Beranda / Romansa / Setahun Menikah Masih Perjaka / Malam Pertama yang Hambar

Share

Malam Pertama yang Hambar

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-22 09:46:19

Aku tersenyum menang, saat Laura menatapku tanpa kedip tapi mengisyaratkan rasa terluka. Ya, tak enak memang, dikhianati kekasih sendiri. Kekasih yang membuatku geli dan perutku mendadak mual. Bagiamana dua wanita yang memiliki kecantikan di atas rata-rata itu saling tertarik? Pantas saja Yumi kebal dengan pesonaku. Walaupun aku tak seganteng artis Korea, di kantor aku cukup populer.

"Apa ... Apa yang kalian lakukan?" Suara Laura bergetar.

"Kira-kira apa yang dilakukan orang yang telah menikah? Aku rasa kau cukup cerdas, dan tak perlu kuberi tahu." 

Laura terlihat meremas tali tas kecilnya, seiring dengan Yumi yang muncul di hadapan kami.

Aku bangkit, membantu Yumi meletakkan gelas. Bahkan dengan sengaja merangkul pinggangnya di depan mata Laura. Tak kupedulikan tatapan protes Yumi, menjadi pihak ke-tiga dari pasangan aneh, ternyata seru juga.

"Tak usah, aku mendadak kenyang." Laura berkata dingin, mendorong kembali piring yang diberikan Yumi.

"Apa kau mengganti sampo-mu, Sayang? Aku lebih suka yang ini, lebih wangi." Kuendus rambut indah Yumi, dia berusaha mengelak. Mungkin tak ingin Laura semakin cemburu.

"Apa apaan kamu, Mas?" Dia mendelik. Dia menjauh, lalu duduk di depan Laura. Oh, ayolah! Aku ingin menyaksikan adegan bertengkar kalian.

"Tadi kau mengatakan lapar, sekarang kenyang.  Ada apa?"

"Aku tak lagi berselera melihat tingkah kalian."

Yumi mendadak kaget, dia tak pernah memberitahuku akan penyimpangannya. Saat ini, Laura menunjukkan rasa cemburu terang-terangan.

"Kau salah, datang diwaktu yang tak tepat, bagaimanapun, kami masih pengantin baru." Aku ikut berbicara. Yumi kembali melayangkan tatapan protes, marah? Silakan saja! Aku tak peduli.

"Suamimu sudah tau, apalagi yang kau tunggu?! Ini sudah setahun seperti janjimu!" Laura berteriak. 

Yumi memejamkan matanya, mencoba meredam emosinya. 

"Aku tak ingin membahas ini di depannya."

Di depannya? Maksud Yumi adalah aku. Menggelikan, menjadi orang ke-tiga pasangan ini.

"Aku telah berkorban banyak untuk semua keinginanmu. Waktu yang kau janjikan bahkan telah lewat dua hari."

"Beri aku waktu sampai aku memiliki anak, kau tau, orangtuaku bukan orang yang mudah." 

Kali ini Yumi yang emosi. Rasanya lelah juga berasa di antara mereka. Aku akan memberikan waktu pada mereka untuk bertengkar.

Saat ini, aku hanya perlu mencoba ide temanku. Apakah ini dosa? Aku tak tahu. Yang jelas, untuk pertama ini harus pemaksaan dulu.

Akhirnya, beberapa menit kemudian, aku sampai di depan apotik. Malu juga rasanya saat menanyakan obat yang kumaksud, aku bahkan menunggu orang yang datang ke sana sepi dulu.

***

"Mana dia?" tanyaku pada Yumi, wajahnya kacau, pasti mereka bertengkar hebat.

"Dia pergi lagi."

"Aku tak mengizinkan dia kembali ke sini. Atau aku akan menelepon orangtuamu." Aku mengancam asal.

"Jangan!" Yumi bangkit dari duduknya. "Jangan pernah lakukan itu!"

Aku semakin curiga. Artinya, orangtua Yumi juga menyembunyikan ini padaku. Bahwa anak mereka tidak lurus.

Yumi terlihat lelah, kesempatan ini kugunakan untuk menjalankan strategi. Teh hangat yang sudah bercampur obat, kusodorkan pada Yumi dan disambut dengan dahinya yang berkerut.

"Apa ini?" Dia menatapku aneh.

"Minumlah! Kau pasti haus."

