Share

Titik Terang

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-22 09:43:20

"Kenapa bibirmu bengkak?"

Wajah Yumi menegang, dia berusaha untuk menguasai dirinya agar terlihat tenang. Matanya menatapku tanpa kedip.

"Bukan apa-apa," sahutnya. Dia mengalihkan perhatian pada dinding di sampingnya.

Aku menatapnya, tak ada kurangnya wanita ini, wajah cantik luar biasa. Wajah oval dengan hidung yang mancung, alisnya terbentuk rapi secara alami. Bibirnya kecil tapi padat, kulitnya halus dan memiliki tinggi ideal serta lekukan yang sempurna. Sayang, tak sedikit pun aku tahu, sehalus apa kulit putih itu.

"Yumi, kau ingat bagaimana kita menikah? Kita dijodohkan, karena orangtua kita merasa kita cocok. Aku yakin kau wanita yang baik, dan aku menjamin bahwa diriku adalah suami yang bertanggung jawab. Akan tetapi, sudah setahun lamanya, kau tetap menjaga jarak dan batas padaku, kau hanya melakukan tugas rumah layaknya wanita pada umumnya. Akan tetapi, suami tak hanya butuh itu, Yumi."

Yumi tak berkutik, dia bahkan tampak tak terpengaruh dengan semua nasehatku.

"Kita harus menciptakan rasa cinta di dalamnya, karena tanggung jawab ayahmu telah berpindah ke pundakku. Jika ada yang terasa di hatimu, bicaralah! Aku akan mendengarkan. Aku bersedia membuka diriku untukmu, dan sebaliknya kuharap kau juga begitu."

Yumi menoleh padaku, dengan pandangan datar.

"Jangan terlalu banyak menuntut, Mas. Aku telah lakukan apa yang menjadi tugasku, kecuali hubungan tempat tidur."

"Maksudmu mencuci, mengepel dan memasak? Pembantu juga bisa melakukannya. Kau adalah istri, bukan pelayan. Ada apa sebenarnya, jika kau tak suka padaku, kenapa kau tak menolak saja saat kita dijodohkan. Kau malah mengangguk tanpa pikir panjang. Saat ini, kita telah terikat, mau tidak mau kita harus menjalaninya."

"Kau tak mengerti apa-apa, Mas."

"Kalau begitu, buat aku mengerti, berikan satu alasan kenapa kau begitu dingin padaku."

"Belum saatnya kau tau. Aku masih perlu waktu."

"Sampai kapan? Aku punya batas sabar. Jika kau tak juga berubah, aku akan mengembalikanmu pada orangtuamu."

Kurebahkan tubuhku, aku memejamkan mataku, membelakangi Yumi yang masih terpaku.

***

Jam tiga dini hari, aku mendengar suara keributan di kamar sebelah seperti suara bertengkar, bersamaan dengan  sisi ranjangku yang kosong. Aku terlalu lelah untuk melihat sendiri. Siapa lagi yang bertengkar kalau bukan Yumi dan Laura.

Paginya, kulihat Laura menarik kopernya tanpa permisi. Matanya bengkak seperti habis menangis, sedangkan Yumi hanya menatap kepergiannya tanpa berbuat apa-apa.

"Kenapa dia? Apa kalian bertengkar?"

Yumi mengedikkan bahunya sambil menyodorkan teh hangat padaku.

"Dia hanya emosi, nanti akan kembali lagi seperti sedia kala."

"Aku dengar kalian bertengkar."

"Hanya kesalah pahaman kecil. Dia hanya cemburu, karena kekasihnya menikah dan tak kunjung bercerai dengan suaminya." Yumi menyesap teh-nya.

Aku tersedak. Laura cemburu pada kekasihnya yang tak kunjung bercerai dengan suaminya. Harusnya Laura cemburu karena kekasihnya tak kunjung bercerai dengan istrinya. Aneh. Apa aku yang salah dengar.

"Tunggu! Kekasihnya yang tak kunjung bercerai dengan suaminya?" Aku mengerutkan kening, menatap Yumi penuh selidik.

"Maaf, maksudku, dengan istrinya." Yumi buru-buru bangkit menghindari tatapanku.

***

"Ibuku menyuruh kita ke rumah," kata Yumi setelah kami makan malam. Memang, kami jarang berkunjung ke rumah orangtua Yumi, tapi sering berkunjung ke rumah orangtuaku. 

