Rumah sakit, Papa kenapa, Ma?""Mama belum tahu, Nak."Mereka terdiam sejenak."Yaudah gini aja, Papa biarkan sama Safia. Nanti setelah semua tamu undangan meninggalkan rumah ini, kita sama-sama ke rumah sakit ya."Dila memberi solusi."Jangan Ma, Mama ke rumah sakit aja nemani Safia. Kalau Papa parah, pastinya dia ketakutan. Di sini biar aku sepenuhnya yang handle."Dila menghela napas berat, situasi ini benar-benar tidak dia kehendaki. Tapi inilah yang dinamakan takdir, ia harus ikhlas dan mencoba melakukan yang terbaik. Hamid benar, di sana Safia pasti ketakutan. Terdengar dari suaranya di telpon yang bergetar. Dila tidak mungkin membiarkan anak gadis itu berjuang seorang diri. Meski tidak untuk melakukan apapun, tapi setidaknya bisa mendampingi buah hati tercinta.*

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   65. Berdamai Dengan Takdir

    Detik berikutnya ia menghela napas berat."Menikah bukan perkara mudah Kak, umur Mama sekarang sudah lima puluh tahun. Sudah tidak cocok lagi untuk menikah.""Kenapa Ma, bahagia 'kan tidak perlu memikirkan orang lain. Jika kita bahagia, umur tujuh puluh tahun pun boleh menikah.""Iya Sayang, tapi permasalahannya nggak semudah yang Kakak pikir. Mama bahkan masih merasa Abi membersamai Mama hingga detik ini. Jadi Mama tidak bisa menikah kembali dengan Papa. Mama mohon Kakak sama anak Mama yang lain bisa mengerti ya, Nak."Safia menatap wajah sang ibu dengan tatap kekecewaan, tapi diusia yang kini sudah menginjak 21 tahun, dia tentu memahami perasaan sang ibu. Ya, mungkin cinta Mama ke Abi masih terlalu besar, hingga tak mampu jika harus kembali pada papa. Ia kembali melipat rapat keinginan melihat Mama-Papanya bisa tersenyum bersama dalam satu rumah.*Dila berbaring di atas ranjang, pandangannya lurus menatap langit-langit kamar yang hanya bersinarkan cahaya remang lampu tidur. Permin

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   64. Permintaan Anak-Anak

    Mereka duduk di teras villa milik Wisnu, sejenak hening. Keduanya benar-benar diliputi kecanggungan."Mas mau bicara apa?" tanya Dila terlihat begitu tenang. Sedang di tempatnya, Wisnu merasa teramat berdebar. Seakan kembali ke jaman dahulu saat hendak meminta sang wanita menjadi istri, kini perasaan itu kembali membersamai."Apa kabar?"Bingung mau menanyakan apa, akhirnya Wisnu berbasa basi menanyakan kabar.Dila justru tersenyum. "Mas 'kan hampir setiap minggu ketemu saya. Apa Mas menemukan saya dalam keadaan tidak baik?"Mereka saling memandang, detik berikutnya sama-sama tertawa kecil. Alhamdulillah, setidaknya ini awal yang baik setelah tadi sempat memanas. Hati Wisnu berkata."Maksud Mas bukan kabar yang itu?""Jadi kabar apa lagi?"Wisnu memaksakan diri untuk tersenyum. Sepertinya dengan bertambah umur, kosakata jadi berkurang? Lelaki itu menarik napas dalam."Maksud Mas kabar hati kamu. Yah, setelah Farhan tiada?""Beginilah Mas, sepi. Sebab dia adalah lelaki yang bisa memb

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   63. Cinta Untuk Dila

    "Kamarmya luas banget ya, Ma. Duh, sepi kalau cuma kita berdua. Coba aja ada Adek, Faro sama Papa.""Kak."Dila tampak tak senang dengan perandaian sang anak anak. Membuat Safia tersenyum mengatup mulut, merasa salah berucap yang pada akhirnya membuat mamanya tak suka. Gadis itu memilih mengganti topik pembicaraan."Gimana kalau kita ke kolam renang, Ma?"Dila menghela napas dalam."Yaudah, yuk."Dila mencoba menghubungi Fatma dan mengajak ke kolam renang, tapi wanita itu menolak secara halus karena anak-anak sama ayahnya lagi ada kegiatan di kamar. Mereka berencana menyusul sekitar satu jam kemudian.Safia tampak menerima telpon.[Iya Mas, lagi dimana?][...][Hah? Di sini juga. Sama siapa?][....][Oh gitu, jadi ramai-ramai sama teman?][...][Sama keluarga.][....][Ketemuan?]Safia menatap sang Mama.[Lain kali aja deh, lagi family time soalnya.][...][Sorry yah.][...]Safia menutup telpon dengan perasaa tidak enak. Selama ini memang sang Mama kerap mengingatkan untuk tidak terl

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   62. Setelah Tujuh Tahun Berlalu