Dia menatapku dan gelas secara bergantian. Tapi pada akhirnya menerima dan meminumnya.

Apakah aku berdosa? Merampas hak-ku menggunakan cara yang licik?

***

Antara cemas dan gugup, mataku tak berhenti menatap Yumi yang mulai gelisah. Dia mengipasi dirinya sendiri seperti kepanasan padahal malam amat dingin. Berulang kali dia melepaskan nafas panjang.

Sengaja kukunci pintu kamar dan mencabut kuncinya. Aku tak ingin dia malah ke luar dan mencari Laura.

"Apa yang kau masukkan ke minumanku?" Yumi bertanya dengan napas terputus-putus. Tatapannya redup, hampir menangis.

Nyaliku ciut, ada penyesalan. Bukan, bukan seperti ini harusnya, aku memiliki agama yang kuat, apa artinya dia merasakan percikan itu tapi tak terjadi secara alami.

"Sial!" Dia mengumpat. Meninju dinding kamar kami. Dia mencakar dirinya sendiri.

Aku bergerak menghentikan tangannya.

"Maafkan aku!"

"Kau ...." Dia menunjuk wajahku. Kemudian menangis. Baru pertama kulihat dia menangis. Menangis putus asa.

"Aku akan menolongmu ...."

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutku. Malam pertama yang telah tertunda selama setahun itu terjadi juga. Tapi aku merasa sangat kecewa, Yumi tak lagi memiliki penghalang layaknya perawan pada umumnya.

***

Paginya, aku mendapati Yumi sudah segar dengan rambutnya yang basah. Dia seakan melupakan kejadian semalam, buktinya dia menyiapkan sarapan seperti biasanya.

Tinggal aku yang penasaran, perasaan kecewa yang amat besar melanda hatiku. Bukankah kata orangtuaku Yumi baik? Akan tetapi, apa yang aku dapati jelas saja sangat mengecewakan. Suami mana yang akan menerima, saat dia menjaga diri selama ini, tapi mendapati istri yang tak lagi suci.

Aku mengamati punggung Yumi yang bergerak di depan kompor.

"Maaf, bawang gorengnya habis." Dia meletakkan dua porsi nasi goreng lengkap dengan toping bakso dan telur dadar. Masakannya tak pernah mengecewakan.

Kuamati wajahnya yang makin dingin, kutahu dia pasti amat marah, tapi sepertinya dia tak mau mengungkit apa yang semalam terjadi.

"Masalah semalam ...."

Yumi meletakkan sendoknya agak keras di atas piring, sehingga bunyi dentingan itu terdengar keras.

"Jangan bahas apa pun!"

"Aku memang menaruh obat diminumanmu."

"Aku tau, karena ini bukan pertama yang terjadi padaku." Dia mengangkat piring nasi gorengnya yang masih penuh. Aku tak tau pasti, berapa sendok yang baru masuk ke mulutnya.

Aku bangkit, menysulnya ke westafel. Kucekal lengannya membuat dia berbalik.

"Apa lagi?" Dia menengadah. Matanya berkaca-kaca.

"Katakan! Apa yang terjadi?"

"Jangan terlalu banyak tahu tentangku, Mas. Kau hanya akan terluka, karena aku takkan pernah pantas untukmu." Bibirnya bergetar. Satu tetes air mata berhasil turun dari kelopak matanya yang indah.

"Tak ada yang bisa kubanggakan padamu, selain kemampuanku dalam memasak. Sekarang kau menyesal, kan? Apa yang kau harapkan tak ada padaku."

Yumi mengusap air matanya. Semalaman aku berpikir, merasa kecewa dan bodoh. Akan tetapi, wanita itu masih menutup diri dan membuatku hanya bisa menerka-nerka.

"Antarkan aku ke rumah orangtuaku, aku ingin istirahat selama tiga hari."

"Aku akan ikut menginap."

"Mas," cegahnya. Suaranya mencicit, seakan begitu lelah.

"Aku ingin berdiskusi dengan Ayahmu, apakah melanjutkan pernikahan ini atau tidak."

Yumi memucat. 

"Ya, aku sudah menduga itu akan terjadi."

"Kalian telah menipuku, aku berhak mendapatkan penjelasan."