Entah perasaanku saja, Yumi terlihat tak begitu dekat dengan ke-dua orangtuanya. Atau dia memang dingin pada semua orang? Entahlah.

"Ibu tadi menelpon, apa aku sudah hamil."

Aku berhenti mengunyah. Menatap wajah datar  Yumi. Dia memang anak satu-satunya, pasti ibunya mengharapkan cucu.

"Lalu, kau bilang apa?"

Yumi mengedikkan bahunya.

"Kubilang, belum, karena belum rezeki."

"Walaupun sebenarnya kau tak berniat, kan?"

Yumi mengangkat wajahnya, menatapku agak lama. Tatapan datar tanpa perasaan seperti sebelumnya. 

"Tidak, aku tidak berniat memiliki anak."

"Kenapa, kenapa, Yumi?!" 

Ada gejolak kemarahan di dadaku mendengar pengakuan wanita yang menjadi istriku itu. Bagaimana bisa dia tak berniat untuk punya anak sedangkan dia memiliki suami yang mengharapkan keturunan?

"Aku tak suka anak kecil, anak kecil sangat merepotkan, anak juga akan membuat tubuh melar dan tak kencang lagi."

"Alasan gila," sahutku. "Wanita sejati, takkan pernah menolak untuk punya anak, karena status seorang Ibu, adalah status yang sangat diimpikan para wanita. Aku tak percaya ini." Kugelengkan kepalaku berulangkali.

"Dan aku, bukan termasuk wanita itu." Dia menjawab tegas.

Amarah di dadaku terasa membakar, tanpa bisa kutahan, aku bangkit mendekatinya, mencekal lengannya dan menariknya ke hadapanku. Dia meronta, tapi aku mengenalnya sekuat tenaga sehingga dia meringis kesakitan.

"Aku menginginkan anak, kau istriku, maka kau yang akan melahirkannya. Kau mengerti?!"

"Lepas!" 

"Aku punya batas sabar, semua keanehanmu akan kucari tahu. Termasuk, kedekatanmu dengan Laura. Aku mencium gelagat tak wajar di antara kalian."

"Lepas! Sakit." Dia meringis.

Bibir mungil yang selalu berkata dingin, aku ingin tau, apa lagi keahliannya selain itu. Entah setan dari mana, kutarik tengkuk Yumi, membungkam mulut itu dengan caraku yang masih amatir. Rasanya manis, kemudian ... Sakit.

"Auhh!" ringisku, Yumi mengigit, bibirku mengeluarkan cairan yang sempat tercecap, asin. Pasti darah.

"Jangan menyentuhku!" Dia menatapku tajam. Pandangan murka dan amat marah. Bahkan dia menghapus kasar bibirnya sendiri.

"Kau milikku, selagi kita terikat pernikahan, kau hak-ku. Aku bisa saja merampasnya dengan paksa." Kali ini kami akan bertengkar hebat.

"Jangan macam-macam, Adit!" ancamnya. Dia memanggilku tanpa sebutan 'Mas', artinya dia amat marah. "Aku tak pernah meminta apa pun darimu, jangan minta apa pun dariku. Karena aku tak akan memberikannya."

Seharusnya aku menceraikan wanita ini, bukan? Akan tetapi aku malah tertantang untuk menaklukkannya. 

Kuusap bibirku yang masih berdarah. Yumi masih melemparkan tatapan permusuhan. Baru saja aku ingin menjawab perkataannya. Bunyi ketukan pintu mengalihkan perhatian kami.

"Aku pulang!"  Sang pemilik suara sampai di depan kami, bahkan masuk tanpa menunggu dibukakan pintu.

Mata Yumi yang tadi garang, sinarnya meredup, malah berganti dengan tatapan hangat. Senyum tipis muncul di bibirnya.

Laura menatapku, dia sempat melihat ke arah bibirku yang berdarah. Lalu menatap ke arah Yumi dengan pandangan masam.

"Aku lapar, apa kau sudah memasak, Yumi?" tanya dia santai. Yumi tak menjawab, tapi dia berjalan ke arah dapur, mengambil piring dan gelas baru.

Tinggal aku dan Laura.

"Kenapa kembali? Tak bisa berpisah dengan kekasihmu? Dia sangat ganas. Lihatlah!" Kupamerkan bibirku yang terluka. 

