Share

Bab 15

“Papa serius?” Naomi heboh. Ardika mengangguk. “Nggak bohong, kan?” Ardika mencebik kesal. “Nggak boleh marah sama anaknya.”

Matilah. Anaknya semakin di depan saja soal omongan.

“Papa serius Omi.” Bersorak girang. Anggukan Ardika tidak lebih jelas dari suaranya. Dan begitu saja langsung hengkang yang sejak tadi gelibet di kamar Ardika.

“Omi mau es krim.”

“Lainnya.”

“Es krim Papa.”

“Pakai syarat.”

“Apa?” Matanya mengerjap lucu. Ardika terkekeh.

“Belajar narinya lebih giat lagi.”

“Oke.”

Sudah begitu saja? Napas Ardika berembus kesal. Anaknya itu akrobat dari mana ketika jebrol model begitu. Seingatnya dulu gaya bercintanya dengan Ayana biasa saja. Tidak pakai model yang kekinian. Penting jadi.

Berat sekali. Ardika jadi teringat zaman mencintai Ayana dulu. Tidak mudah karena terpisah jarak. Waktu bertemu juga terbatas. Tentu Ardika terus-terusan menyatakan cinta. Sebelum terlambat dan berakhir dengan kekecewaan.

Tapi, manusia memang banyak berharapnya. Ardika tidak kecewa di awal melai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status