Aku meninggalkan Yumi di dapur, mengambil bekal makan siangku lalu pergi bekerja. Kata orang malam pertama terasa manis, apanya yang manis, sepanjang waktu Yumi menangis dan aku seperti orang gila yang bertingkah seperti pemerkosa.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ahmad
mana lg endingnya gini doang?
goodnovel comment avatar
Tessa M
cari perempuan lain aja. udah parah tu..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Bimbang

    POV AyumiLima belas tahun yang lalu"Wah, inikah cewek yang dibilang sama Tiger, masih ingusan ternyata, gue pikir udah SMA, ternyata roknya masih dongker."Salah seorang dari mereka yang mengeroyokku, menilaiku dengan tatapan kurang ajar. Aku tahu, sebentar lagi akan menemukan bahaya. Akan tetapi aku tetap mencoba tegar berdiri di atas kakiku sendiri dan tak menampakkan rasa takut."Menjauhlah! Aku mau lewat." Kukayuh sepedaku kembali menyusuri jalan sepi yang di kiri dan kanannya adalah lahan kosong. Jarak rumah dan sekolah lebih dekat jika ditempuh dengan jalur ini.Mereka anak SMA sebelah, biasa mangkal di sini. Akan tetapi, selama mereka tidak menganggu. Namun, saat pria beringas yang baru saja datang itu, mereka malah ikut-ikutan jahat."Tak semudah itu Nona Manis," sahut pria asing yang masih memakai seragam SMA itu, dia tak pernah kulihat, akan tetapi melihat gelagatnya, kuyakin dia anak yang bandel."Tak apa, rok masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Sendirian

    Aku tak mampu meraba ke mana arah kalimat Yumi barusan, dia melepaskan cekalan tangannya. Menatapku dengan pandangan tak bisa kujelaskan, ada rasa putus asa di sana.Andaikan Ayumi adalah wanita yang terbuka, akan tetapi dia bagaikan teka teki yang rumit. Aku bahkan hanya menemukan kebingungan setiap mencerna setiap sikapnya."Aku harus pergi, aku bisa terlambat," kataku pada Yumi. Yumi bahkan tak mengedipkan matanya, akan tetapi mata indah itu terlihat mengembun. Sejak malam pertama kami, Yumi berubah menjadi sosok yang amat rapuh."Aku pergi, jika Laura datang, usir dia! Aku mengharamkan rumahku diinjak olehnya. Kau mengerti?"Yumi tak menjawab, tangannya menghapus air mata yang mulai menetes."Kenapa kau menangis?" Kuhela napasku, segala tingkah Yumi tak pernah kumengerti."Aku tak memiliki alasan untuk tertawa, Mas. Pergilah! Hati-hati di jalan."Dia berbalik. Berjalan lurus menuju kamar kami."Apa kau ingin dib

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hamil

    "Hentikan itu!" Aku merebut pisau dari tangan Yumi, melempar benda itu ke dinding, menghasilkan bunyi benturan kecil di sana. Yumi kaget dan tak menyangka aku datang di waktu yang tepat. Saat masuk tadi, aku mendapati pintu rumah dalam keadaan terbuka, kemudian kudengar suara bercakap-cakap kecil, sempat kukira Laura datang kembali, ternayata Yumi yang menatap dirinya di depan cermin."Kau gila ...." Kuguncang bahu Yumi, matanya kosong. Lalu detik kemudian, dia menangis."Kenapa kau cegah aku? Kenapa kau lempar pisaunya? Aku baru saja menemukan cara agar penderitaaanku berakhir." Yumi merosot, namun dia kembali merangkak memungut pisau itu. Sia-sia, benda tajam tersebut lebih dulu ketendang.Aku merasakan emosi dan kebingungan, tanpa pikir panjang, kupanggul dia ke luar kamar, tak mengacuhkan rontaan Yumi.Apakah selain aneh, memiliki kelainan, aku juga menikahi wanita sakit jiwa? Yang berniat mengakhiri hidupnya dengan alasan yang tak jelas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Perjodohan ( PoV Adit )

