Share

Bab 16

Penulis: Lavender
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-14 22:46:33

Maha pernah di tanyai perihal impian. Dan yang menjawab secara detail hanya wajahnya yang datar. Pikirnya, di umurnya yang sudah matang—30 tahun—tidak muluk-muluk tentang impian. Cukup menjadi bahagia versi dirinya sudah lebih dari cukup.

Tapi ketika kedua kakinya menapaki aula hotel yang megah. Tamu undangan terbatas. Kedua matanya kosong. Pancaran wajahnya redup. Maha tahu, dirinya tidak baik-baik saja.

Pagi ini, di sambut gerimis awet mengguyur Jakarta. Dan menempuh jarak ke karawang, Maha butuh ruangan bernapas. Dunia tidak seadil ini untuk perjalanan hidupnya.

Terlahir hanya dengan papanya tanpa tahu siapa mamanya. Seperti apa rupanya. Bagaimana hangatnya pelukan mama. Senangnya di sambut, di beri ucapan, di puji karena berhasil dan menikmati masakan tangan mamanya. Tidak sekali pun Maha dapatkan.

Begitu dewasa, melemparkan kesakitannya, Maha badung. Mabuk, mencari penghangat ranjang, membawa wanita mana pun untuk bisa dirinya lampiaskan kebejatannya.

Sekarang Maha tahu maksud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Bercerai    Bab 17

    Ini malam pertama milik Ardika dan Pulung.Usai resepsi yang diadakan keduanya, pulang ke rumah yang setiap harinya di tempati adalah pilihan. Naomi sudah tertidur pulas dalam pangkuan Pulung. Dengkuran halusnya terdengar. Gaunnya tidak serapi pagi tadi. Dan langit gelap disertai gerimis masih berjalan. Di luar, jalanan basah. Sehingga lalu lintas yang seharusnya lengang menjadi padat. Gesekan ban dengan aspal basah melajukan mobil pelan.Senyum Ardika terus tercetak. Kedua matanya memantau dua arah—depan dan belakang—lewat spion tengah. Rasanya bahagia sekali. Pertama kalinya dalam hidup setelah lima tahun menduda, debaran dadanya kembali. Yang Ardika pikir telah selesai, ternyata ini awal baru untuk memulai. Hidupnya. Masa depannya. Dan cintanya.Telah Ardika tetapkan hatinya. Berpegang teguh pada masa lalunya untuk tidak masuk ke lubang yang sama dan menatap Pulung dengan jelas. Cerminan kegagalan terus dirinya anut agar sama-sama berhasil dalam membina.Lantas, apa arti Pulung un

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Setelah Bercerai    Bab 18

    Maha sadar, hidupnya tidak semudah anggapan orang-orang. Terutama momen seorang anak yang membutuhkan orangtuanya lebih dari yang dirinya kira. Misalnya, saat pertama kali anak berjalan. Siapa yang paling tersentuh melihat kita bangun dan bisa berjalan sendiri?Kekehan Maha mengudara. Meski tidak terlalu keras, nyatanya bersedih bisa dirinya rasakan. Itu tidak buruk karena Maha menyimpannya sendiri. Bukan hal yang memalukan mengetahui dirinya tidak baik-baik saja sampai ingin mabuk sampai tertidur.Tapi, hingga fajar menyingsing pun, kedua matanya tetap terjaga. Berbotol-botol alkohol telah kosong berpindah tempat ke lambungnya. Kedua pipinya sudah Maha rasakan sengatan panas. Pun dengan permukaan wajahnya yang memerah. Percuma sekali merenungkan hidupnya sepanjang malam dengan alkohol tapi tidak tumbang. Ingin Maha tertawakan dirinya sendiri. Meyakini sisa-sisa sesal yang menaungi jiwanya pun dengan rasa percaya yang pernah tertanam. Bahwa Tuhan tidak pernah salah menempatkan cinta

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Setelah Bercerai    Bab 19

    Cinta bagi sebagian orang memiliki gambaran sebuah penerimaan yang menjadikan ikatan sah di dalamnya. Cinta dalam pernikahan tentu berbeda makna dengan cinta yang sebelumnya. Dalam pernikahan, gelora mencinta berbeda. Tertimbun oleh masalah silih berganti dan percekcokan yang tidak berkesudahan. Lain halnya dengan cinta sebelum keterikatan pernikahan menjerat. Percikan panas yang terciprat mampu meletupkan sejuta elemen untuk terus merongrong hingga terjadi pemujaan.Namun demikian, ikatan pernikahan tidak bisa membuyarkan goyahan cinta yang menyapa. Sama halnya dengan Hesa Ardika. Di usia pernikahannya yang menginjak angka enam dan berbuntut satu—Ardika Aksara berusia lima tahun—godaan rumah tangganya menyapa.Hesa di ombang-ambingkan pada pesona wanita secantik Diana Patih. Perempuan muda asal Bandung penari jaipong yang merantau ke Jakarta. Parasnya ayu, rambutnya panjang hitam legam. Tubuhnya langsing tinggi proposonal. Lelaki pada masanya—kala itu—sangat mengejar-ngejar Diana sam