Mata Laura berkaca-kaca. Ya, aku mulai menemukan titik terang. Laura cemburu.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
La Ono Sofan
waduh kok ngene
goodnovel comment avatar
siswaniabas
hiiii...ngeri ...
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Pasangan lesbian pantas ndak mau disentuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Malam Pertama yang Hambar

    Aku tersenyum menang, saat Laura menatapku tanpa kedip tapi mengisyaratkan rasa terluka. Ya, tak enak memang, dikhianati kekasih sendiri. Kekasih yang membuatku geli dan perutku mendadak mual. Bagiamana dua wanita yang memiliki kecantikan di atas rata-rata itu saling tertarik? Pantas saja Yumi kebal dengan pesonaku. Walaupun aku tak seganteng artis Korea, di kantor aku cukup populer."Apa ... Apa yang kalian lakukan?" Suara Laura bergetar."Kira-kira apa yang dilakukan orang yang telah menikah? Aku rasa kau cukup cerdas, dan tak perlu kuberi tahu."Laura terlihat meremas tali tas kecilnya, seiring dengan Yumi yang muncul di hadapan kami.Aku bangkit, membantu Yumi meletakkan gelas. Bahkan dengan sengaja merangkul pinggangnya di depan mata Laura. Tak kupedulikan tatapan protes Yumi, menjadi pihak ke-tiga dari pasangan aneh, ternyata seru juga."Tak usah, aku mendadak kenyang." Laura berkata dingin, mendorong kembali piring yang diberikan Yumi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Bimbang

    POV AyumiLima belas tahun yang lalu"Wah, inikah cewek yang dibilang sama Tiger, masih ingusan ternyata, gue pikir udah SMA, ternyata roknya masih dongker."Salah seorang dari mereka yang mengeroyokku, menilaiku dengan tatapan kurang ajar. Aku tahu, sebentar lagi akan menemukan bahaya. Akan tetapi aku tetap mencoba tegar berdiri di atas kakiku sendiri dan tak menampakkan rasa takut."Menjauhlah! Aku mau lewat." Kukayuh sepedaku kembali menyusuri jalan sepi yang di kiri dan kanannya adalah lahan kosong. Jarak rumah dan sekolah lebih dekat jika ditempuh dengan jalur ini.Mereka anak SMA sebelah, biasa mangkal di sini. Akan tetapi, selama mereka tidak menganggu. Namun, saat pria beringas yang baru saja datang itu, mereka malah ikut-ikutan jahat."Tak semudah itu Nona Manis," sahut pria asing yang masih memakai seragam SMA itu, dia tak pernah kulihat, akan tetapi melihat gelagatnya, kuyakin dia anak yang bandel."Tak apa, rok masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Sendirian

    Aku tak mampu meraba ke mana arah kalimat Yumi barusan, dia melepaskan cekalan tangannya. Menatapku dengan pandangan tak bisa kujelaskan, ada rasa putus asa di sana.Andaikan Ayumi adalah wanita yang terbuka, akan tetapi dia bagaikan teka teki yang rumit. Aku bahkan hanya menemukan kebingungan setiap mencerna setiap sikapnya."Aku harus pergi, aku bisa terlambat," kataku pada Yumi. Yumi bahkan tak mengedipkan matanya, akan tetapi mata indah itu terlihat mengembun. Sejak malam pertama kami, Yumi berubah menjadi sosok yang amat rapuh."Aku pergi, jika Laura datang, usir dia! Aku mengharamkan rumahku diinjak olehnya. Kau mengerti?"Yumi tak menjawab, tangannya menghapus air mata yang mulai menetes."Kenapa kau menangis?" Kuhela napasku, segala tingkah Yumi tak pernah kumengerti."Aku tak memiliki alasan untuk tertawa, Mas. Pergilah! Hati-hati di jalan."Dia berbalik. Berjalan lurus menuju kamar kami."Apa kau ingin dib