    "Sudah berapa usiamu, Dit?" tanya Ibu sambil menyiapkan kopi untukku. Wanita yang lemah lembut dan amat penyayang. Tak bertanya pun, Ibu tahu berapa usiaku, karena aku anak satu-satunya dan beliau takkan lupa tanggal berapa dan tahun berapa aku dilahirkan."Sebentar lagi tiga puluh, pasti Ibu ingin menyuruh mencari istri lagi, kan? Ayolah, Bu. Aku belum menemukan tambatan hati."Ibu meletakkan kopi di depanku, dia menatapku dengan pandangan lelah."Jadi, Ibu yang akan terus membuat kopi untukmu? Umur segini, harusnya ibu menimang cucu.""Ibu ...." Aku kehabisan kata-kata. Sialnya, Ibu menangis."Ibu, aku tak suka Ibu seperti ini." Aku bangkit, memeluk tubuh Ibu yang kecil."Jangan seperti ini, tak ada yang kurang dari kita, kita diberikan harta yang cukup, tubuh yang sehat, tak ada alasan lagi untuk bersedih, jangan begini, ya, Bu.""Terus Ibu harus bagaimana? Apakah Ibu akan mati di ranjang yang dingin tanpa melihat anak Ibu menikah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Yumi yang Rumit

    Yumi membuka matanya perlahan, dia agak kaget saat mendapati wajahku tengah dekat dengan wajahnya. Bahkan dia langsung mengambil jarak dariku. Aku tak bermaksud apa-apa, aku hanya memastikan dia masih bernapas atau tidak. Sebuah pikiran gila yang menakutkan, karena bisa saja dia meminum sesuatu dan mencoba bunuh diri lagi."Kau sudah tak apa-apa?" tanyaku memastikan. Yumi yang mengubah posisi berbaring menjadi duduk bersandar ke kepala ranjang menggeleng sekilas."Aku baik-baik saja.""Ayo kita ke Dokter!""Tidak," sahutnya dengan suara tinggi nyaris membentak, aku melihat kepanikan dan ketakutan saat aku menyebut kata Dokter. Selain takut disentuh, apa dia juga takut dengan dokter? Aneh sekali."Yumi, kondisimu lemah, aku takut terjadi apa-apa dengan kandunganmu, kita belum pernah konsultasi, kan?"Yumi tak bergeming, tatapan matanya yang sayu hanya menikmati pemandangan dinding berjarak beberapa meter di depannya."Apa aku bis

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Kilatan di Mata Yumi ( PoV Adit )

    "AC di kamar tamu tidak terasa," ucap Yumi yang tiba-tiba datang di kamarku. Setelah makan malam yang lebih tepat dikatakan tengah malam, aku meminum obat. Reaksi obat cukup cepat, sehingga aku merasakan keinginan untuk bersin berkurang. Hanya saja hidungku masih tersumbat."Kita perlu mencari tukang service untuk membersihkannya, terakhir kali dibersihkan, enam bulan yang lalu, tentu debu telah menempel di dalamnya."Aku tahu pasti, Yumi paling tak suka dengan udara panas. Sedangkan kamar kami, AC menyala dengan maksimal. Mungkin kami mengabaikan kamar tamu, yang jarang ditempati, sehingga lupa memeriksanya secara berkala."Lalu, bagaimana?" tanyaku padanya, apakah dia menyuruhku ke sana dan dia di sini? Itu terdengar kejam."Aku tak bisa tidur, entah kenapa malam ini juga terasa gerah dari biasanya.""Tidur di sini saja." Aku menarik selimut kembali. Yumi masih berdiri tegak tanpa bergerak."Tak usah takut, aku takkan menyentuhmu." A

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Lelaki Berbeda ( PoV Ayumi )

    "Bagaimana keadaanmu?"Pertanyaan yang sama, pertanyaan yang amat kusukai. Mungkin remeh bagi sebagian orang, tapi tidak bagiku. Aku suka saat Adit peduli, senang saat dia mengkhawatirkanku, setidaknya pertanyaan itu berarti aku masih dibutuhkan.Sejak kejadian bertahun-tahun silam, nyaris tak ada yang bertanya bagaimana keadaanku. Ayah dan Ibu sibuk dengan dunianya, dia tak lagi peduli pada anak yang dulu dibanggakannya. Mungkin mereka merasa, bahwa aku tak lagi berguna, tak lagi memiliki masa depan. Ya, masa depan apa yang dimiliki wanita yang hampir gila, yang pernah mengurung diri selama berbulan-bulan di dalam kamar dan takut terkena cahaya matahari."Yumi?""Eh, aku ... Baik." Aku menyahut setelah terbangun dari lamunan. Pria itu, yang memiliki tatapan setajam elang dan memiliki senyum sehangat mentari, tengah duduk dengan beberapa jarak di antara kami. Mataku mengawasinya, melihat bagaimana kelopak matanya bergerak sambil mengamati wajahku. O

