Share

Bab 99. Puncak

Penulis: Nuri Art
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-25 05:44:09

“Rum, bisakah kamu bantu menggantikan kakek untuk datang ke sebuah acara di daerah puncak? Kakek ada undangan dari salah seorang teman bisnis kakek untuk hadir di acara pernikahan putranya,” ujar Kakek di meja makan saat kami baru saja selesai menyantap makan malam.

“Lho, kenapa Kakek tidak ke sana? Bukankah kakek yang di undang? Lagi pula, aku sama sekali belum kenal orangnya, kek. Kan kakek tahu, aku baru beberapa hari masuk ke perusahaan.”

Bukan aku ingin menolak permintaan kecil Kakek. Akan tetapi, bagaimana bisa aku ke sana tanpa mengenal siapa pun?

“Tenang saja, Rum. Kakek sudah meminta Rajendra untuk menemanimu ke sana. Lagi pula, dia juga dapat undangan yang sama dengan Kakek,” terang Kakek membuatku menghela napas berat.

“Kenapa harus dia yang menemaniku sih? Orang ini selalu saja membayangiku ke mana pun? Apa ini salah satu rencana kakek lagi?” gumamku pelan. Bahkan sangat pelan sehingga kakek mungkin saja tidak mendengarnya dengan jelas.

Mau menolak pun rasanya tidak mungk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Melly
rame nih lama2.lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 100. Puncak 2

    “Sejak kapan kamu di sini?” pekikku saat terkejut dia ternyata sudah ada di belakangku.Namun, Rajendra hanya mengangkat bahunya tak menjawab pertanyaanku satu patah kata pun. Ia hanya melintasi tubuhku dan dengan ekspresi wajah yang datar.“Ckk. Dasar lelaki aneh,” rutukku sambil menyusulnya hendak mengatakan keberatan.“Maaf, ya. Tuan Rajendra yang terhormat. Meskipun kakek mengatakan kalau kamu akan menemaniku menghadiri undangan kolega bisnisnya. Tapi, bukan berarti aku akan mau datang bersamamu. Sudah cukup hidupku dipermainkan olehmu beberapa bulan ini. Jangan harap kali ini aku akan menurut.“Dan, ya. Ada hal penting yang harus kutegaskan. Harusnya kukatakan dari beberapa hari yang lalu kalau aku ingin rencana pernikahan yang kau dan kakek rencanakan untuk kita lebih baik batal. Kumohon jangan ganggu hidupku lagi. Aku lelah, aku capek dengan semuanya. Tak bisakah kalian membiarkanku hidup dengan damai?” teriakku membuat pria sedingin kutub Utara itu menghentikan langkahnya.“Mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 101. Puncak 3

    “Non Arum, kami sudah menunggu dari tadi. Oh iya, kenalkan ini penjaga Villa milik Kakek, Non. Beliau biasa dipanggil Mang Dedi,” jelas Shella memperkenalkan Mang Dedi kepadaku. “Masya Allah Non, ternyata Tuan besar akhirnya bisa ketemu sama cucunya. Setelah sekian lama mencari tapi tak berhasil. Untunglah sekarang Non sudah pulang,” ujar Mang Deni dengan antusias. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.Shella mengajakku untuk masuk agar bisa segera beristirahat setelah beberapa jam melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Ketika melihat design interior Villa ini membuatku seketika p merasa takjub. Pertama kali melangkah ke dalam bangunan ini, aku dapat melihat ruangan tamu dengan warna coklat kayu yang mendominasi. Mungkin, kakek ingin mempertahankan nuansa alam agar membuat suasana hati penghuninya lebih tenang. Berbagai gaya ornamen berbentuk bulat, kotak-kotak danp berbentuk geometris, sebagai akses interior ruang tamu menunjukkan konsep minimalis bangunan ini. Aku juga j

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 102. Bermuka Dua

    “Kalian jangan macam-macam sama Non Arum. Kalian akan menyesal kalau mengganggunya,” pungkas Euis, berharap para pemuda itu akan ketakutan.Namun, salah satu dari mereka tetap ngotot dan menggodaku hendak melakukan hal yang tak pantas. Akan tetapi, seketika diri ini terkesiap ketika sebuah bogem mentah mendarat di pipi pemuda tersebut, berkali-kali juga dipukuli tanpa ampun sampai tersungkur di tanah. Mataku terbelalak melihat siapa orangnya. Kenapa dia ada di sini?“Berani kurang ajar dengan calon istriku, Hah?” tanya Rajendra dengan sorot mata setajam belati yang siap mengoyak musuhnya.Suaranya yang maskulin ketika menggertak terdengar lebih menakutkan. Apalagi, urat di lehernya mencuat, terlihat seperti benar-benar telah diliputi amarah yang memuncak, membuat beberapa pemuda yang tadi dia pukuli menciut karena takut.“Dasar pengec*t. Bisanya mengganggu wanita saja. Kalau kau berani mengganggu wanitaku, kalian akan habis saat ini juga,” bentak Rajendra. Para pemuda tersebut langsun

