Dengan rasa penasaran Tidan pun diam-diam menikuti Navi, Tidak bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari Navi bertelepon.
“Halo,” kata Navi.
“Lalu aku harus bagaimana? Kamu ingin aku kesana lagi?” tanya Navi.
Tidan tidak tahu apa yang di katakana oleh si penelepon kepada Navi karena lewat telepon.
“Ya memang sayang, tetapi aku kan sudah bilang aku hari ini tidak bisa ke sana, tadi juga aku udah anterin kamu kan, sekarang aku sedang ada acara sama keluargaku, aku ingin kamu mengerti ya,” kata Navi.
Tidan pun terkejut tidak percaya jika Navi berani berbohong.
“Iya ini aku sedang sama keluarga besarku jadi aku tidak bisa ke sana, mungkin besok atau nanti malam ya,” kata Navi.
Tidan yang mendengar itu pun pergi dari sana sebelum ketahuan sama Navi.
“Lihat saja aku tidak akan membiarkan kamu peri malam ini,” gumam Tidan.
Tidan pun membisikan sesuatu pada Irsab d
Navi pun pergi meninggalkan tempat kumpulan, setelah jauh dan sudah tidak terlihat Ira pun menunduk dan menangis hingga tidak bersuara.“Sakit ya Ra? Pasti sangat sakit,” kata Atin.“Ya jelas sakitlah, bagaimana denganmu jika kamu di bohongi oleh orang yang kamu sayangi, pasti kamu juga merasa sakit bukan?” tanya Nasah.Tidan pun mendekati Ira.“Jadi kalian sudah tahu?” tanya Ira.“Maaf Ira, aku hanya ingin kamu tahu dengan sendirinya,” jawab Tidan.“Kita tidak bermaksud lain Ira, maafkan kami ya,” kata Irsab.“Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanya Tidan.“Aku ingin dia mengakui semuannya,” jawab Ira.“Maksud kamu, kamu akan membiarkannya sampai dia mengakuinya?” tanya Dasra.“Setidaknya aku butuh bukti kuat untuk menyekak dia bukan?” tanya Ira.“Benar, kau memang tidak memiliki bukti
“Sudah pukul tujuh malam, apa kalian mau lanjut atau pulang?” tanya Tidan.“Apakah kalian mau menemaniku sebentar lagi?” tanya Ira.“Baiklah kalian jangan pulang dulu kita di sini sebentar lagi, tapi kalau ada yang mau pulang silahkan aku tidak memaksa,” kata Tidan.“Kita akan di sini kok, kita datang bersama jadi pulang juga bersama,” kata Nasah.“Terimakasih,” kata Ira lirih.Mereka pun melanjutkan tongkrongannya.“Kalau boleh tahu mengapa kamu tidak ingin pulang Ira?” tanya Dasra.“Apa kamu sedang menunggu kepulangan Navi?” tanya Irsab.“Gila, jika memang benar begitu dia tidak akan pulang dengan cepat bukan?” sahut Tidan.Irsab pun menyenggol Tidan agar tidak bilang seperti itu.“Aku tidak menunggunya, aku hanya masih ingin bersama dengan kalian, apa kalian tidak mau?” tanya Ira.“Tent
Ira pun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Irsab.“Maksud kamu mencoba apa Irsab?” tanya Ira.“Ya mencoba bersamaku walau hanya untuk satu minggu saja, jika kamu merasa nyaman, kita bisa melanjutkan dan kamu meninggalkan Navi, jika tidak kamu boleh benar-benar pergi,” kata Irsab.“Aku tidak akan pergi Irsab,” jawab Ira.“Aku tahu, tapi apa kamu setuju?” tanya Irsab.“Aku tidak bisa Irsab, aku tidak mau menyakiti hati kamu, ini bukan cara terbaik, apa lagi saat in aku sedang patah hati, bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini, aku ingin kamu memiliki cinta kamu sendiri Irsab, aku mau kamu jatuh cinta pada wanita lain selain aku,” kata Ira.“Tapi Ira, jika tidak kamu aku tidak tahu harus bagaimana,” kata Irsab.“Jangan bicara begitu ya, aku harap di sekolah menengah atas ini kamu menemukan wanita yang juga mencintai kamu,” kata Ira.&ld
Sudah pukul setengah sebelas Ira tidak juga keluar kamar, akhirnya Kakaknya melihatnya di kamar.“Dek, apa kamu belum bangun?” tanya Kakak Ira dan membuka pintu yang tidak terkunci.Ira pun menoleh kearah Kakaknya.“Kamu sudah bangun kenapa tidak keluar?” tanya Kakak Ira.“Badanku tidak enak Kak,” jawab Ira.“Kamu sakit?” tanya Kakak Ira.“Tidak tahu Kak, mau berdiri rasanya malas,” jawab Ira.“Itu namanya malas,” kata Kakak Ira dan memegang kening Ira untuk mengecek keadaan Ira.“Kamu panas Dek, aku ambilkan makan dulu dan obat untuk kamu minum,” kata Kakak Ira.Ira pun mengangguk.Tak lama kemudian Kakak Ira pun datang membawa makanan dan obat. Kakak Ira melihat HP Ira mati. Kakak Ira langsung menyadari jika Ira sedang galau.“Kenapa kamu bisa drop begitu?” tanya Kakak Ira.“Tidak tahu Kak,”
Tak lama kemudian Tidan pun masuk tanpa permisi ke kamar Ira. Ira terkejut saat Tidan membuka pintu.“Tidan! Apa yang kamu lakukan?” tanya Ira.“Aku datang untuk menjengukmu,” jawab Tidan santai dan tidur di sebelahnya.“Kenapa kamu bisa tahu jika aku sakit?” tanya Ira.“Kata Tante tadi aku ketemu dengan tante di pasar, aku mau pulang tante mau masuk,” jawab Tidan.“Ohhh,” jawab Ira.“Aku bawa buah untuk kamu tuh, di atas meja ya,” kata Tidan.“Jahat sekali, kupasin lah!” kata Ira.“Baiklah aku ambilkan,” kata Tidan.Ira pun tersenyum.“Kamu belum mandi ya?” tanya Tidan.“Belumlah tadi aku panas jadi tidak mandi,” jawab Ira.“Ohhh iya apa dia belum ke sini?” tanya Tidan.“Siapa?” tanya Ira.“Navilah siapa lagi?” jawab Tidan.I
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka