Ivan pun memalingkan pandangannya dan tidak menjawab apa-apa lagi.Suasana di dalam mobil pun terasa begitu hening dan sunyi. Gio merasa ada yang tidak beres.Dia memang jarang menghabiskan waktu bersama Ivan karena sibuk bekerja. Namun, setelah melihat kedua anak itu kemarin, Gio merasa jangan-jangan ada yang salah dengan Ivan.Ivan begitu pendiam dan jarang sekali tersenyum, bahkan caranya bicara terdengar tidak bersemangat.Dulu Gio menganggap itu karena sifat Ivan yang terlalu mirip dengannya, tetapi sekarang dia menyadari bahwa Ivan mengalami gangguan mental karena stres menghadapi kekerasan yang Yuvira lakukan!Ekspresi Ivan terlihat sangat murung. Sepertinya, Gio harus membawa anaknya bertemu psikiater.Jika putranya terbukti mengalami gangguan psikologis, Gio tidak akan pernah memaafkan Yuvira!Tepat pada saat itu, lamunan Gio pun dibuyarkan oleh bunyi dering ponsel.Gio mengangkat ponselnya dan orang di ujung telepon sana langsung berujar, "Gawat, Pak Gio! Jaringan perusahaan
Gio merasa bangga sekaligus marah.Ya ampun, seberapa parahnya dia mengabaikan putranya sampai-sampai baru sekarang menyadari bahwa putranya ternyata seorang genius dalam bidang komputer?Gio menahan rasa gembiranya, lalu membaca alamat yang muncul di layar laptop Ivan.Apartemen Vander?Jangan-jangan ini semua perbuatan Yuvira?Gio langsung mengepalkan tangannya dengan erat. Sorot matanya perlahan-lahan terlihat dingin dan marah.Memangnya uang yang Gio berikan kepada wanita itu kurang? Sampai-sampai wanita itu menggunakan cara tercela seperti ini untuk menuntut Gio memberikannya uang?Begitu melihat ekspresi marah ayahnya, Ivan menghela napas dengan lega.Lima menit kemudian, mereka sampai di gedung TK.Setelah masuk ke dalam kelas, Ivan langsung menghampiri Timmy dan berkata dengan nada datar, "Kamu nggak boleh begitu."Timmy pun menengadah menatap Ivan, lalu bertanya sambil tersenyum, "Maksudmu apa? Aku nggak paham.""Kamu meretas jaringan perusahaan ayahku," jawab Ivan."Kok kamu
Nadia pun menghela napas dengan lega. Jika Alva benar-benar mau mengambil alih pabrik, Nadia merasa sangat lega.Selama dua jam tersisa, Nadia pun langsung mencari pabrik yang bersedia ditukarkan.Setelah mereka saling menyepakati waktu bertemu, Nadia pergi ke TK untuk menjemput anak-anaknya.Sekitar 15 menit kemudian.Nadia menghentikan mobilnya di pintu masuk TK.Dia datang lebih cepat, masih ada sisa waktu 10 menit sebelum jam pulang sekolah.Begitu Nadia keluar dari mobil, dia langsung melihat Yuvira.Yuvira tampak bergegas menuju gerbang sekolah. Tidak lama kemudian, Bu Guru Sonya keluar sambil menggandeng Ivan.Yuvira melangkah maju untuk menggandeng Ivan, tetapi Ivan segera menghindar."Ivan! Ayahmu meminta Ibu untuk menjemputmu pulang! Bisa nggak kamu nurut pada Ibu?" tanya Yuvira berusaha bersabar."Nggak mau," tolak Ivan, dia menggenggam tangan Bu Guru Sonya dengan erat.Bu Guru Sonya jadi merasa agak kikuk, dia berlutut dan berusaha membujuk Ivan, "Ivan, ini ibumu datang men
Nadia pun tertegun, tetapi kemudian menenangkan diri.Wajah saja seorang anak jadi menjauhkan diri saat menghadapi ibunya yang marah.Nadia menurunkan Ivan ke atas tanah, lalu berkata sambil tertawa, "Ya, ya, terserah apa katamu.""Kamu kembali ke sekolah saja dulu dan tunggu ayahmu jemput, ya?"Nadia tidak sembarang membenci orang. Dia juga tidak mungkin melibatkan anak-anak.Lagi pula, entah kenapa Nadia merasa ada yang tidak biasa dari anak ini.Entah kenapa dia selalu luluh dan tidak menolak bersentuhan dengan Ivan.Ivan sudah berjanji pada Timmy tidak akan mengganggu ibu mereka, jadi dia hanya menatap Nadia dengan agak tidak rela sebelum akhirnya berjalan masuk kembali ke dalam gedung TK.Saat jam pulang sekolah tiba, Nadia menjemput kedua anaknya dan membawa mereka masuk ke dalam mobil.Nadia tidak langsung pergi, melainkan menunggu Gio tiba di depan gedung TK."Oh, itu Ayah ...."Mona refleks menunjuk ke arah Gio, tetapi Timmy langsung membekap mulut adiknya.Nadia pun menatap k