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Setelah Bercerai    Bab 20

    Ayana tidak tahu sejak kapan menguntit menjadi kegiatan barunya. Aktivitasnya hanya duduk di balik kemudi mobil hitamnya dengan mata tertutup kaca mata dan mengarah ke satu titik. Di mana tubuh kecil Naomi bisa Ayana pandangi puas-puas tanpa takut ketahuan. Melihat senyum rekah dari bibir putri kecilnya … Ayana merasa apakah pantas disebut putri? Sedang dirinya tidak hadir di momen Naomi tumbuh berkembang. Atau pada masa berdiri dari duduknya dan berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Seharusnya Ayana berada di sana agar bahagia membuncah. Tapi Ayana egois. Patut sesalnya menggelayuti.Andai ada kesempatan dalam memilih, Ayana ingin memiliki satu langkah untuk memulai dari awal. Mengisi hidupnya dengan yang pertama dan terakhir. Langkah pertamanya yaitu piknik. Langkah kedua dan untuk yang terakhir kali ialah cinta pertamanya. Ayana ingin menghentikan waktu untuk bisa kembali ke masa lampaunya meski tak pernah terjadi.Setiap orang hidup dengan ingatan mereka yang menyakitkan. Tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Setelah Bercerai    Bab 21

    Mulut Mahar kejam.Berucap tanpa tulang, lidahnya lancar mengumpat. Membuat Ayana bersitatap tegang. Perempuan setengah mabuk itu berdecih. Rambutnya acak-acakan. Wajahnya merah padam. Tapi demikian, perlakuan Mahar demi kebaikan. Bosan—boleh saya di katakan begitu. Siapa pun orangnya di keluhkan pada kubangan masa lalu akan merasa kenyang.Namun Ayana seolah mendoktrin diri bahwa masa lalunya akan selalu buruk sehingga masa depannya yang putih telah tercemar pekatnya hitam. Entah bagaimana lagi taktik Mahar agar perempuan setengah gilanya kembali waras. Ke jalur yang semestinya paling tidak seperempat otaknya.Mahar pun punya sisi lain di dirinya yang tidak tersentuh. Meski terlihat welcome pada semua orang. Mahar adalah lelaki pemendam. Sudah tentu bisa di simpulkan seperti apa perjalanan hidupnya. Di lalui sepi dan hampa.Walau begitu, Mahar percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Meskipun di setiap harinya—ketika kedua matanya terbuka—ia tahu sesuatu yang buruk terjadi. Tapi tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Setelah Bercerai    Bab 22

    Bumerang yang sesungguhnya sedang di letupkan. Hanya tentara perang—ksatria sesungguhnya—berani berjalan di ladang ranjau. Tokoh lain—yang baru—sedang Maha ciptakan. Mata bengisnya tajam menelisik. Maha bukan lelaki kejam yang suka menindas orang lain. Namun masa kecilnya yang pernah menjadi korban perundungan, kekuasaan yang saat ini tengah dirinya genggam memunculkan sisi iblisnya.Pikirnya, jika dengan menghancurkan Ardika Aksara adalah jalan terbaik mendapatkan Pulung, maka senjatanya ada di hadapannya kini. Yang membalas mata elang Maha tanpa gurat takut yang terpancar. Yang menyeringaikan seujung bibir kanannya—entah mengapa Maha suka. Seolah ingin mencicipi dosa yang sudah dirinya tinggalkan.“Lupakan saja lah.” Tangan Maha mengibas. Jarinya bertopang dagu. Alis tampannya berkerut. “Coba lo tanya ke diri sendiri. Hari ini—mungkin—lo baik-baik saja. Esok ketika lo terbangun, masih dengan tanya yang sama. Yakin lo nggak apa-apa? Munafik semisal ‘ya’.”Dante benci bertatap muka de