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hamil

    "Hentikan itu!" Aku merebut pisau dari tangan Yumi, melempar benda itu ke dinding, menghasilkan bunyi benturan kecil di sana. Yumi kaget dan tak menyangka aku datang di waktu yang tepat. Saat masuk tadi, aku mendapati pintu rumah dalam keadaan terbuka, kemudian kudengar suara bercakap-cakap kecil, sempat kukira Laura datang kembali, ternayata Yumi yang menatap dirinya di depan cermin."Kau gila ...." Kuguncang bahu Yumi, matanya kosong. Lalu detik kemudian, dia menangis."Kenapa kau cegah aku? Kenapa kau lempar pisaunya? Aku baru saja menemukan cara agar penderitaaanku berakhir." Yumi merosot, namun dia kembali merangkak memungut pisau itu. Sia-sia, benda tajam tersebut lebih dulu ketendang.Aku merasakan emosi dan kebingungan, tanpa pikir panjang, kupanggul dia ke luar kamar, tak mengacuhkan rontaan Yumi.Apakah selain aneh, memiliki kelainan, aku juga menikahi wanita sakit jiwa? Yang berniat mengakhiri hidupnya dengan alasan yang tak jelas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Perjodohan ( PoV Adit )

    "Sudah berapa usiamu, Dit?" tanya Ibu sambil menyiapkan kopi untukku. Wanita yang lemah lembut dan amat penyayang. Tak bertanya pun, Ibu tahu berapa usiaku, karena aku anak satu-satunya dan beliau takkan lupa tanggal berapa dan tahun berapa aku dilahirkan."Sebentar lagi tiga puluh, pasti Ibu ingin menyuruh mencari istri lagi, kan? Ayolah, Bu. Aku belum menemukan tambatan hati."Ibu meletakkan kopi di depanku, dia menatapku dengan pandangan lelah."Jadi, Ibu yang akan terus membuat kopi untukmu? Umur segini, harusnya ibu menimang cucu.""Ibu ...." Aku kehabisan kata-kata. Sialnya, Ibu menangis."Ibu, aku tak suka Ibu seperti ini." Aku bangkit, memeluk tubuh Ibu yang kecil."Jangan seperti ini, tak ada yang kurang dari kita, kita diberikan harta yang cukup, tubuh yang sehat, tak ada alasan lagi untuk bersedih, jangan begini, ya, Bu.""Terus Ibu harus bagaimana? Apakah Ibu akan mati di ranjang yang dingin tanpa melihat anak Ibu menikah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Yumi yang Rumit

    Yumi membuka matanya perlahan, dia agak kaget saat mendapati wajahku tengah dekat dengan wajahnya. Bahkan dia langsung mengambil jarak dariku. Aku tak bermaksud apa-apa, aku hanya memastikan dia masih bernapas atau tidak. Sebuah pikiran gila yang menakutkan, karena bisa saja dia meminum sesuatu dan mencoba bunuh diri lagi."Kau sudah tak apa-apa?" tanyaku memastikan. Yumi yang mengubah posisi berbaring menjadi duduk bersandar ke kepala ranjang menggeleng sekilas."Aku baik-baik saja.""Ayo kita ke Dokter!""Tidak," sahutnya dengan suara tinggi nyaris membentak, aku melihat kepanikan dan ketakutan saat aku menyebut kata Dokter. Selain takut disentuh, apa dia juga takut dengan dokter? Aneh sekali."Yumi, kondisimu lemah, aku takut terjadi apa-apa dengan kandunganmu, kita belum pernah konsultasi, kan?"Yumi tak bergeming, tatapan matanya yang sayu hanya menikmati pemandangan dinding berjarak beberapa meter di depannya."Apa aku bis

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Kilatan di Mata Yumi ( PoV Adit )

    "AC di kamar tamu tidak terasa," ucap Yumi yang tiba-tiba datang di kamarku. Setelah makan malam yang lebih tepat dikatakan tengah malam, aku meminum obat. Reaksi obat cukup cepat, sehingga aku merasakan keinginan untuk bersin berkurang. Hanya saja hidungku masih tersumbat."Kita perlu mencari tukang service untuk membersihkannya, terakhir kali dibersihkan, enam bulan yang lalu, tentu debu telah menempel di dalamnya."Aku tahu pasti, Yumi paling tak suka dengan udara panas. Sedangkan kamar kami, AC menyala dengan maksimal. Mungkin kami mengabaikan kamar tamu, yang jarang ditempati, sehingga lupa memeriksanya secara berkala."Lalu, bagaimana?" tanyaku padanya, apakah dia menyuruhku ke sana dan dia di sini? Itu terdengar kejam."Aku tak bisa tidur, entah kenapa malam ini juga terasa gerah dari biasanya.""Tidur di sini saja." Aku menarik selimut kembali. Yumi masih berdiri tegak tanpa bergerak."Tak usah takut, aku takkan menyentuhmu." A

