Ira pun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Irsab.
“Maksud kamu mencoba apa Irsab?” tanya Ira.
“Ya mencoba bersamaku walau hanya untuk satu minggu saja, jika kamu merasa nyaman, kita bisa melanjutkan dan kamu meninggalkan Navi, jika tidak kamu boleh benar-benar pergi,” kata Irsab.
“Aku tidak akan pergi Irsab,” jawab Ira.
“Aku tahu, tapi apa kamu setuju?” tanya Irsab.
“Aku tidak bisa Irsab, aku tidak mau menyakiti hati kamu, ini bukan cara terbaik, apa lagi saat in aku sedang patah hati, bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini, aku ingin kamu memiliki cinta kamu sendiri Irsab, aku mau kamu jatuh cinta pada wanita lain selain aku,” kata Ira.
“Tapi Ira, jika tidak kamu aku tidak tahu harus bagaimana,” kata Irsab.
“Jangan bicara begitu ya, aku harap di sekolah menengah atas ini kamu menemukan wanita yang juga mencintai kamu,” kata Ira.
&ld
Sudah pukul setengah sebelas Ira tidak juga keluar kamar, akhirnya Kakaknya melihatnya di kamar.“Dek, apa kamu belum bangun?” tanya Kakak Ira dan membuka pintu yang tidak terkunci.Ira pun menoleh kearah Kakaknya.“Kamu sudah bangun kenapa tidak keluar?” tanya Kakak Ira.“Badanku tidak enak Kak,” jawab Ira.“Kamu sakit?” tanya Kakak Ira.“Tidak tahu Kak, mau berdiri rasanya malas,” jawab Ira.“Itu namanya malas,” kata Kakak Ira dan memegang kening Ira untuk mengecek keadaan Ira.“Kamu panas Dek, aku ambilkan makan dulu dan obat untuk kamu minum,” kata Kakak Ira.Ira pun mengangguk.Tak lama kemudian Kakak Ira pun datang membawa makanan dan obat. Kakak Ira melihat HP Ira mati. Kakak Ira langsung menyadari jika Ira sedang galau.“Kenapa kamu bisa drop begitu?” tanya Kakak Ira.“Tidak tahu Kak,”
Tak lama kemudian Tidan pun masuk tanpa permisi ke kamar Ira. Ira terkejut saat Tidan membuka pintu.“Tidan! Apa yang kamu lakukan?” tanya Ira.“Aku datang untuk menjengukmu,” jawab Tidan santai dan tidur di sebelahnya.“Kenapa kamu bisa tahu jika aku sakit?” tanya Ira.“Kata Tante tadi aku ketemu dengan tante di pasar, aku mau pulang tante mau masuk,” jawab Tidan.“Ohhh,” jawab Ira.“Aku bawa buah untuk kamu tuh, di atas meja ya,” kata Tidan.“Jahat sekali, kupasin lah!” kata Ira.“Baiklah aku ambilkan,” kata Tidan.Ira pun tersenyum.“Kamu belum mandi ya?” tanya Tidan.“Belumlah tadi aku panas jadi tidak mandi,” jawab Ira.“Ohhh iya apa dia belum ke sini?” tanya Tidan.“Siapa?” tanya Ira.“Navilah siapa lagi?” jawab Tidan.I
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.