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Setelah Bercerai    Bab 23

    Sebelum bertindak, ada baiknya pikirkan lagi keputusan apa yang hendak di ambil. Pikirkan lagi, apakah menguntungkan atau malah merugikan. Pikirkan lagi, sebanyak apa orang yang menjadi bidik sasaranmu adalah yang paling tepat. Atau akan meninggalkan sesal di ujung dadamu. Lagi pula, istilah sederhananya begini: ketika kamu meninggalkan seseorang, bisakah seseorang yang menjadi pilihanmu mengerti, memahami bahkan mencintaimu selayaknya sebelum ini? Mampu berkorban sebanyak yang bisa dilakukan seperti sebelumnya. Ingatlah, tidak mudah membuka diri kembali dan belum tentu ada yang bisa memahami kita seperti yang sebelumnya.Ardika juga berpikir tentang itu.Pagi ini setelah mengantar anak dan istri ke sanggar tari, pekerjaan yang longgar menyita lamunan. Benaknya menari-nari pada apa yang putrinya sampaikan. Sehingga Ardika menebak-nebak: mungkinkah?Pasti tidak pasti. Jika kakinya sudah menginjak di area rumahnya artinya ucapan Maha ada benarnya. Dan ketika Ardika temukan faktanya nant

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Setelah Bercerai    Bab 24

    Yang namanya kemalangan datangnya tidak bisa di tepis. Tapi bentuk kemalangan memiliki ragam yang tidak bisa di cegah. Sedang sebuah usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, kecuali kemalangan yang menimpa.Sama halnya dengan sebuah perasaan yang tidak bisa di kendalikan, akan berdampak pada usaha yang telah dilakukan. Jadi tidak serta merta semuanya instan. Berusaha atau mengusahakan sesuatu akan memicu sebuah ujian lainnya.Ada juga ragam usaha yang disebut ketidakmampuan. Akibat tersadar bahwa usahanya sia-sia, perasaan bisa menghancurkan seseorang.Bicara-bicara tentang usaha, suatu hari nanti, akan ada saat di mana kita menemukan waktu. Yang di rasa tepat, berlapang dada mengikhlaskan janji seseorang yang tidak terpenuhi, menerima kekecewaan yang begitu melukai, dengan tegas meninggalkan sesuatu yang tak kunjung pasti, melupakan sesal yang belum usai dan akan menemukan alasan melanjutkan hidup setelah sebuah rasa di sia-siakan.Makanya, di catatkan: usaha tidak akan mengkhianati h

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18

Bab terbaru

  • Setelah Bercerai    Bab 115

    Tiap orang punya rahasia yang tak bisa di ungkapkan secara gamblang. Dan tiap orang juga punya sisi lain yang disebut topeng untuk menutupi wujud keasliannya alih-alih yang terlihat di hari-harinya. Begitu juga dengan Pulung yang paham betul akan makna itu. Bahkan mungkin keberadaan dirinya yang ada di rumah ini selama hampir sepuluh tahun belum mengetahui sampai bagian terdalamnya. Karena memang ada tempat lain yang belum bisa Pulung jamah.Mungkin juga lewat sebuah rahasia yang tak bisa diucapkan lewat kata-kata, ada jiwa-jiwa lelah yang menghadapi sikap kekanak-kanakannya selama masa kehamilan ini. Bukan maunya Pulung, sungguh. Murni bawaan sang jabang bayi yang mengharuskan sikapnya berubah drastis. Mulai keluar dari jalur keaslian siapa dirinya sampai ke akar-akar sikapnya yang paling menyebalkan.Namun di atas itu semua yang paling membuat Pulung terkesan adalah Maharaja Askara yang dua puluh empat jam penuh mau mengurusi dirinya dengan telaten. Penuh kesabaran tanpa mengeluh a

  • Setelah Bercerai    Bab 114

    Yang semalam tak bisa Ardika berikan jawaban.Pagi ini semuanya berjalan seolah memang tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada obrolan seputar perasaan Naomi Aksara dengan B.S Negara yang membuat Ardika penasaran setengah mati. Ingin searching pun rasanya belum sempat. Ardika betul-betul melupakan di mana letak ponselnya berada dan fokus menghabiskan waktu bersama ketiga anaknya.Usai sarapan, agenda yang sangat di tunggu oleh Baraja pun terkabulkan. Paralayang yang sudah di incarnya sejak masih dalam perjalanan. Dan selesai dengan itu, mereka akan segera turun untuk Ardika bawa ke rumah orangtua Pulung.Tentu yang bingung tidak hanya para krucil itu saja. Bahkan ibunya Pulung tertegun selama berdetik-detik sebelum memeluk Baraja seraya menghujani dengan ciuman.“Ada milik Pulung di sini. Matanya punya Pulung. Hidungnya punya Pulung. Sisanya dia cetakanmu.”Ardika tersenyum kikuk. Dan di persilakan untuk duduk di ruang tamu sederhananya. Sudah ada suguhan padahal Ardika tidak memberi