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Lelaki Berbeda ( PoV Ayumi )

    "Bagaimana keadaanmu?"Pertanyaan yang sama, pertanyaan yang amat kusukai. Mungkin remeh bagi sebagian orang, tapi tidak bagiku. Aku suka saat Adit peduli, senang saat dia mengkhawatirkanku, setidaknya pertanyaan itu berarti aku masih dibutuhkan.Sejak kejadian bertahun-tahun silam, nyaris tak ada yang bertanya bagaimana keadaanku. Ayah dan Ibu sibuk dengan dunianya, dia tak lagi peduli pada anak yang dulu dibanggakannya. Mungkin mereka merasa, bahwa aku tak lagi berguna, tak lagi memiliki masa depan. Ya, masa depan apa yang dimiliki wanita yang hampir gila, yang pernah mengurung diri selama berbulan-bulan di dalam kamar dan takut terkena cahaya matahari."Yumi?""Eh, aku ... Baik." Aku menyahut setelah terbangun dari lamunan. Pria itu, yang memiliki tatapan setajam elang dan memiliki senyum sehangat mentari, tengah duduk dengan beberapa jarak di antara kami. Mataku mengawasinya, melihat bagaimana kelopak matanya bergerak sambil mengamati wajahku. O

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07

Bab terbaru

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Pipi Merah Jambu Yumi ( End )

    Rujuk, dengan cara nikah kembali karena Yumi telah melewati masa Iddah. Rasanya seperti penganten baru lagi, sayangnya Yumi masih sama, tak menampakkan ekspresi berlebihan. Dia terlihat lebih tenang, dibanding aku yang gelisah.Para tetangga dan keluarga sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Tinggal aku dan Yumi yang sibuk membereskan sisa makan malam yang dihadiri oleh beberapa orang itu. Makan malam sekaligus doa selamatan atas rujuknya kami.Setelah pekerjaan selesai, Yumi duduk di sofa di sampingku, bersandar ke sisi sofa. Keringat mengalir di lehernya, sedangkan tanganku gatal ingin mengusapnya. Tanpa bisa kutahan, jemariku mendarat di sana, sementara Yumi terkesiap dan menjauh, pipinya merona."Maaf, aku hanya mengusap keringatmu," kataku, kurasakan tenggorokanku kering. Adegan ini, serasa menegangkan bagi kami.Yumi buru-buru mengambil tisu di depannya, lalu mengusap leher jenjangnya. Semua itu tak lepas dari pengamatanku. Wanita ini sungguh cantik."Melelahkan juga."Y

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Rasa Itu

    POV AditAku berulangkali ke kamar mandi menyelesaikan segala hajat yang menganggu itu. Perutku sangat mulas, sudah dari dua jam yang lalu, bolak-balik ke kamar mandi."Apa yang aku makan?"Aku bergumam sendiri, mengingat apa saja yang telah masuk ke dalam perutku.Ya, nasi bakar acar. Aku sempat memakannya. Apakah karena irisan cabe rawit dan nenas muda itu?"Sial!"Aku kembali kabur ke toilet. Beberapa menit lalu keluar lagi. Rasanya sangat menyebalkan.Aku butuh teh pahit, teh yang amat pekat untuk meredakan semua gangguan perutku. Hanya Yumi yang bisa membuatnya, karena dia sendiri yang menunjukkan resep obat itu padaku.Mencoba mengabaikan rasa mulas yang kembali mendera, kubuka pintu hotel. Mengetuk pintu kamar Yumi. Tak lama setelah itu, Yumi muncul. Rambut pendeknya diikat satu, sebagian lepas dari ikatannya dan membingkai cantik wajahnya."Yumi ... Toilet ...."Aku menorobos masuk ke dalam kamar Yumi, membuka pintu yang kuyakin adalah toilet. Setelah semua isi perut itu kelu

