Mulut Mahar kejam.Berucap tanpa tulang, lidahnya lancar mengumpat. Membuat Ayana bersitatap tegang. Perempuan setengah mabuk itu berdecih. Rambutnya acak-acakan. Wajahnya merah padam. Tapi demikian, perlakuan Mahar demi kebaikan. Bosan—boleh saya di katakan begitu. Siapa pun orangnya di keluhkan pada kubangan masa lalu akan merasa kenyang.Namun Ayana seolah mendoktrin diri bahwa masa lalunya akan selalu buruk sehingga masa depannya yang putih telah tercemar pekatnya hitam. Entah bagaimana lagi taktik Mahar agar perempuan setengah gilanya kembali waras. Ke jalur yang semestinya paling tidak seperempat otaknya.Mahar pun punya sisi lain di dirinya yang tidak tersentuh. Meski terlihat welcome pada semua orang. Mahar adalah lelaki pemendam. Sudah tentu bisa di simpulkan seperti apa perjalanan hidupnya. Di lalui sepi dan hampa.Walau begitu, Mahar percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Meskipun di setiap harinya—ketika kedua matanya terbuka—ia tahu sesuatu yang buruk terjadi. Tapi tidak
Bumerang yang sesungguhnya sedang di letupkan. Hanya tentara perang—ksatria sesungguhnya—berani berjalan di ladang ranjau. Tokoh lain—yang baru—sedang Maha ciptakan. Mata bengisnya tajam menelisik. Maha bukan lelaki kejam yang suka menindas orang lain. Namun masa kecilnya yang pernah menjadi korban perundungan, kekuasaan yang saat ini tengah dirinya genggam memunculkan sisi iblisnya.Pikirnya, jika dengan menghancurkan Ardika Aksara adalah jalan terbaik mendapatkan Pulung, maka senjatanya ada di hadapannya kini. Yang membalas mata elang Maha tanpa gurat takut yang terpancar. Yang menyeringaikan seujung bibir kanannya—entah mengapa Maha suka. Seolah ingin mencicipi dosa yang sudah dirinya tinggalkan.“Lupakan saja lah.” Tangan Maha mengibas. Jarinya bertopang dagu. Alis tampannya berkerut. “Coba lo tanya ke diri sendiri. Hari ini—mungkin—lo baik-baik saja. Esok ketika lo terbangun, masih dengan tanya yang sama. Yakin lo nggak apa-apa? Munafik semisal ‘ya’.”Dante benci bertatap muka de
Sebelum bertindak, ada baiknya pikirkan lagi keputusan apa yang hendak di ambil. Pikirkan lagi, apakah menguntungkan atau malah merugikan. Pikirkan lagi, sebanyak apa orang yang menjadi bidik sasaranmu adalah yang paling tepat. Atau akan meninggalkan sesal di ujung dadamu. Lagi pula, istilah sederhananya begini: ketika kamu meninggalkan seseorang, bisakah seseorang yang menjadi pilihanmu mengerti, memahami bahkan mencintaimu selayaknya sebelum ini? Mampu berkorban sebanyak yang bisa dilakukan seperti sebelumnya. Ingatlah, tidak mudah membuka diri kembali dan belum tentu ada yang bisa memahami kita seperti yang sebelumnya.Ardika juga berpikir tentang itu.Pagi ini setelah mengantar anak dan istri ke sanggar tari, pekerjaan yang longgar menyita lamunan. Benaknya menari-nari pada apa yang putrinya sampaikan. Sehingga Ardika menebak-nebak: mungkinkah?Pasti tidak pasti. Jika kakinya sudah menginjak di area rumahnya artinya ucapan Maha ada benarnya. Dan ketika Ardika temukan faktanya nant
Yang namanya kemalangan datangnya tidak bisa di tepis. Tapi bentuk kemalangan memiliki ragam yang tidak bisa di cegah. Sedang sebuah usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, kecuali kemalangan yang menimpa.Sama halnya dengan sebuah perasaan yang tidak bisa di kendalikan, akan berdampak pada usaha yang telah dilakukan. Jadi tidak serta merta semuanya instan. Berusaha atau mengusahakan sesuatu akan memicu sebuah ujian lainnya.Ada juga ragam usaha yang disebut ketidakmampuan. Akibat tersadar bahwa usahanya sia-sia, perasaan bisa menghancurkan seseorang.Bicara-bicara tentang usaha, suatu hari nanti, akan ada saat di mana kita menemukan waktu. Yang di rasa tepat, berlapang dada mengikhlaskan janji seseorang yang tidak terpenuhi, menerima kekecewaan yang begitu melukai, dengan tegas meninggalkan sesuatu yang tak kunjung pasti, melupakan sesal yang belum usai dan akan menemukan alasan melanjutkan hidup setelah sebuah rasa di sia-siakan.Makanya, di catatkan: usaha tidak akan mengkhianati h