"Yang jelas pelakunya bukan Yuvira! Yuvira itu anak yang baik hati, lembut dan perhatian! Sudah pasti dia nggak akan tega memukuli anak-anak!" bela Tuan Besar Ian.Gio sudah tahu Tuan Besar Ian akan berkata seperti ini.Dia segera mengedikkan dagunya ke arah Yuda. Yuda pun langsung memutar video lain.Dalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana Yuvira memukuli Ian dengan buku di ruang tamu. Tindakan Yuvira itu disaksikan oleh dua orang pelayan.Ekspresi Yuvira yang terlihat murka membuat jantung Tuan Besar Ian seolah berhenti selama sepersekian detik."Kamu masih mau membelanya?" tanya Gio dengan ekspresi yang terlihat serius dan kejam.Saat melihat video ini, betapa Gio ingin sekali membunuh Yuvira.Akan tetapi, membunuh Yuvira begitu saja tidaklah cukup untuk melampiaskan amarah Gio.Ekspresi Tuan Besar Ian pun berubah menjadi serius. Dia mendorong Yuda menjauh, lalu berjalan menghampiri Yuvira.Tanpa mengatakan apa-apa, Tuan Besar Ian menampar Yuvira dua kali dengan kencang!Yuvi
Nadia tidak mengerti apa yang Timmy maksud, jadi dia menjawab dengan jujur, "Iya.""Kalau begitu, apa Ibu tahu kalau Ivan bukan anak si wanita jahat?" Timmy melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.Otak Nadia mendadak terasa buntu. Apa maksudnya Ivan bukan anak si wanita jahat?Bukankah waktu itu Yuvira sedang hamil?Nadia pun mengernyit, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Timmy, apa yang kamu ketahui?"Timmy tersenyum sambil berkata lagi, "Ibu, Ibu mau tes DNA nggak dengan Ivan?"Napas Nadia sontak menderu. Apa maksud Timmy tes DNA dengan Ivan?Apa yang kedua anak ini ketahui? Rahasia apa lagi yang masih belum Nadia ketahui?Bukankah anak sulung Nadia meninggal saat masih bayi?Rasanya darah mengalir dengan begitu cepat di sekujur tubuh Nadia. Matanya tampak berkaca-kaca.Nadia mengangkat tangannya yang tampak gemetar, dia mengulurkannya ke arah Ivan dan bertanya dengan suara yang tercekat, "Apa ... apa kamu anakku?"Sejujurnya, Nadia tidak berani mencari tahu.Dia membutuhkan
Kenapa Gio dan Yuvira memperlakukan seorang anak kecil dengan cara seperti ini?Tidak ada kesan polos dan tidak tahu apa-apa dalam sorot mata Ivan.Nadia mati-matian berusaha menahan air matanya. Dia makin membenci Yuvira!Gavin refleks menyentuh wajah mungil Ivan sambil berkata, "Ivan, Paman, Ibu, Nenek Ratih, Timmy dan Mona .... Kami semua sangat menyayangimu.""Kami akan perlahan-lahan menebus semua hal yang kamu nggak dapatkan.""Tapi, boleh ya sekarang Paman mengantarmu kembali ke Pondok Asri?""Kak! Nggak boleh! Aku nggak mau Ivan kembali ke rumah yang dingin itu!" sahut Nadia dengan marah.Gavin menghela napas, lalu berkata, "Nadia, sekarang bukan saatnya bertindak dengan gegabah.""Ivan harus pulang. Kalau nggak, nanti Gio akan curiga dan kedokmu terbongkar.""Gio memang nggak akan melakukan apa pun padamu, tapi kamu yakin Keluarga Cakra akan diam saja?"Begitu mendengar kalimat terakhir pamannya, Timmy pun menyipitkan matanya sedikit.Baiklah, masih ada dua masalah yang belum
Setelah itu, Gavin mengantar Ivan pulang ke Pondok Asri.Di tengah perjalanan, Gavin bertanya kepada Ivan, "Ivan, kamu sebal nggak Paman melarangmu tetap di sana?""Nggak. Bisa bertemu Ibu saja aku sudah sangat senang," jawab Ivan dengan patuh.Ivan bertekad tidak akan membuat ibunya terlibat dalam masalah. Lagi pula, jika dia tinggal di Pondok Asri, dia bisa mengawasi tindak-tanduk ayahnya.Selama ibunya tidak mau bertemu dengan ayahnya, Ivan akan berusaha menghentikan ayahnya.Apa yang ibunya inginkan itulah yang akan Ivan lakukan.Gavin terdiam sesaat, lalu berkata, "Ivan, Paman dan ibumu terpaksa melakukan ini. Ada beberapa hal yang belum saatnya kamu tahu.""Tapi, percayalah bahwa kami semua sangat menyayangimu."Sejujurnya, Ivan merasa senang. Dia dapat merasakan betapa ibunya sangat menyayanginya.Meskipun begitu, sebenarnya Ivan juga merasa penasaran. Apa yang terjadi antara orang tuanya?...Tidak lama setelah Ivan pulang ke Pondok Asri, Gio juga pulang.Saat melihat ekspresi