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Seperti Remaja Kembali

    POV Adit Katakan saja aku tolol. Ketidak berdayaan Yumi menolak tawaranku begitu membuat hatiku bahagia. Wanita yang muncul dengan dress biru muda di bawah lutut itu, tengah berjalan menuju mobilku, setelah kulihat dia pamit pada Ibunya.Dia cantik, amat cantik, walaupun langkahnya belum cepat, kakinya sudah hampir sempurna. Dia semakin mempesona dengan sikapnya yang terlihat percaya diri.Kubuka pintu mobil untuknya, bahkan semasa kami menikah, sama sekali tak pernah kulakukan itu. Kami terbiasa mengurus diri masing-masing tanpa melibatkan pasangan. Lagi pula, Yumi bikan tipe wanita manja yang butuh bantuan. Dia bisa segalanya, dan jarang meminta tolong."Maaf, aku agak terlambat," katanya mencari posisi duduk yang pas. Sama sekali tak menatapku, khas Yumi yang cuek. Kuhirup aroma wangi lembut yang memenuhi Indra penciumanku. Wangi yang sama, yang kuhapal selama dua tahun terakhir."Mungkin aku yang datang terlalu cepat."Aku berusaha menyenangkan hatinya, seolah-olah ini adalah kes

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Menjadi Koki

    POV YumiBulan ke tiga, semua terasa begitu menakjubkan. Kakiku sudah bisa dipijakkan pasca pembukaan pen satu bulan yang lalu. Walaupun belum bisa digunakan secara utuh, namun dia sudah mulai tampak normal layaknya sebelum kecelakaan itu terjadi. Banyak hal yang kusyukuri, setelah sempat putus asa dan ingin mati, lalu diberi kesempatan mati, malah aku berpikir ingin hidup. Tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk hidup, bahkan untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.Selama di sini, banyak hal yang kupelajari. Aku belajar dari apa yang kulihat, yang kudengar dan yang kurasakan.Aku lebih mencintai diri sendiri dari pada sebelumnya. Seperti kata Mamak, aku harus mengizinkan diriku untuk bahagia."Selamat sore, Yumi."Aku menoleh, Dokter Frans, yang selama ini menanganiku di rumah sakit, datang ke apartemen yang kami sewa. Begitu mendadak, bahkan tanpa memberi kabar terlebih dulu.Kata Ibu, kami berasal dari kampung yang sama. Ibunya Frans dan Ibuku adalah teman saat SMA dulu. Fran

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Gundah

    POV Adit "Bagaimana keadaannya?" tanya Mutia padaku, kami tengah makan siang bersama di kantin kantor. Mutia tahu persis masalahku dengan Yumi. Dia juga selalu memberiku semangat dan nasehat."Dia baik, sudah kembali ke rumah. Aku yang menemani orang tuanya menjemputnya ke sana. Walaupun sempat terjadi drama dan perdebatan, akhirnya Yumi menurut juga.""Kau sendiri?""Maksudmu?""Ya, kau sendiri bagaimana? Apa kau baik? Bukankah bertemu dengan Yumi adalah impianmu, sekarang dia sudah ditemukan. Lalu apa langkah selanjutnya?"Aku terpaku, apa langkah selanjutnya, aku pun tak tahu. Aku senang Yumi kembali, tapi aku tak bisa memastikan perasaanku padanya, setelah kulihat dia berubah ... Secara fisik."Masih mau rujuk?"Mutia tetap saja menyodorkan pertanyaan padaku, aku malah kehilangan selera makan."Artinya kau tak serius mencintainya." Mutia meletakkan sendoknya. Nasi yang dimakannya sudah tandas dalam waktu cepat. Aku tahu, Mutia memang belum menikah, tapi dia memiliki pemikiran yan

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hidup Baru

    POV Yumi"Makanlah!" Aku mengangguk. Ya, sehari berselang, Adit membawa ke dua orangtuaku ke tempat Mamak. Tak berdaya, aku terpaksa ikut dengan kedua orang tuaku, saat melihat Ibu pingsan ketika aku menolak keras. Jangan lupakan, ayah yang menatapku dengan penuh permohonan.Akhirnya, Mamak dan Pak Mukhsin, membujukku untuk lebih mematuhi orangtua. Aku tak berdaya, bahkan untuk melarikan diri dan menjauh dari semua orang.Di sinilah aku sekarang, di rumah yang selalu sepi. Entah kapan canda tawa terdengar di sini, aku tidak ingat. Banyak hal yang tidak kuingat. Ya, atau mungkin aku terlalu sibuk dengan diriku yang berlubang sengsara."Jangan terus menatapku, Bu. Aku merasa rendah diri, karena tak lagi memiliki wajah cantik." Aku menatap mangkuk yang berisi bubur jagung. Makanan kesukaanku, yang tak kuingat, kapan terakhir kali dia membuatkan untukku. Kenapa dengan keadaan begini, Ibu malah bersikap perhatian."Kenapa? Kau anakku, apa pun keadaanmu, kau tetap anakku. Menemukanmu dalam

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Bisakah?