  • Setelah Bercerai    Bab 113

    Tidak ada halangan apa pun untuk sampai ke puncak Gunung Putri. Suasana cukup ramai karena ini weekend. Dan semilir angin malam mulai menyapa. Sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambut milik Naomi yang mencuat. Sejauh mata memandang, kerlipan lampu malam kota Garut tersaji dengan indah. Tidak ada suara bising di sini. Sunyi dan senyap namun menenangkan. Suara jangkrik malam menjadi pengiring semesta menunjukkan keunggulannya.Embusan napas Naomi terhela dengan teratur. Seulas senyum terbit dengan jari menyelipkan anak-anak rambut.“Kakak belum bobok?” Adalah Ardika yang menatapi putri sulungnya sejak 15 menit yang lalu. Ada gejolak aneh di dalam hatinya. Desirannya penuh kesakitan dan sesaknya kesakitan. Bergumul jadi satu menyumbat saluran pernapasannya.“Mau ngelukis bentar lagi.”“Malam-malam begini?” Naomi mengangguk. “Nggak bisa besok saja kak?”“Papa lihat deh.” Ardika baru sadar bahwa anaknya yang satu ini tidak suka banyak bicara dan lebih menyukai tindakan. “Aku suka kerlipan l

  • Setelah Bercerai    Bab 112

    Membutuhkan waktu 3 jam 42 menit dengan jarak tempuh 217 km Jakarta-Garut via tol.Ardika kemudikan mobilnya sendiri di dampingi Baraja dan Naomi serta Armani di kursi belakang. Kedua kakak adik perempuan itu anteng bersama tablet soal edukasi mendaki bagi pemula. Sesekali canda tawa akan terkuar dan berebut channel untuk di play lebih dulu.Hati Ardika tenang melihatnya dan Baraja yang bermain rubrik di sampingnya kentara fokusnya. Anak ini persis dirinya di masa kecil dulu jika boleh Ardika katakan demikian. Pasti tidak akan adil bagi Maharaja kalau mendengar keegoisan hatinya tentang ini. Tapi memang kadang hati tak mau munafik juga enggan di tampik.“Papa … Garut.” Rengek Baraja yang sudah lelah dengan permainannya. Menagih janji yang kemarin Ardika cetuskan. “Oh, iya. Papa lupa.” Ardika tengok lewat spion tengahnya. Kedua putrinya sedang asik jadi tidak perlu di usik. “Kabupaten Garut. Ada tulisan Aksara Sundanya yang papa nggak tahu bacanya gimana. Adalah sebuah Kabupaten di pr

  • Setelah Bercerai    Bab 111

    Sudah matang semua persiapan yang Ardika kumpulkan. Jadi satu di atas meja ruang tengah milik Maha. Ketiga anaknya sedang asik bercengkerama—lebih merecoki Naomi yang hendak membawa peralatan melukisnya. Ardika setujui. Memberi dukungan untuk putri sulungnya serta merta mengembangkan bakat di gunung.“Tapi pemandangan gunung lebih cocok dengan ini teteh.” Suara Armani tak mau kalah dengan Baraja yang terus melengkingkan ketinggiannya. Kepala Ardika menggeleng dengan senyum yang tak pudar sedikit pun.“Kan pepohonan hijau adek.” Naomi tetap kekeuh pada pendiriannya karena—yeah—menurutnya dia lah sang pelukis sejati. Aduh memang ya.“Sentuhan cokelat juga bagus kakak. Kaka kapa nggak tahu? Nih abang kasih lihat ya.” Tablet Baraja sudah memutar sebuah video dengan pemandangan pegunungan-pegunungan berbagai pilihan. “Dari jauh iya biru. Pas dekat itu malah cokelat kayak gini tahu. Jadi kak, warna cokelat pun berguna untuk kakak bawa.”Mulai dari sini terlihat wajah bimbang Naomi. Semula y