Seringaian Ayana nampak mengerikan. Es krim di tangannya lebur oleh remasannya. Sedang matanya menghujam penuh kilat benci dan dendam di satu objek; Pulung.Kini, tidak ada lagi cara ataupun ampun untuk Ayana bertindak. Ia akan berlaku bengis pada Pulung yang sudah merebut atensi putrinya. Bahkan sekadar memberi es krim saja dirinya mendapat penolakan. Bumbungan dendam memuncak. Ayana sangsi tidak berlaku khilaf.Harus ada pertumpahan darah jika itu di perlukan. Dan kalau tidak bisa, apa yang menjadi miliknya telah di rebut, maka Ayana akan getol mengekori Naomi. Memisahkan—memengaruhi—sang putri untuk membenci Pulung.Lihat dan tunggu!Semua perlakuan Pulung, membangunkan sisi kejam di diri Ayana. Perlahan dan rasakan. Lalu nikmati kesakitannya.“Omi mau es krim.”Rungu Ayana tidak tertutup. Tungkainya seratus persen tertancap di dasar bumi. Mendengar rengekan putrinya yang menginginkan es krim sedang beberapa menit yang lalu menolak pemberiannya.“Kita buat di rumah mau?”Dan vokal
Pernah mendengar perbedaan manusia dan semut?Manusia memiliki kehidupan pribadi yang tak diketahui orang lain. Namun dewasa ini, yang terjadi malah sebagian orang tidak bisa menjalin hubungan jika tidak berbagi kehidupan pribadi. Mereka rela menyediakan dan memperdagangkan kehidupan pribadi demi berbaur dengan banyak orang untuk hidup lebih baik. Privasi yang dimiliki manusia dianggap sebagai kelemahan dan produk yang hanya bisa dimiliki manusia. Kelemahan inilah yang sering di kumpulkan untuk di manfaatkan.Sedang semut, mereka bisa bekerja sama, berbaur dengan kawanan lainnya, saling bergotong royong agar bisa mencapai tujuan yang sama.Tak ubahnya dengan kehidupan di desa dan di kota.Kota memiliki pengertian sebagai sebuah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri khas perkotaan.Sedang desa menurut defisini universal ialah sebuah aglomeras
Manusia itu lucu.Mereka selalu menyimpan rahasia dan membuat undang-undangnya sendiri untuk bisa menghukum siapa yang salah menurutnya. Undang-undang yang mereka ciptakan hanya berlaku untuk melindungi dirinya sendiri bahkan privasinya. Tapi bagaimana dengan mereka yang lebih asik mengulik masalah ataupun privasi orang lain?Aneh kan? Di saat kita mati-matian menyembunyikan tentang siapa kita, seperti apa keseharian kita, bagaimana kita yang sebenarnya, sebagain orang justru menginvasi bahkan menikmati apa yang telah kita sembunyikan. Seolah privasi tidak bisa menjadi milik pribadi kita seutuhnya. Rasanya miris sekali mendapati pandangan dunia menyoal privasi yang kita tutupi rapat-rapat bisa terungkap secara jelas. Hanya dengan segepok uang, seolah privasi murni tak benar-benar ada di dunia ini. Layaknya menjual barang loakan semuanya bisa langsung termonitor dengan jelas. Lantas di bumbui dengan macam-macam rasa agar kontaminasi yang di buat meletupkan bom waktu tepat sasaran.
Pertama kalinya menginjak usia pernikahan ke dua bulan, perselisihan antara Ardika dan Pulung terjadi.Pagi itu, di lewati seperti biasa. Pulung siapkan air hangat untuk suaminya bebersih. Pulung sediakan kemeja serta dasi yang senada warna agar cocok di padu padankan. Tak lupa secangkir kopi tergeletak di samping nakas ranjang. Senyum Ardika ketika kelopak matanya terbuka mengiring menawan.Selesai dengan urusan suami, Pulung beralih ke putrinya. Benar, Pulung sudah menganggap begitu. Tidak ada istilah anak sambung tapi entah dengan Naomi ketika beranjak dewasa nanti. Apakah masih akan menganggap mama murni yang sebenar-benarnya dia ketahui atau berubah arti. Pulung enggan memusingkan hal itu. Baginya, hidup seperti ini sudah lebih dari cukup.Baik. Kita skip bagian itu.Putrinya selalu di sediakan susu. Itu baik untuk tulang. Jadi Pulung beri perhatian lebih pada pertumbuhan sang putri. Termasuk konsumsi makanan empat sehat lima sempurna. Sepintar Pulung mengelola agar Naomi tidak b