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 103. Bermuka Dua 2

    Sejak kejadian itu, entah kenapa aku selalu tak tenang. Kurasa ada sesuatu yang mengganjal di sudut hatiku. Akan tetapi, apa itu?Perasaan tak enak kembali menyelusup ketika mengingat Rajendra. Apa mungkin karena aku pergi tanpa berterima kasih kepadanya lebih dahulu? Bukankah kebaikannya kemarin itu tak tulus dan hanya untuk keuntungannya saja?Sepanjang malam aku tak bisa tidur, hanya bolak-balik merubah posisi di atas pembaringan. Beberapa kali kucoba untuk memejamkan mata, tetapi tetap tak kunjung terlelap. Ada apa sebenarnya dengan diriku ini?Kuambil ponsel milikku di atas nakas, mencari kontak pria kutub itu dan memilih berterima kasih di chat saja. Pesan yang telah kuketik tak urung kuhapus kembali. Apa cukup hanya mengucapkan terima kasih dalam pesan saja?Lagi-lagi diriku gamang. Harus bagaimana menghadapi masalah ini. Namun, ketika sedang mencoba memikirkan cara untuk berterima kasih kepada Rajendra, sebuah panggilan masuk di ponsel. Tercatat nama kakek di sana.Ada apa Kak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 104. Datang Bersama

    POV Arum. Aku berdecap sebal ketika melangkah masuk ke dalam gedung resepsi. Terpaksa diri ini berjalan berdampingan dengan Rajendra di sisiku. Aku bisa apa? Kalau bukan permintaan kakek, pasti aku sudah menolaknya untuk datang ke acara ini bersama si kutub. Pintar sekali pria ini membuatku tak berkutik dengan menggunakan kakekku. Awalnya, malas sekali aku harus berangkat bersama dengan pria ini. Rasa kesalku terhadapnya belum berubah sampai sekarang.“Jangan mempermalukanku dengan terus saja menekuk wajahmu di hadapan semua orang begini,” bisik Rajendra seraya mencondongkan badannya ke arahku. Wajahnya yang terbiasa dingin, berubah ramah meski masih tak banyak senyum di depan orang-orang yang menyambut kedatangan kami. ‘Dasar tukang tipu, manipulatif, sok ramah dan pencitraan,’ umpatku dengan kesal di dalam hati. Saat terpaksa mata kami beradu, kutatap tajam dia dengan sinis. Biar Rajendra tahu, kalau aku sama sekali tak suka berada di dekatnya. Kami berjalan ke arah beberapa or

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 105. Kejadian Tak Terduga

    Terlihat keterkejutan dari raut wajah Rajendra, mungkin tak menyangka dengan reaksiku yang penuh dengan emosi seperti ini. “Memangnya apa yang kulakukan? Apa ada yang salah? Di luaran sana banyak sekali yang ingin berdekatan denganku. Kamu harusnya bersyukur,” tanyanya seperti pura-pura tak mengerti membuatku menghela napas berat. “Jangan pura-pura tak mengerti! Apa kamu tak pernah diajari hukum agama? Ya Allah, pria macam apa yang sudah kakek jodohkan untukku? Bahkan, dia sama sekali nol dalam pemahaman agama. Bagaimana Rajendra mau menjadi imam untukku nanti kalau dia saja jauh dari kata taat?” Aku tak peduli seberapa kejamnya kata-kata yang kulontarkan untuk Rajendra barusan. Yang kukatakan kepadanya itu benar. Tak ada yang dapat kulihat darinya untuk menjadi pilihan agar menjadi suamiku. Dia sama sekali tak paham agama, apalagi bagaimana cara memuliakan seorang perempuan. Pun, sikapnya selama ini sungguh jauh dari kata layak. Dia pria yang jahat dan kejam. Apa aku sanggup memi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 106. UGD