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hujan dan Debaran

    Malang bagi kami, saat di perjalanan. Hujan turun dengan lebatnya. Baju blus putih yang dilapisi kardigan itu langsung basah kuyup. Memang, saat di kafe tadi, langit sudah hitam mengandung awan."Apa kita berhenti mencari tempat berteduh?" Suara Adit agak keras mengalahkan deru hujan."Tanggung! Aku sudah basah!" seruku juga."Kau yakin?""Ya," sahutku lagi.Entah kenapa, sejak Adit menawarkan hubungan pertemanan, hatiku merasa sedikit bahagia. Perasaan dibutuhkan dan berharga, itu yang kurasakan. Sudah lama perasaan bangga ini tak kurasakan, bangga saat Adit mengkhawatirkanku."Pegang yang erat! Kita ngebut!" serunya lagi.Aku melingkarkan tanganku ke pinggangnya, menempel tanpa menyisakan jarak. Kulit kami bersentuhan saling meresapi rasa hangat walaupun dibatasi baju basah.Debaran itu lagi, debaran yang sama saat pertama aku mengiyakan perjodohan kami dulu.Debaran yang menjanjikan bahagia, yang tak sadar diri bahwa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12

Bab terbaru

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Pipi Merah Jambu Yumi ( End )

    Rujuk, dengan cara nikah kembali karena Yumi telah melewati masa Iddah. Rasanya seperti penganten baru lagi, sayangnya Yumi masih sama, tak menampakkan ekspresi berlebihan. Dia terlihat lebih tenang, dibanding aku yang gelisah.Para tetangga dan keluarga sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Tinggal aku dan Yumi yang sibuk membereskan sisa makan malam yang dihadiri oleh beberapa orang itu. Makan malam sekaligus doa selamatan atas rujuknya kami.Setelah pekerjaan selesai, Yumi duduk di sofa di sampingku, bersandar ke sisi sofa. Keringat mengalir di lehernya, sedangkan tanganku gatal ingin mengusapnya. Tanpa bisa kutahan, jemariku mendarat di sana, sementara Yumi terkesiap dan menjauh, pipinya merona."Maaf, aku hanya mengusap keringatmu," kataku, kurasakan tenggorokanku kering. Adegan ini, serasa menegangkan bagi kami.Yumi buru-buru mengambil tisu di depannya, lalu mengusap leher jenjangnya. Semua itu tak lepas dari pengamatanku. Wanita ini sungguh cantik."Melelahkan juga."Y

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Rasa Itu

    POV AditAku berulangkali ke kamar mandi menyelesaikan segala hajat yang menganggu itu. Perutku sangat mulas, sudah dari dua jam yang lalu, bolak-balik ke kamar mandi."Apa yang aku makan?"Aku bergumam sendiri, mengingat apa saja yang telah masuk ke dalam perutku.Ya, nasi bakar acar. Aku sempat memakannya. Apakah karena irisan cabe rawit dan nenas muda itu?"Sial!"Aku kembali kabur ke toilet. Beberapa menit lalu keluar lagi. Rasanya sangat menyebalkan.Aku butuh teh pahit, teh yang amat pekat untuk meredakan semua gangguan perutku. Hanya Yumi yang bisa membuatnya, karena dia sendiri yang menunjukkan resep obat itu padaku.Mencoba mengabaikan rasa mulas yang kembali mendera, kubuka pintu hotel. Mengetuk pintu kamar Yumi. Tak lama setelah itu, Yumi muncul. Rambut pendeknya diikat satu, sebagian lepas dari ikatannya dan membingkai cantik wajahnya."Yumi ... Toilet ...."Aku menorobos masuk ke dalam kamar Yumi, membuka pintu yang kuyakin adalah toilet. Setelah semua isi perut itu kelu