    Tujuh tahun, rasanya masih kurang waktuku mendampinginya. Mas Farhan, lelaki yang selama ini menemani dengan penuh kasih dan cinta akhirnya menutup mata diusia ke lima puluh lima tahun.Sedih? Ya. Jiwaku seperti kembali menemukan kehampaan. Selama pernikahan kami, dia memberi apa yang kubutuhkan. Tak ada satu hal pun yang membuatnya bisa menaruh amarah padaku, dia terlalu baik dan bahkan bagiku jelmaan bidadara.Bersamanya, hanya ada Ammar yang kini berusia enam tahun dua bulan. Meskipun baru duduk di kelas satu SD, tapi dia sangat paham akan kehilangan yang kami semua rasakan. Dua hari terlewati, putraku tersebut masih berteman dengan kebisuan.Ya, bagaimanapun selama ini dia begitu dekat dengan Abinya. Perpisahan ini tentu meninggalkan goresan dalam sanubari. Aku mencoba menghibur, tapi dia justru memintaku untuk membiarkannya sendiri.Ya Allah ...Semoga keadaan segera membaik. Juga hati ini, semoga segera menemukan kembali ketenangan dan keceriaan. Karena bagaimanapun, bahagia an

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   61. Penolakan Wisnu

    "Assalamualaikum Pak Wisnu, saya boleh menumpang di mobil Bapak tidak? Kebetulan mobil saya mogok. Dan sore ini saya harus sudah punya sebuah hadiah yang akan saya berikan untuk Uminya anak-anak. Kebetulan hari ini adalah hari milad beliau.""Tentu boleh Ustadz. Mari masuk.""Ini entah sejalan atau tidak, tapi saya minta diantar sampai ke toko sepatu saja Pak Wisnu."Wisnu terhenyak saat mendapati Ustadz Syafiq memintanya mengantar ke toko sepatu. Mimpi beberapa malam lalu kembali terlintas. Ah, tapi ia abaikan ingatan itu. Menurutnya mimpi hanya bunga tidur, tidak usah terlalu dipercaya.Lelaki itu kembali menjalankan mobil, sampai di depan sebuah toko sepatu Ustadz Syafiq turun dan berterima kasih telah memberi tumpangan."Ustadz yakin saya tidak perlu menunggu?""In Syaa Allah Pak, nanti saya naik taksi saja. Terima kasih sekali sudah mau mengantar sampai di sini.""Sama-sama Ustadz, yasudah saya pamit duluan ya."Wisnu kembali menjalankan mobilnya tapi seketika terhenti saat melih

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   60. Jodoh Wisnu

    Hamid telah selesai menjalani bakti di PMDG Ponorogo. Setelah melalui serangkaian acara pelepasan dari ponpes, akhirnya Dila dapat memeluk kembali putra pertamanya itu. Walau hanya sebentar karena setelah ini justru dia akan kehilangan sang putra lebih lama dan besar kemungkinan untuk tidak dapat dijenguk seperti dahulu saat masih di Gontor. Karena Hamid telah dinyatakan lulus pada seleksi ujian masuk ke Universitas Al-Azhar, Mesir.Dila sekeluarga kompak dengan pakaian berwarna hijau muda. Mereka terlihat begitu bahagia, memeluk sang anak dan menyempatkan diri berfoto untuk terakhir kali di ponpes tersebut.Sementara itu Hamid terlihat gelisah, ia terus melirik jam di pergelangan tangan. Seseorang yang janjinya juga akan datang belum jua sampai. Ia masih menunggu kehadiran sang Papa. Karena diliputi rasa khawatir, akhirnya ia meminta ponsel yang dititip pada sang mama selama mengikuti pendidikan. Tujuannya hanya satu, menelpon papa.Pamit sebentar ke tempat yang lebih sepi, Hamid me

  • Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan   59. Perjuangan Berbuah Bahagia

    Satu tahun kemudian ...Tangis bayi terdengar membelah langit subuh kala itu. Air mata Dila jatuh di kedua pipi. Sang suami mengusap perlahan. Rasa sakit karena kontraksi yang terus menerjang rahim terbayar sudah dengan merasakan gerakan jemari kecil sang bayi yang kini diletakkan di atas perut untuk mencari-cari puting susunya.Farhan mengusap bulir keringat yang membasahi pelipis, pelan mengecup kening sang istri dengan lembut."Makasih ya, Ma. Kamu sudah menyempurnakanku sebagai seorang ayah."Dila menanggapinya dengan senyuman serta usapan pada pipi sang suami."Mau diberi nama apa Ma bayinya?"Dila kembali menatap sang suami. "Mama serahkan sama Abi aja, karena tebakan Mama salah."Dila mengulum senyum, selama hamil mereka memang sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin.Namun, mereka menyiapkan dua nama, jika perempuan Dila yang beri nama. Dan jika lelaki maka Farhanlah yang memberi nama anak mereka.Farhan terlihat berpikir sejenak. Sebuah nama memang kerap melintas di b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status