    Season 2. Menceritakan kehidupan serta kisah cinta Arum setelah berpisah dengan Arga. Bagaimana kisahnya? POV Arum. Mata ini terperangah melihat orang yang berada di atasku. Dia ... Rajendra, dengan wajah yang memucat dan darah mengalir dari tengkuknya. Kemudian, cairan merah menetes tepat ke pipiku. Membuatku hanya bisa menatap dengan kosong. Seolah saat ini jiwaku sedang tak menyatu dengan raga. Meski banyak suara wanita yang menjerit melihat ke arah kami. Tak lama, Rajendra ambruk di atas tubuhku. Dari situ aku mulai sadar dengan apa yang terjadi.**“Dok, bagaimana keadaan Rajendra? Dia baik-baik saja, kan? Tak terjadi sesuatu yang buruk padanya, kan, Dok?” cecarku dengan panik. Bagaimana tidak, pria menyebalkan itu bisa-bisanya menjadikan tubuhnya tameng dan menyelamatkanku dari kecelakaan. Sebuah lampu hias berbahan kristal berukuran besar yang tergantung di gedung resepsi tadi hampir saja menimpa tubuhku. Kalau saja, Rajendra tak ada, mungkin yang dirawat di sini sekarang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 107. Keputusan Akhir

    Aku hanya bergeming mendengarkan pujian demi pujian terlontar dari mulut kakekku itu. Mungkin bila orang mengatakan aku keras kepala, bisa kukatakan iya. Sebagian suara hatiku setuju dengan yang Kakek katakan. Akan tetapi, sudut lain hati ini masih merasa enggan mengakui segala kebaikan yang telah Rajendra lakukan. Entahlah, aku merasa dia masih lelaki yang sama saat pertama kali kami bertemu. Seseorang yang kejam dan sanggup melakukan apa saja untuk meloloskan segala rencananya untuk membalaskan dendam kepada Ayah. Namun, malah salah sasaran. Kalau dia pikir bisa memuaskan sakit hatinya dengan membuat hidupku hancur, dia keliru. Karena di sini aku pun sebagai korban kelakuan Ayah di masa lalu. Mungkinkah dengan perubahan Rajendra itu, dia menyesal dan berusaha menebus kesalahannya kepadaku atau ada rencana kejam lain yang sedang dia susun? Ah. Memikirkannya saja membuatku sungguh pusing. Dugaan demi dugaan terus saja menghantuiku kini. “Kakek harap, kamu bisa mempertimbangkan kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29

Bab terbaru

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 143

    Arum“Papi!!”Seketika wajah Zara berbinar, gadis kecil itu pun berlari ke arah Mas Arga yang berdiri di depan pintu. Perlahan tanganku menutup mulut, berharap Zara kembali melakukan kesalahan seperti dulu di pemakaman.Tapi ternyata prediksiku salah kali ini, gadis itu tidak berhenti apalagi berbalik. Zara jatuh ke dalam pelukan Mas Arga. Pria itu pun mengangkat tubuh anakku ke dalam pelukannya. Sementara sebelah tangannya menggenggam sesuatu, aku yakin itu hadiah. Aku merekam kejadian ini dengan banyak pertanyaan. Keduanya tidak terlihat canggung dalam berinteraksi. Bahkan saat Mas Arga berjalan mendekatiku dengan menggendong anakku, mulutku masih terbuka. Entah apa yang harus kuucapkan.“Sekarang Papi Arga sudah datang dan aku mau tiup lilinnya.” Zara meminta turun dari pangkuan Mas Arga lalu gadis kecil itu pun mendekati kue ulang tahunnya. Mas Arga pun ikut mendekat, sesekali ia mengarahkan pandangannya padaku. Tatapannya terasa teduh sekaligus terlihat aneh di mataku.Tanpa perm

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 142

    ArumSekarang bibirku terbuka lebar saat pria itu berkata sambil berjongkok lalu merentangkan tangannya.“Stop Zara! Itu bukan .... “ Kalimatku kembali terhenti ketika melihat pria itu menempelkan telunjuk di bibirnya.Membiarkan anak itu berjalan tergesa-gesa mendekati pria yang tak lain adalah Mas Arga.Aku menahan napas ketika beberapa langkah lagi anak itu sampai di hadapan Mas Arga. Sementara pria yang masih berjongkok dengan merentangkan tangannya itu tersenyum sambil menatap ke arah Zara.Mataku kembali membola ketika Zara menghentikan langkahnya kala jarak mereka sudah sangat dekat. Gadis kecilku itu kemudian berbalik dan berlari menuju ke arahku. Lalu pelukannya mendarat di tubuh bagian bawahku.“Bukan Papi,” bisiknya dengan suara bergetar, hampir tidak terdengar. Aku pun berjongkok lalu memeluk tubuh kecilnya.“Iya, Sayang. Papi ‘kan sudah tidur di dalam sana.” Kuusap kepalanya lembut.“Zara pengen ketemu Papi.” Tangis gadis kecilku kemudian pecah. Aku pun tidak bisa menahan

