Karena Nadia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Mona, jadi dia beralih menatap Timmy yang sedang melepas ranselnya."Timmy, ke sini," panggil Nadia dengan ekspresi serius.Timmy pun berjalan menghampiri ibunya dengan tenang.Setelah berdiri di depan Nadia, Timmy langsung angkat bicara mendahului Nadia."Maaf, Ibu, tadi aku mengajak Mona bermain dengan teman.""Aku salah karena nggak memberi tahu Ibu lebih dulu, tapi Ibu nggak akan melarang kami berteman, 'kan?"Wajah Timmy yang mungil dan tampan itu tampak sangat berwibawa.Akan tetapi, kesan licik tersirat dalam sorot matanya.Karena Timmy sudah mengaku salah, jadi apa lagi yang bisa Nadia katakan?Masa Nadia akan melarang anak-anaknya pergi ke Pondok Asri dan bermain dengan anak itu?Anak itu 'kan tidak salah apa-apa!Malah mungkin saja Timmy dan Mona akan balik bertanya kenapa Nadia melarang mereka.Nadia akhirnya berujar dengan nada mengalah, "Karena kamu sudah mengaku salah, Ibu juga nggak akan memperpanjang masalah ini.""Tapi
"Besok pukul 13:00, akan ada dua sikat gigi di kotak surat di pintu vila nomor 2 kompleks Vila Harmonisa.""Tolong lakukan tes DNA dan kirimkan hasilnya kepadaku secepat mungkin."Setelah mengirimkan pesan itu, Timmy pun mengeluarkan ponselnya dari kantong bagian bawah ranselnya dan mentransfer 40 juta kepada si penerima pesan.Sementara itu, Nadia yang berada di kamarnya juga sedang sibuk dengan komputernya.Hari ini, Perusahaan MK mengirimkan email lagi kepadanya.Perusahaan MK menawarkan sederet keuntungan dan mereka bahkan memberikan ketentuan tambahan di bagian akhir email.Jika Nadia merasa semua penawaran ini belum cukup, Nadia berhak meminta lebih.Nadia langsung tertawa dengan dingin. Jika mereka bicara dengan dirinya yang dulu, Nadia pasti sudah luluh dengan gaji sebesar puluhan miliar ini.Namun, sekarang? Selama Nadia bisa memproduksi pakaiannya dengan cermat, dia juga bisa mendapatkan puluhan miliar.Perusahaan MK mau mempekerjakannya?Mimpi saja sana!"Tidak ada yang perl
Ivan pun memalingkan pandangannya dan tidak menjawab apa-apa lagi.Suasana di dalam mobil pun terasa begitu hening dan sunyi. Gio merasa ada yang tidak beres.Dia memang jarang menghabiskan waktu bersama Ivan karena sibuk bekerja. Namun, setelah melihat kedua anak itu kemarin, Gio merasa jangan-jangan ada yang salah dengan Ivan.Ivan begitu pendiam dan jarang sekali tersenyum, bahkan caranya bicara terdengar tidak bersemangat.Dulu Gio menganggap itu karena sifat Ivan yang terlalu mirip dengannya, tetapi sekarang dia menyadari bahwa Ivan mengalami gangguan mental karena stres menghadapi kekerasan yang Yuvira lakukan!Ekspresi Ivan terlihat sangat murung. Sepertinya, Gio harus membawa anaknya bertemu psikiater.Jika putranya terbukti mengalami gangguan psikologis, Gio tidak akan pernah memaafkan Yuvira!Tepat pada saat itu, lamunan Gio pun dibuyarkan oleh bunyi dering ponsel.Gio mengangkat ponselnya dan orang di ujung telepon sana langsung berujar, "Gawat, Pak Gio! Jaringan perusahaan
Gio merasa bangga sekaligus marah.Ya ampun, seberapa parahnya dia mengabaikan putranya sampai-sampai baru sekarang menyadari bahwa putranya ternyata seorang genius dalam bidang komputer?Gio menahan rasa gembiranya, lalu membaca alamat yang muncul di layar laptop Ivan.Apartemen Vander?Jangan-jangan ini semua perbuatan Yuvira?Gio langsung mengepalkan tangannya dengan erat. Sorot matanya perlahan-lahan terlihat dingin dan marah.Memangnya uang yang Gio berikan kepada wanita itu kurang? Sampai-sampai wanita itu menggunakan cara tercela seperti ini untuk menuntut Gio memberikannya uang?Begitu melihat ekspresi marah ayahnya, Ivan menghela napas dengan lega.Lima menit kemudian, mereka sampai di gedung TK.Setelah masuk ke dalam kelas, Ivan langsung menghampiri Timmy dan berkata dengan nada datar, "Kamu nggak boleh begitu."Timmy pun menengadah menatap Ivan, lalu bertanya sambil tersenyum, "Maksudmu apa? Aku nggak paham.""Kamu meretas jaringan perusahaan ayahku," jawab Ivan."Kok kamu