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Seperti Remaja Kembali

    POV Adit Katakan saja aku tolol. Ketidak berdayaan Yumi menolak tawaranku begitu membuat hatiku bahagia. Wanita yang muncul dengan dress biru muda di bawah lutut itu, tengah berjalan menuju mobilku, setelah kulihat dia pamit pada Ibunya.Dia cantik, amat cantik, walaupun langkahnya belum cepat, kakinya sudah hampir sempurna. Dia semakin mempesona dengan sikapnya yang terlihat percaya diri.Kubuka pintu mobil untuknya, bahkan semasa kami menikah, sama sekali tak pernah kulakukan itu. Kami terbiasa mengurus diri masing-masing tanpa melibatkan pasangan. Lagi pula, Yumi bikan tipe wanita manja yang butuh bantuan. Dia bisa segalanya, dan jarang meminta tolong."Maaf, aku agak terlambat," katanya mencari posisi duduk yang pas. Sama sekali tak menatapku, khas Yumi yang cuek. Kuhirup aroma wangi lembut yang memenuhi Indra penciumanku. Wangi yang sama, yang kuhapal selama dua tahun terakhir."Mungkin aku yang datang terlalu cepat."Aku berusaha menyenangkan hatinya, seolah-olah ini adalah kes

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Menjadi Koki

    POV YumiBulan ke tiga, semua terasa begitu menakjubkan. Kakiku sudah bisa dipijakkan pasca pembukaan pen satu bulan yang lalu. Walaupun belum bisa digunakan secara utuh, namun dia sudah mulai tampak normal layaknya sebelum kecelakaan itu terjadi. Banyak hal yang kusyukuri, setelah sempat putus asa dan ingin mati, lalu diberi kesempatan mati, malah aku berpikir ingin hidup. Tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk hidup, bahkan untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.Selama di sini, banyak hal yang kupelajari. Aku belajar dari apa yang kulihat, yang kudengar dan yang kurasakan.Aku lebih mencintai diri sendiri dari pada sebelumnya. Seperti kata Mamak, aku harus mengizinkan diriku untuk bahagia."Selamat sore, Yumi."Aku menoleh, Dokter Frans, yang selama ini menanganiku di rumah sakit, datang ke apartemen yang kami sewa. Begitu mendadak, bahkan tanpa memberi kabar terlebih dulu.Kata Ibu, kami berasal dari kampung yang sama. Ibunya Frans dan Ibuku adalah teman saat SMA dulu. Fran

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Gundah

    POV Adit "Bagaimana keadaannya?" tanya Mutia padaku, kami tengah makan siang bersama di kantin kantor. Mutia tahu persis masalahku dengan Yumi. Dia juga selalu memberiku semangat dan nasehat."Dia baik, sudah kembali ke rumah. Aku yang menemani orang tuanya menjemputnya ke sana. Walaupun sempat terjadi drama dan perdebatan, akhirnya Yumi menurut juga.""Kau sendiri?""Maksudmu?""Ya, kau sendiri bagaimana? Apa kau baik? Bukankah bertemu dengan Yumi adalah impianmu, sekarang dia sudah ditemukan. Lalu apa langkah selanjutnya?"Aku terpaku, apa langkah selanjutnya, aku pun tak tahu. Aku senang Yumi kembali, tapi aku tak bisa memastikan perasaanku padanya, setelah kulihat dia berubah ... Secara fisik."Masih mau rujuk?"Mutia tetap saja menyodorkan pertanyaan padaku, aku malah kehilangan selera makan."Artinya kau tak serius mencintainya." Mutia meletakkan sendoknya. Nasi yang dimakannya sudah tandas dalam waktu cepat. Aku tahu, Mutia memang belum menikah, tapi dia memiliki pemikiran yan

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Hidup Baru

    POV Yumi"Makanlah!" Aku mengangguk. Ya, sehari berselang, Adit membawa ke dua orangtuaku ke tempat Mamak. Tak berdaya, aku terpaksa ikut dengan kedua orang tuaku, saat melihat Ibu pingsan ketika aku menolak keras. Jangan lupakan, ayah yang menatapku dengan penuh permohonan.Akhirnya, Mamak dan Pak Mukhsin, membujukku untuk lebih mematuhi orangtua. Aku tak berdaya, bahkan untuk melarikan diri dan menjauh dari semua orang.Di sinilah aku sekarang, di rumah yang selalu sepi. Entah kapan canda tawa terdengar di sini, aku tidak ingat. Banyak hal yang tidak kuingat. Ya, atau mungkin aku terlalu sibuk dengan diriku yang berlubang sengsara."Jangan terus menatapku, Bu. Aku merasa rendah diri, karena tak lagi memiliki wajah cantik." Aku menatap mangkuk yang berisi bubur jagung. Makanan kesukaanku, yang tak kuingat, kapan terakhir kali dia membuatkan untukku. Kenapa dengan keadaan begini, Ibu malah bersikap perhatian."Kenapa? Kau anakku, apa pun keadaanmu, kau tetap anakku. Menemukanmu dalam

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Bisakah?

