"Yang jelas pelakunya bukan Yuvira! Yuvira itu anak yang baik hati, lembut dan perhatian! Sudah pasti dia nggak akan tega memukuli anak-anak!" bela Tuan Besar Ian.Gio sudah tahu Tuan Besar Ian akan berkata seperti ini.Dia segera mengedikkan dagunya ke arah Yuda. Yuda pun langsung memutar video lain.Dalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana Yuvira memukuli Ian dengan buku di ruang tamu. Tindakan Yuvira itu disaksikan oleh dua orang pelayan.Ekspresi Yuvira yang terlihat murka membuat jantung Tuan Besar Ian seolah berhenti selama sepersekian detik."Kamu masih mau membelanya?" tanya Gio dengan ekspresi yang terlihat serius dan kejam.Saat melihat video ini, betapa Gio ingin sekali membunuh Yuvira.Akan tetapi, membunuh Yuvira begitu saja tidaklah cukup untuk melampiaskan amarah Gio.Ekspresi Tuan Besar Ian pun berubah menjadi serius. Dia mendorong Yuda menjauh, lalu berjalan menghampiri Yuvira.Tanpa mengatakan apa-apa, Tuan Besar Ian menampar Yuvira dua kali dengan kencang!Yuvi
Nadia tidak mengerti apa yang Timmy maksud, jadi dia menjawab dengan jujur, "Iya.""Kalau begitu, apa Ibu tahu kalau Ivan bukan anak si wanita jahat?" Timmy melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.Otak Nadia mendadak terasa buntu. Apa maksudnya Ivan bukan anak si wanita jahat?Bukankah waktu itu Yuvira sedang hamil?Nadia pun mengernyit, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Timmy, apa yang kamu ketahui?"Timmy tersenyum sambil berkata lagi, "Ibu, Ibu mau tes DNA nggak dengan Ivan?"Napas Nadia sontak menderu. Apa maksud Timmy tes DNA dengan Ivan?Apa yang kedua anak ini ketahui? Rahasia apa lagi yang masih belum Nadia ketahui?Bukankah anak sulung Nadia meninggal saat masih bayi?Rasanya darah mengalir dengan begitu cepat di sekujur tubuh Nadia. Matanya tampak berkaca-kaca.Nadia mengangkat tangannya yang tampak gemetar, dia mengulurkannya ke arah Ivan dan bertanya dengan suara yang tercekat, "Apa ... apa kamu anakku?"Sejujurnya, Nadia tidak berani mencari tahu.Dia membutuhkan
Kenapa Gio dan Yuvira memperlakukan seorang anak kecil dengan cara seperti ini?Tidak ada kesan polos dan tidak tahu apa-apa dalam sorot mata Ivan.Nadia mati-matian berusaha menahan air matanya. Dia makin membenci Yuvira!Gavin refleks menyentuh wajah mungil Ivan sambil berkata, "Ivan, Paman, Ibu, Nenek Ratih, Timmy dan Mona .... Kami semua sangat menyayangimu.""Kami akan perlahan-lahan menebus semua hal yang kamu nggak dapatkan.""Tapi, boleh ya sekarang Paman mengantarmu kembali ke Pondok Asri?""Kak! Nggak boleh! Aku nggak mau Ivan kembali ke rumah yang dingin itu!" sahut Nadia dengan marah.Gavin menghela napas, lalu berkata, "Nadia, sekarang bukan saatnya bertindak dengan gegabah.""Ivan harus pulang. Kalau nggak, nanti Gio akan curiga dan kedokmu terbongkar.""Gio memang nggak akan melakukan apa pun padamu, tapi kamu yakin Keluarga Cakra akan diam saja?"Begitu mendengar kalimat terakhir pamannya, Timmy pun menyipitkan matanya sedikit.Baiklah, masih ada dua masalah yang belum
Setelah itu, Gavin mengantar Ivan pulang ke Pondok Asri.Di tengah perjalanan, Gavin bertanya kepada Ivan, "Ivan, kamu sebal nggak Paman melarangmu tetap di sana?""Nggak. Bisa bertemu Ibu saja aku sudah sangat senang," jawab Ivan dengan patuh.Ivan bertekad tidak akan membuat ibunya terlibat dalam masalah. Lagi pula, jika dia tinggal di Pondok Asri, dia bisa mengawasi tindak-tanduk ayahnya.Selama ibunya tidak mau bertemu dengan ayahnya, Ivan akan berusaha menghentikan ayahnya.Apa yang ibunya inginkan itulah yang akan Ivan lakukan.Gavin terdiam sesaat, lalu berkata, "Ivan, Paman dan ibumu terpaksa melakukan ini. Ada beberapa hal yang belum saatnya kamu tahu.""Tapi, percayalah bahwa kami semua sangat menyayangimu."Sejujurnya, Ivan merasa senang. Dia dapat merasakan betapa ibunya sangat menyayanginya.Meskipun begitu, sebenarnya Ivan juga merasa penasaran. Apa yang terjadi antara orang tuanya?...Tidak lama setelah Ivan pulang ke Pondok Asri, Gio juga pulang.Saat melihat ekspresi