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 141

    ArumKakiku tak bisa bergerak, seakan terpatri pada tanah basah yang kupijak. Gundukan di hadapanku ini sudah bertabur bunga dan di dalamnya jasad suamiku terbaring dengan tenangnya.Setelah koma selama 3 hari, Rajendra benar-benar pergi untuk selamanya. Aku yang tidak tahu tentang penyakitnya selama ini, merasa sangat kehilangan. Bagiku kepergiannya ini begitu tiba-tiba. Kakek sudah mengajakku pulang beberapa kali. Tetapi aku enggan beranjak. Tak ingin jauh dari suamiku. Laki-laki yang sudah memporak-porandakan kehidupanku, tetapi dia juga yang sudah mengisi kisah-kisah manis selama beberapa tahun ini. Ingatanku terbang ke ingatan beberapa tahun lalu. Kilasan demi kilasan kenangan saat bersamanya yang terekam diputar layaknya sebuah film. “Rum, rasanya aku ingin terus mendampingi kalian lebih lama lagi. Mengisi hidupku berdua bersamamu sampai hari tua, melihat tumbuh kembang Zara sampai dewasa. Hingga dia bisa mengejar cita-cita dan memilih jodohnya sendiri. Bisakah aku melihat cuc

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 140

    ArumLima tahun kemudian“Mami, kenapa Papi lama sekali?”Untuk ke sekian kalinya terdengar rengekan dari bibir mungil milik Zara. Gadis kecil yang bernama lengkap Lamia Nadia Zara ini, hari ini genap berusia 5 tahun. Pesta ulang tahun yang diadakan secara sederhana di kediaman kami tengah berlangsung. Gadis kecilku tidak mau meniup lilin sebelum Papinya datang.Tiga hari yang lalu, ketika Rajendra berpamitan untuk urusan ke luar kota. Dia memang tidak berjanji untuk hadir di acara ulang tahun ini.“Papi usahakan datang, tapi enggak janji, ya. Kalau Papi terlambat datang, Zara tiup lilinnya sama Mami saja. Okey?”Saat itu Zara mengangguk, meskipun ada raut kecewa mendengar ucapan Papinya. Aku sendiri ingin bertanya banyak, sebab akhir-akhir ini Rajendra terlihat kurang bersemangat. Berat badannya pun menurun. Saat kuminta untuk periksa, Rajendra bilang dirinya hanya kecapean dan butuh istirahat. “Aku baik-baik saja, tidak ada keluhan apa pun. Kamu jangan khawatir. Tentang berat badan

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 139

    Asap semakin memenuhi ruangan, bahkan kini warnanya tak lagi putih. Agak hitam dan membuatku sesak. Aku yang semula akan berjalan menghampiri pintu, mengurungkan niat karena semakin dekat ke pintu, pandangan semakin kabur dan aku semakin tidak nyaman.Akhirnya aku berjalan ke arah balkon, di mana bisa mendapatkan udara yang lebih bersih. Dari atas sini, aku mendengar dengan jelas teriakan Mang Kurdi dan istrinya. Benar saja, ternyata di bawah terjadi kebakaran. Begitu menyadari hal itu, aku semakin panik. Tidak mungkin kalau turun melalui pintu dan tangga sebab asap berasal dari sana. Untuk meloncat dari balkon kamar lantai dua ini pun sangat tidak mungkin.Badanku bergetar hebat, aku merasa kematian sudah di depan mata.Aku mendekati pagar yang berada di balkon dan mendongak. Tak terlihat satu orang pun di halaman depan. Villa ini memang terletak agak terpencil dari bangunan-bangunan lainnya. “Tolong ... tolong “Aku berteriak sekuat tenaga, sementara asap semakin bergerak cepat