    POV Adit Wanita itu enggan melihatku. Tongkatnya telah disandarkan ke dinding, sedangkan dia duduk dengan posisi satu kaki ditekuk. Aku kembali melihat salah satu kakinya yang cacat. Kaki jenjang dulu, tak ada lagi.Yumi menariknya, seakan ingin menyembunyikannya dari pandanganku. Entah mengapa, aku belum terbiasa dengan wajah Yumi yang baru. Ada perasaan asing menelusup di hatiku, setiap menatap wajahnya. Dia bukan Yumi yang dulu. Dia tak lagi ... Cantik.Aku berusaha mengenyahkan perasaan tak nyaman itu. Tapi, tetap saja tak bisa kuhindari.Kami hampir dua tahun hidup bersama. Berbagi banyak hal. Namun, saat ini kami seperti kehabisan kata-kata. Aku sendiri merasakan amat canggung di depan Yumi."Ayo pulang!" Entah ajakan keberapa, yang jelas sejak beberapa menit yang lalu, Yumi masih berkelit dan menolak."Aku tidak mau."Aku menghela napas kasar. Dari dulu, Yumi memang keras kepala."Apa kau tak pernah berpikir dari sisi orang lain, Yumi? Bagaimana perasaan orang lain padamu?"

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Dan ....

    POV Adit Apakah ini termasuk tidak sopan? Ketika sang penghuni rumah pergi, aku malah berkeliaran di rumah mereka, naik ke lantai dua tanpa izin terlebih dulu. Ini bukan diriku, aku orang yang beretika dan penuh sopan santun, akan tetapi kali ini aku ingin melanggarnya. Melawan akal sehat karena hatiku sangat penasaran, siapa yang dipanggil dengan nama yang sama dengan nama mantan istriku itu.Hanya aku yang tinggal di sini. Semuanya mungkin tengah asik berpesta memanen buah durian, apalagi Mutia yang sangat menyukai buah itu. Wanita itu, jika sudah dihadapkan dengan makanan, maka akan lupa segala-galanya.Berhasil, kakiku menjejak ke lantai papan di lantai dua itu. Hanya ruangan sederhana yang memiliki satu kamar, dengan pintu kamar tertutup rapat. Ada jendela kecil yang menghadap ke matahari sore. Angin sore bertiup ke dalam, menghadirkan sensasi menyenangkan.Dinding rumah ini sama-sama terbuat dari papan, cukup bersih dan rapi. Ada kasur tipis dan bantal kecil di atas lantai, ser

  • Setahun Menikah Masih Perjaka   Wanita Itu

    POV Adit "Turun dulu! Mobil musti didorong," kataku pada empat orang penumpang yang berada di mobilku. Pantas saja menejer bersikeras menyuruhku mengantar mereka, setelah melewati jalan tol, kami bertemu dengan jalan aspal kasar yang memiliki panjang kira-kira tiga kilo. Setelah itu, jalan tanah yang cukup lebar, bisa dilalui kendaraan roda empat, tapi banyak lubang."Turun? Yaaaah, masa kami dandan cantik-cantik musti turun?"protes Jesika, anggota marketing yang hanya kukenal sekilas. Aku tak suka dengan wanita centil."Mobil masuk lubang.""Yusman, ayo dorong! Kamu kan laki," kata Jesika."Masa aku dorong sendiri?""Masa kami para cewek yang bantu dorong?" Jesika tak mau kalah.Aku gerah dengan perdebatan itu. Sedangkan, Mutia dan Yusuf telah pergi dengan motor lebih dulu. Kupastikan mereka pasti sudah sampai. Motor besar Yusuf sangat cocok untuk Medan seperti ini.Alangkah bahagianya Mutia. Senyumnya sangat lebar saat ditawari Yusuf. Sedangkan aku hanya geleng-geleng kepala."Jes,

DMCA.com Protection Status