Setelah membaca pesan Nadia, entah kenapa Sena bisa membayangkan semacam adegan penuh darah!Wah, Bos, penderitaanmu selama lima tahun ini tidak ada apa-apanya. Siksaan sesungguhnya justru baru akan dimulai ....Pada hari Kamis.Nadia dan Alva akhirnya mengambil alih sebuah pabrik pakaian.Pada hari itu juga, mereka langsung memilih teknisi asli pabrik yang penting. Setelah itu, mereka membeli mesin-mesin berteknologi canggih.Setelah mereka kembali ke perusahaan, sekretaris Alva memberikan sejumlah resume kepada Nadia dan Alva untuk ditinjau. Resume itu milik para elit yang datang ke perusahaan untuk melamar pekerjaan.Di suatu siang.Setelah menunjuk beberapa manajer departemen, Nadia dan Alva pun memulai rapat jajaran direksi Perusahaan Tyc yang pertama.Bersama para manajernya, Nadia akhirnya menentukan posisi produk pakaian, pasar untuk penjualan pertama dan lain sebagainya.Setelah rapat selesai, Nadia tetap berada di ruang rapat untuk berdiskusi dengan para karyawan bagian desai
Ivan menatap mainan baloknya dan terdiam sesaat, lalu menjawab, "Aku boleh ikut?""Tentu saja!"Tentu saja Timmy ingin sekali kakaknya bergabung dengannya dalam pencarian informasi berskala besar ini!Wah, serunya!"Kalau kamu? Siapa yang mengajarimu?" tanya Ivan."Nggak ada, aku belajar sendiri. Aku paling jago mencari informasi orang lain," jawab Timmy.Ivan mengangguk-angguk mengerti, lalu berkata, "Kalau begitu, coba cari tahu tentang Yuvira dan orang-orang di sekitarnya. Biar aku yang menggali informasi yang sudah dihancurkan.""Kak Ivan, Kak Timmy! Kalian dari tadi bisik-bisik apa, sih? Kalian nggak mau main dengan Mona!" protes Mona sambil cemberut."Ya, ya, ayo main," jawab Ivan dan Timmy dengan kompak....Malam harinya.Di saat Nadia tidak memperhatikan, Timmy duduk di depan komputer dan mulai menyelidiki informasi tentang semua orang di sekitar Yuvira.Setelah berkutat selama satu jam, Timmy berhasil menemukan beberapa informasi. Dia mengirimkan semua itu kepada Ivan.Ivan s
Nadia langsung berdeham. "Iya, ayo kita masuk mobil."Sam balas mengangguk. Dia menarik kopernya dan hendak berjalan pergi ketika seseorang memanggilnya tidak jauh dari sana."Dokter Sam?"Ternyata suara itu suara Yuda!Tubuh Nadia sontak menegang. Sam menyadari respons itu dan agak mengernyit.Sam berbalik badan menatap Yuda, sementara Gio sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di samping dengan ekspresi serius."Sudah lama nggak bertemu, Pak Gio, Pak Yuda," sapa Sam sambil tersenyum.Gio terus menatap Nadia dengan mata yang agak menyipit seolah-olah sedang menyelidiki wanita itu.Sam pun memeluk Nadia, lalu berkata, "Maaf, Pak Gio, aku dan kekasihku pamit dulu.""Tunggu," ujar Gio dengan dingin.Kemudian, Gio berjalan menghampiri Sam dan Nadia.Nadia spontan memeluk lengan Sam sambil berkata, "Sayang, dia temanmu? Boleh nggak kalau kalian mengobrolnya lain kali?""Aku lapar banget, nih. Gimana kalau kita makan dulu?"Nada bicara Nadia yang terdengar begitu manja sontak membua
Begitu mereka tiba di rumah, Bibi Ratih pun menyambut kedatangan Sam dengan senang. Dia langsung memasak banyak sekali hidangan.Sam menyingsingkan lengan bajunya dan membantu di dapur.Nadia juga ingin membantu, tetapi Sam melarangnya dan menyuruhnya keluar saja.Sebelum memulai makan, Sam mengajak Timmy dan Mona untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Sambil keluar membawa piring, Bibi Ratih pun berkata, "Nadia, aku tahu aku nggak seharusnya ikut campur.""Tapi, ada beberapa hal yang kuperhatikan selama ini dan menurutku kamu harus tahu.""Dokter Sam itu begitu lembut dan perhatian padamu, dia juga menjagamu dan anak-anakmu dengan baik. Demi anak-anakmu, coba pertimbangkanlah dia."Nadia pun terdiam sejenak, lalu menjawab, "Bibi Ratih, aku nggak mau sampai melibatkan Sam. Urusanku belum selesai.""Dokter Sam juga menyadari hal itu, tapi dia nggak pernah keberatan. Kamu juga butuh seseorang di sisimu sebagai pasangan tempat saling bersandar," sahut Bibi Ratih.Nadia menundukkan kepalany