Nadia pun menghela napas dengan lega. Jika Alva benar-benar mau mengambil alih pabrik, Nadia merasa sangat lega.Selama dua jam tersisa, Nadia pun langsung mencari pabrik yang bersedia ditukarkan.Setelah mereka saling menyepakati waktu bertemu, Nadia pergi ke TK untuk menjemput anak-anaknya.Sekitar 15 menit kemudian.Nadia menghentikan mobilnya di pintu masuk TK.Dia datang lebih cepat, masih ada sisa waktu 10 menit sebelum jam pulang sekolah.Begitu Nadia keluar dari mobil, dia langsung melihat Yuvira.Yuvira tampak bergegas menuju gerbang sekolah. Tidak lama kemudian, Bu Guru Sonya keluar sambil menggandeng Ivan.Yuvira melangkah maju untuk menggandeng Ivan, tetapi Ivan segera menghindar."Ivan! Ayahmu meminta Ibu untuk menjemputmu pulang! Bisa nggak kamu nurut pada Ibu?" tanya Yuvira berusaha bersabar."Nggak mau," tolak Ivan, dia menggenggam tangan Bu Guru Sonya dengan erat.Bu Guru Sonya jadi merasa agak kikuk, dia berlutut dan berusaha membujuk Ivan, "Ivan, ini ibumu datang men
Nadia pun tertegun, tetapi kemudian menenangkan diri.Wajah saja seorang anak jadi menjauhkan diri saat menghadapi ibunya yang marah.Nadia menurunkan Ivan ke atas tanah, lalu berkata sambil tertawa, "Ya, ya, terserah apa katamu.""Kamu kembali ke sekolah saja dulu dan tunggu ayahmu jemput, ya?"Nadia tidak sembarang membenci orang. Dia juga tidak mungkin melibatkan anak-anak.Lagi pula, entah kenapa Nadia merasa ada yang tidak biasa dari anak ini.Entah kenapa dia selalu luluh dan tidak menolak bersentuhan dengan Ivan.Ivan sudah berjanji pada Timmy tidak akan mengganggu ibu mereka, jadi dia hanya menatap Nadia dengan agak tidak rela sebelum akhirnya berjalan masuk kembali ke dalam gedung TK.Saat jam pulang sekolah tiba, Nadia menjemput kedua anaknya dan membawa mereka masuk ke dalam mobil.Nadia tidak langsung pergi, melainkan menunggu Gio tiba di depan gedung TK."Oh, itu Ayah ...."Mona refleks menunjuk ke arah Gio, tetapi Timmy langsung membekap mulut adiknya.Nadia pun menatap k
"Yang jelas pelakunya bukan Yuvira! Yuvira itu anak yang baik hati, lembut dan perhatian! Sudah pasti dia nggak akan tega memukuli anak-anak!" bela Tuan Besar Ian.Gio sudah tahu Tuan Besar Ian akan berkata seperti ini.Dia segera mengedikkan dagunya ke arah Yuda. Yuda pun langsung memutar video lain.Dalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana Yuvira memukuli Ian dengan buku di ruang tamu. Tindakan Yuvira itu disaksikan oleh dua orang pelayan.Ekspresi Yuvira yang terlihat murka membuat jantung Tuan Besar Ian seolah berhenti selama sepersekian detik."Kamu masih mau membelanya?" tanya Gio dengan ekspresi yang terlihat serius dan kejam.Saat melihat video ini, betapa Gio ingin sekali membunuh Yuvira.Akan tetapi, membunuh Yuvira begitu saja tidaklah cukup untuk melampiaskan amarah Gio.Ekspresi Tuan Besar Ian pun berubah menjadi serius. Dia mendorong Yuda menjauh, lalu berjalan menghampiri Yuvira.Tanpa mengatakan apa-apa, Tuan Besar Ian menampar Yuvira dua kali dengan kencang!Yuvi
Nadia tidak mengerti apa yang Timmy maksud, jadi dia menjawab dengan jujur, "Iya.""Kalau begitu, apa Ibu tahu kalau Ivan bukan anak si wanita jahat?" Timmy melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.Otak Nadia mendadak terasa buntu. Apa maksudnya Ivan bukan anak si wanita jahat?Bukankah waktu itu Yuvira sedang hamil?Nadia pun mengernyit, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Timmy, apa yang kamu ketahui?"Timmy tersenyum sambil berkata lagi, "Ibu, Ibu mau tes DNA nggak dengan Ivan?"Napas Nadia sontak menderu. Apa maksud Timmy tes DNA dengan Ivan?Apa yang kedua anak ini ketahui? Rahasia apa lagi yang masih belum Nadia ketahui?Bukankah anak sulung Nadia meninggal saat masih bayi?Rasanya darah mengalir dengan begitu cepat di sekujur tubuh Nadia. Matanya tampak berkaca-kaca.Nadia mengangkat tangannya yang tampak gemetar, dia mengulurkannya ke arah Ivan dan bertanya dengan suara yang tercekat, "Apa ... apa kamu anakku?"Sejujurnya, Nadia tidak berani mencari tahu.Dia membutuhkan
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah