Setelah menelepon Tidan Ira pun merasa lebih tenang.
“Biarkan aku saja yang mengantarmu pulang Ira,” kata Furkam.
“Tidak Furkam, aku tidak mau merepotkan, aku bisa pulang sama Tidan kok,” jawab Ira.
“Baiklah terserah kamu saja,” kata Furkam.
Tak lama kemudian Navi pun menelepon Ira. Tetapi Ira sedang berada di kamar mandi dengan Rani, karena telponnya berkali-kali berdering akhirnya Furkam pun mengangkat teleponnya atas ijin dari Mahli juga.
“Halo Ira sayangku, kenapa kamu angkatnya lama sekali, apa acaranya belum selesai, bagaimana jika nanti aku jemput kamu saja?” tanya Navi.
Furkam pun diam saja.
“Ira, kenapa diam saja, aku sudah selesai nih mau langsung pulang dan main denganmu,” kata Navi lagi.
“Maaf Ira sedang di kamar mandi, ini saya temannya,” kata Furkam.
“Ahhh begitu, teman apa ya?” tanya Navi.
“Teman satu kelasnya,
Petir tak henti-henti mengeluarkan suara, Furkam pun memegang tangan Ira dan membuatnya merasa sedikit hangat. Ira menatap Furkam dengan sangat dalam.“Mengapa kamu baik sekali kepadaku, aku sudah jahat terhadapmu Furkam,” kata Ira.“Bagi ku kamu tidak pernah berbuat jahat sama sekali, aku senang jika kamu senang Ira,” kata Furkam.“Maafkan aku Furkam,” kata Ira.“Tidak papa,” jawab Furkam dan menggenggam erat tangan Ira.Furkam pun juga merasa gemetar di tubuhnya.“Kamu dingin Furkam?” tanya Ira.“Tidak,” jawab Furkam tidak mau mengakui.Ira pun kemudian menggesekan tangannya dan menempelkannya ke leher Furkam, denga tatapan kaget Furkam pun mendekat dan mencium Ira dengan sangat lembut, ciuman yang tadinya lembut kini berubah menjadi panas dan tidak berirama, Furkam pun terhanyut oleh nafsu begitu juga Ira. Setelah sadar Ira pun menghentikan ciuman Furkam
Navi melirik kearah Furkam, Navi sengaja membuat Furkam cemburu dan merasa tidak bisa untuk mendapatkan Ira.“Ira, apa kamu senang aku datang di sini dengan tiba-tiba?” tanya Navi.“Senang, ini cukup mengejutkan, tetapi bukankah lebih baik dengan bilang dulu, takutnya jika aku sedang pergi atau tidak ada di tempat kamu kan jadi sia-sia,” jawab Ira.“Tidak ada yang sia-sia untuk kamu,” kata Navi.“Baiklah terserah kamu, lain kali pakai pemberitahuan dulu ya,” jawab Ira.Navi pun mengangguk.“Baiklah bagaimana jika aku pulang duluan, hujannya juga sudah reda.” Kata Furkam.“Baiklah, memang seharusnya kita pulang sekarang sebelum hujan lagi,” kata Mahli.“Oke kalau begitu, ayo Ira kita pulang, ini semua sudah aku bayar jadi kalian langsung pulang saja, hati-hati di jalan,” kata Navi.“Terimakasih banyak Navi, kau memang baik,” ka
Navi pun memesan minuman yang kedua.“Kenapa kamu minum terus sih Nav?” tanya Ira yang heran karena sedari tadi Navi melihat HP dan terus minum setelah melihat Hp.“Tidak papa, aku hanya haus saja, panas di sini,” jawan Navi.“Ya memang agak panas sih di sini tapi apa sih yang kamu lihat, aku juga mau lihat,” kata Ira yang mendekat ke Navi.“Tidak ada apa-apa,” kata Navi tidak mau melihatkan HP-nya.Ira pun penasaran dan dia pamit ke kamar mandi.“Aku mau ke kamar mandi sebentar ya,” kata Ira.“Apa butuh di temani?” tanya Navi.“Tidak usah,” jawab Ira dan pergi.Setelah selesai Ira pun datang dengan mengendap dan diam di belakang Navi. Ternyata Navi sedang membuka social media milik Rio, dia masih mencaritahu tentang Rio.“Nav,” panggil Ira.“Ahhh kau dari tadi di sana?” tanya Navi.“Tida
Setelah selesai mandi dan bersiap Ira pun mencuci bajunya dan juga mencuci piring agar ketika dia pergi orang tuanya tidak akan marah padanya.“Tumben sekali kamu Ra?” tanya Mamanya.“Ya, biar aku perginya tenang tidak kepikiran sama Mama yang akan marah-marah,” jawab Ira.“Bagus kalau kamu mengerti, perempuan memang harusnya begitu,” kata Mama.“Baik-baik Ma,” kata Ira.Ira pun menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat cepat karena keburu jika Navi datang menghampirinya. Setelah semuanya selesai Ira pun menunggu kedatangan Navi, tetapi sudah lewat dari jam pertemuan Navi belum juga datang. Tidan pun menghubungi Ira.“Halo,” jawab Ira.“Di mana Kau? Kenapa kamu belum juga datang?” tanya Tidan.“Ahhh Navi belum datang,” jawab Ira.“Tapi dia tadi kata pemilik warung sudah berangkat pagi-pagi sekali, lalu di mana dia?” tanya Tidan
Dengan rasa penasaran Tidan pun diam-diam menikuti Navi, Tidak bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari Navi bertelepon.“Halo,” kata Navi.“Lalu aku harus bagaimana? Kamu ingin aku kesana lagi?” tanya Navi.Tidan tidak tahu apa yang di katakana oleh si penelepon kepada Navi karena lewat telepon.“Ya memang sayang, tetapi aku kan sudah bilang aku hari ini tidak bisa ke sana, tadi juga aku udah anterin kamu kan, sekarang aku sedang ada acara sama keluargaku, aku ingin kamu mengerti ya,” kata Navi.Tidan pun terkejut tidak percaya jika Navi berani berbohong.“Iya ini aku sedang sama keluarga besarku jadi aku tidak bisa ke sana, mungkin besok atau nanti malam ya,” kata Navi.Tidan yang mendengar itu pun pergi dari sana sebelum ketahuan sama Navi.“Lihat saja aku tidak akan membiarkan kamu peri malam ini,” gumam Tidan.Tidan pun membisikan sesuatu pada Irsab d
Navi pun pergi meninggalkan tempat kumpulan, setelah jauh dan sudah tidak terlihat Ira pun menunduk dan menangis hingga tidak bersuara.“Sakit ya Ra? Pasti sangat sakit,” kata Atin.“Ya jelas sakitlah, bagaimana denganmu jika kamu di bohongi oleh orang yang kamu sayangi, pasti kamu juga merasa sakit bukan?” tanya Nasah.Tidan pun mendekati Ira.“Jadi kalian sudah tahu?” tanya Ira.“Maaf Ira, aku hanya ingin kamu tahu dengan sendirinya,” jawab Tidan.“Kita tidak bermaksud lain Ira, maafkan kami ya,” kata Irsab.“Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanya Tidan.“Aku ingin dia mengakui semuannya,” jawab Ira.“Maksud kamu, kamu akan membiarkannya sampai dia mengakuinya?” tanya Dasra.“Setidaknya aku butuh bukti kuat untuk menyekak dia bukan?” tanya Ira.“Benar, kau memang tidak memiliki bukti
“Sudah pukul tujuh malam, apa kalian mau lanjut atau pulang?” tanya Tidan.“Apakah kalian mau menemaniku sebentar lagi?” tanya Ira.“Baiklah kalian jangan pulang dulu kita di sini sebentar lagi, tapi kalau ada yang mau pulang silahkan aku tidak memaksa,” kata Tidan.“Kita akan di sini kok, kita datang bersama jadi pulang juga bersama,” kata Nasah.“Terimakasih,” kata Ira lirih.Mereka pun melanjutkan tongkrongannya.“Kalau boleh tahu mengapa kamu tidak ingin pulang Ira?” tanya Dasra.“Apa kamu sedang menunggu kepulangan Navi?” tanya Irsab.“Gila, jika memang benar begitu dia tidak akan pulang dengan cepat bukan?” sahut Tidan.Irsab pun menyenggol Tidan agar tidak bilang seperti itu.“Aku tidak menunggunya, aku hanya masih ingin bersama dengan kalian, apa kalian tidak mau?” tanya Ira.“Tent
Ira pun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Irsab.“Maksud kamu mencoba apa Irsab?” tanya Ira.“Ya mencoba bersamaku walau hanya untuk satu minggu saja, jika kamu merasa nyaman, kita bisa melanjutkan dan kamu meninggalkan Navi, jika tidak kamu boleh benar-benar pergi,” kata Irsab.“Aku tidak akan pergi Irsab,” jawab Ira.“Aku tahu, tapi apa kamu setuju?” tanya Irsab.“Aku tidak bisa Irsab, aku tidak mau menyakiti hati kamu, ini bukan cara terbaik, apa lagi saat in aku sedang patah hati, bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini, aku ingin kamu memiliki cinta kamu sendiri Irsab, aku mau kamu jatuh cinta pada wanita lain selain aku,” kata Ira.“Tapi Ira, jika tidak kamu aku tidak tahu harus bagaimana,” kata Irsab.“Jangan bicara begitu ya, aku harap di sekolah menengah atas ini kamu menemukan wanita yang juga mencintai kamu,” kata Ira.&ld