    POV Adit Wanita itu enggan melihatku. Tongkatnya telah disandarkan ke dinding, sedangkan dia duduk dengan posisi satu kaki ditekuk. Aku kembali melihat salah satu kakinya yang cacat. Kaki jenjang dulu, tak ada lagi.Yumi menariknya, seakan ingin menyembunyikannya dari pandanganku. Entah mengapa, aku belum terbiasa dengan wajah Yumi yang baru. Ada perasaan asing menelusup di hatiku, setiap menatap wajahnya. Dia bukan Yumi yang dulu. Dia tak lagi ... Cantik.Aku berusaha mengenyahkan perasaan tak nyaman itu. Tapi, tetap saja tak bisa kuhindari.Kami hampir dua tahun hidup bersama. Berbagi banyak hal. Namun, saat ini kami seperti kehabisan kata-kata. Aku sendiri merasakan amat canggung di depan Yumi."Ayo pulang!" Entah ajakan keberapa, yang jelas sejak beberapa menit yang lalu, Yumi masih berkelit dan menolak."Aku tidak mau."Aku menghela napas kasar. Dari dulu, Yumi memang keras kepala."Apa kau tak pernah berpikir dari sisi orang lain, Yumi? Bagaimana perasaan orang lain padamu?"

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Dan ....

    POV Adit Apakah ini termasuk tidak sopan? Ketika sang penghuni rumah pergi, aku malah berkeliaran di rumah mereka, naik ke lantai dua tanpa izin terlebih dulu. Ini bukan diriku, aku orang yang beretika dan penuh sopan santun, akan tetapi kali ini aku ingin melanggarnya. Melawan akal sehat karena hatiku sangat penasaran, siapa yang dipanggil dengan nama yang sama dengan nama mantan istriku itu.Hanya aku yang tinggal di sini. Semuanya mungkin tengah asik berpesta memanen buah durian, apalagi Mutia yang sangat menyukai buah itu. Wanita itu, jika sudah dihadapkan dengan makanan, maka akan lupa segala-galanya.Berhasil, kakiku menjejak ke lantai papan di lantai dua itu. Hanya ruangan sederhana yang memiliki satu kamar, dengan pintu kamar tertutup rapat. Ada jendela kecil yang menghadap ke matahari sore. Angin sore bertiup ke dalam, menghadirkan sensasi menyenangkan.Dinding rumah ini sama-sama terbuat dari papan, cukup bersih dan rapi. Ada kasur tipis dan bantal kecil di atas lantai, ser

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Wanita Itu

    POV Adit "Turun dulu! Mobil musti didorong," kataku pada empat orang penumpang yang berada di mobilku. Pantas saja menejer bersikeras menyuruhku mengantar mereka, setelah melewati jalan tol, kami bertemu dengan jalan aspal kasar yang memiliki panjang kira-kira tiga kilo. Setelah itu, jalan tanah yang cukup lebar, bisa dilalui kendaraan roda empat, tapi banyak lubang."Turun? Yaaaah, masa kami dandan cantik-cantik musti turun?"protes Jesika, anggota marketing yang hanya kukenal sekilas. Aku tak suka dengan wanita centil."Mobil masuk lubang.""Yusman, ayo dorong! Kamu kan laki," kata Jesika."Masa aku dorong sendiri?""Masa kami para cewek yang bantu dorong?" Jesika tak mau kalah.Aku gerah dengan perdebatan itu. Sedangkan, Mutia dan Yusuf telah pergi dengan motor lebih dulu. Kupastikan mereka pasti sudah sampai. Motor besar Yusuf sangat cocok untuk Medan seperti ini.Alangkah bahagianya Mutia. Senyumnya sangat lebar saat ditawari Yusuf. Sedangkan aku hanya geleng-geleng kepala."Jes,

DMCA.com Protection Status