  • Setelah Bercerai    Bab 110

    "Gitu ya sementang punya rumah sendiri.”“Nggak tahu saja yang nunggu sampai keroncongan.”“Ini sejak kapan tamu malah pesan delivery?”“Heran Gusti heran!”Sindiran demi sindiran yang tersentil ke rungu Maha maupun Pulung tak menjadi halangan bagi pasangan yang sedang menanti kelahiran sang buah hati terusik.“Pasangan budak cinta mah gitu.”“Gaes … Sudah punya masing-masing jangan ngeledek.”“Iri bilang bos!”Kan maen! Jawaban Maha lebih estetik dari mulut tetangga yang di sumpal lombok setan sepuluh kilo. “Ibu hamil apa kabar nih? Makin adem ayem saja kayaknya.” Adalah Ayana yang pertama kali menyapa.Perempuan itu pun sedang hamil muda. Dan menurut cerita Maha, Rambe di buat kelimpungan habis-habisan. Mulai dari terpangkasnya jatah waktu untuk berduaan sampai harus rela memomong putra pertamanya. Salut dengan Rambe yang berbesar hati.“Ih teteh mah jorok pisan. Masa tiga hari nggak mandi?” Dante ikut serta nimbrung. “Asli aku mau semaput di certain itu.”Pada akhirnya hubungan me

  • Setelah Bercerai    Ba. 109

    'Aku sudah melewati banyak waktu untuk sembuh. Banyak hari untuk pulih. Banyak memori yang terkikis. Aku sudah jauh berjalan dalam gelap. Menyingsing lengan dan menggulung panjangnya hampara. Dari tajam menyayat yang kurasakan sepanjang jalan. Namun aku bertahan hingga akhirnya sakit itu tumbuh sendiri. Tatapan kelam. Kernyitan dahi karena silaunya putih di depan. Haruskah tertawa? Atau menangis? Sudah tak tampak lagi bagian belakang. Aku lupa bagaimana rasanya tertusuk duri.’Jadi begini para pemirsa dan saudara setanah air setumpah darah, ehm.Ada cerita tersembunyi kenapa Maharaja Askara harus berpuisi di tengah semua orang yang berkumpul. Di ruang keluarganya di mana mestinya terjadi acara liburan karena ini weekend. Juga sebagai libur pertama kedua anak-anaknya; Baraja dan Naomi.Tapi seolah nasib sial—boleh tidak mengatakan demikian? Takutnya ada setan lewat terus mampir. Tercatat sudah itu omongan untuk di jadikan karma kemudian hari. Kan berabe, Hyung!“Lagi, Sayang.”Ini sum

  • Setelah Bercerai    Ba. 108

    Kehamilan anak Maharaja yang pertama ini memanglah luar biasa. Mulai dari sikap manja Pulung yang tiada duanya (menggemaskan bagi Maha) namun terlihat menyebalkan bagi orang sekitar. Sampai hal-hal aneh yang tak terduga.Pagi ini misalnya.Tumben-tumbenan Pulung mager (malas gerak). Dan hanya gegulingan di atas kasur. Biasanya, usai salah subuh dan mengaji, aktivitas Pulung langsung yoga karena memang itu olahraga teraman rekomendasi dari dokter. Di samping memudahkan untuk kelahiran nanti, yoga mengurangi stres. Pulung tidak ke dapur. Memasak seperti biasanya. Tidak Maha hiraukan. Mencoba paham dengan kondisi sang istri yang di yakini bawaan anaknya.“Nggak mau mandi?” Maha elusi rambut Pulung. Tidur menyamping dan memegang ponsel dengan asik. Entah video apa yang di tonton hingga asik tanpa merasa terganggu sedikit pun. “Mau mas masakin sesuatu nggak?”Sejak Pulung hamil, Maha tidak bisa semena-mena. Urusan makan tak seleluasa request seperti saat awal-awal menikah. Meski dengan mu

  • Setelah Bercerai    Bab 107

    Maharaja Askara jadi punya hobi baru; nyanyi. Yang menurut Pulung, boleh juga. Suaranya berat dan serak-serak gimana gitu. Ketika di dengarkan—apa lagi ketika Pulung letakkan kepalanya di dada Maha—uwah sensasinya nggak kaleng-kaleng.Dugun-dugun di jantung Maha terdengar sangat jelas. Dan Pulung suka sekali mendengar detakannya. Iramanya selaras dengan nyanyian yang terlantun dari mulut Maha. Malam ini, begitu Bara dan Naomi memasuki kamarnya masing-masing. Terlelap setelah berdebat mengenai tugas sekolah. Maha dan Pulung bergelung malas di depan ruang televisi. Ada kasur lipat yang biasa Maha gunakan untuk rebahan malas-malasan di sana. Pulung ikut saja. Dengan daster hamilnya, rambutnya yang tak berbentuk lagi dan manja-manja time bersama suami di mulai.“Semua ini pasti akan musnah. Tetapi tidak cintaku padamu. Karena aku sang pangeran cinta.” Lirik yang Maha senandungkan mengikuti penyanyi aslinya di televisi. Once Mekel masih saja tampan sejak Pulung duduk di bangku Sekolah Da

DMCA.com Protection Status