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 138

    Tujuh hari sudah aku bolak-balik ke rumah sakit. Sebenarnya capek, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa berdiam diri di rumah, sementara suamiku terbaring di ranjang pasien. Mengenai perasaanku, memang belum sepenuhnya memaafkan Rajendra. Meskipun setiap hari pria itu berusaha menunjukkan perasaan sayangnya padaku. Tapi setiap kali aku mengingat kejadian itu, hatiku kembali diliputi rasa tidak nyaman.Luka di wajahnya sudah mengering, hanya saja retakan di bagian tulang lengannya yang membuat dokter belum mempersilakan pulang.Rajendra sendiri tampaknya sudah bosan berada di rumah sakit. Oleh sebab itu ia, tak hentinya meminta dokter supaya mengizinkannya pulang. Hari ini aku tidak bisa menemuinya ke rumah sakit. Mungkin karena selama beberapa hari ini aku bolak-balik ke sana, badanku sudah memberikan sinyal, bahwa aku sesungguhnya kecapean.“Tidak apa-apa, Rum. Kamu istirahat saja di rumah. Bukankah kemarin juga sudah aku katakan. Supaya kamu tidak setiap hari pergi ke sini.”

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 137

    Sempat kusesali, kenapa aku datang terlalu cepat hingga jasad Pak Bachtiar belum sempat dipindahkan ke ruang jenazah. Sebab itu pula aku harus menangis meratapi jasad yang disangka suamiku itu. Lalu, kenapa pula ada yang memberitahukan kejadian itu kepada Rajendra. Apa pria ini punya mata-mata huh?Begitu sampai dan berbicara pada suster penjaga tadi, aku sempat bertanya apakah jasad yang diduga suamiku itu sudah dipindahkan ke kamar jenazah? Perawat itu bilang masih di ruang IGD, makanya aku langsung menuju ruangan itu. Dan ini sebuah kesialan bagiku.“Jadi tangisan dan semua kata-katamu itu hanya pura-pura?”Aku belum berani menoleh ke arah pria itu, sebab kutahu saat ini pun dia pasti sedang tersenyum mengejekku. “Wajar kalau seorang istri menangisi kepergian suaminya.” Aku menjawab tanpa mengalihkan pandangan. “Memangnya siapa yang bilang tidak wajar. Itu sangat wajar. Aku senang saat seorang perawat mendengarnya dan menceritakan semua kepadaku, itu artinya jauh di dasar hati

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 136

    Aku berpikir beberapa saat lalu menengok sekeliling. Tidak enak juga dilihat orang jika aku terus-menerus berdiri di depan pintu ruangan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk, perlahan mendorong hendel pintu supaya tidak membuat kaget orang yang berada di dalam. Siapa tahu Rajendra masih tertidur. Kalaupun sudah bangun, pasti ia akan terkejut dengan suara pintu terbuka yang tiba-tiba.Ketika memasuki ruangan, keringat meluncur di seluruh tubuhku. Telapak tangan terasa dingin, entah apa penyebabnya. Ini seperti pertama kali akan bertemu dengan pria itu, tapi aku yakin kali ini alasannya berbeda.Lagi-lagi kuatur langkah se-pelan mungkin supaya tidak menimbulkan suara, lantaran sekecil apa pun suara di ruangan yang sunyi seperti ini pasti akan terdengar.Rajendra masih menutup matanya, itu artinya dia masih terlelap. Mungkin benar yang dikatakan oleh suster kalau Rajendra dalam pengaruh obat.Aku memutuskan untuk duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Rajendra, itu pun lakuk

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 135

    “Beberapa menit yang lalu, Pak Rajendra sudah siuman. Namun sepertinya beliau sekarang tertidur karena pengaruh obat.”Setelah mendengar penuturan perawat yang kini berada di sebelah tempat tidur Rajendra, baru aku berani mengangkat wajah. Posisiku saat ini berada di dekat kaki Rajendra yang tertutup selimut. Perlahan aku menggerakkan kepalaku, ada perasaan lega ketika mendengar suamiku itu sedang tidur. Berarti barusan pria itu tidak mendengar ucapanku.Syukurlah. Aku membuang napas perlahan. Menggerakan kaki untuk mendekat ke arah perawat. Meneliti wajah suamiku yang tadi pagi sempat kubenci. Paras rupawan itu sekarang berada di balik beberapa perban yang menutupi wajahnya. Untuk beberapa saat, aku hanya memandanginya tanpa bersuara.“Biarkan Pak Rajendra beristirahat dulu. Ibu ikut saya sebentar untuk menemui dokter.” Ucapan perawat membuatku menoleh.“Ah, ya, Suster, mari!” Aku yang baru saja beberapa detik di samping tempat tidur Rajendra, akhirnya harus kembali pergi meninggal

DMCA.com Protection Status