"Kenapa berhenti di sini? Ada apa?" tanya Salman saat anak buahnya berhenti dan berjalan kearahnya."Tempat tinggal dan tempat kerja istri Tuan di dalam gang, tidak masuk mobil. Jadi mobilnya di parkir dan titip sama yang punya rumah di sana saja," ucap orang bayaran Salman.Salman menganggukkan kepala lalu memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup besar halamannya, tak lama kemudian seorang wanita keluar dari rumah dan anak buah sama pun mengajak bicara wanita tersebut."Numpang parkir sebentar ya, Bu. Nanti saya kasih uang parkirnya.""Oh iya, silakan. Memangnya mau ke mana?" tanya ibu-ibu tersebut."Mau ke kontrakan hj Romlah, dan mau lihat laundry-nya Bu Rohmi.""Oh ada keperluan sama mereka ya, kelihatannya kalian dari kota."Orang suruhan Salman pun menganggukkan kepalanya, setelah itu Salman dan orang suruhannya berjalan kaki menuju kontrakan yang ditempati oleh Kanaya. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya mereka pun tiba di kontrakan tersebut."Di mana istriku t
"Kalau kau benar-benar mencintai ku, maka biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri, dengan hidup seperti ini, jangan paksa aku untuk terus bersamamu," ucap Kanaya."Nay ...."Bagaikan ada ribuan anak panah yang menancap di dada Salman, sakit, sesak, dan tidak bisa diungkapkan kata-kata lagi perasaannya setelah mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kanaya."Kau benar-benar ingin berpisah, kau yakin tidak ingin kembali?" tanya Salman mencoba menahan rasa sesak di dadanya."Iya, dulu aku sudah mencoba dengan sekuat tenaga dan berbagai cara untuk meluluhkan hatimu. Namun, semua itu hanya sia-sia, di hatimu hanya ada Mbak Hani dan aku hanya mendapatkan luka bukan cinta. Jadi sekarang bebaskan aku dari luka itu," ucap Kanaya."Kau sudah mendapatkannya, Kanaya. Kau sudah meluluhkan hatiku, Aku mencintaimu," ucap Salman seraya menatap Kanaya dalam-dalam dan mencoba menggenggam tangannya.Kanaya menarik tangannya tak ingin di genggam oleh Salman, ia memalingkan wajah menyembunyikan matany
"Seribu kali kau menolak, maka seribu kali pula aku mengejar mu," gumam Salman.Karena tangannya terluka Salman pun kini diantar oleh orang yang ia bayar pulang ke Jakarta, berapa jam berkendara hingga melewati padatnya Jalan ibukota akhirnya mereka sampai di rumah Salman."Terima kasih sudah mengantarku pulang, tugas utamamu tetap untuk mengawasi Kanaya. Jangan sampai ada lelaki lain yang mendekati apalagi menyakitinya, untuk hari ini aku beri kamu uang di luar pembayaran tugas utama karena sudah mengantar ku pulang," ucap Salman."Terima kasih banyak, Tuan. Saya akan mengawasi istri anda dengan baik."Salman pun memberikan uang kepada orang itu dan tak lama kemudian orang itu pun pergi meninggalkan rumah Salman, saat masuk ke dalam rumah ia disambut oleh gadis kecilnya."Papa, mana tante cantik? Katanya Papa mau bawa pulang tante cantik," ucap Syafana."Tante cantik belum bisa pulang sekarang, Sayang. Ana sabar ya, Papa sedang berusaha membujuknya," ucap Salman."Tante cantik pasti
"Apa itu?" gumam Kanaya saat berada di depan kontrakannya.Wanita cantik itu berjongkok untuk mengambil sebuah goodie bag yang terdapat di depan pintu kontrakan. Saat melihat isinya ternyata itu adalah sebuah kotak makan.Kanaya lalu membuka pintu kontrakan dan melihat isi dari kotak makanan itu, di atasnya ada sebuah kertas dengan tulisan tangan."Pasti dari Salman lagi," gumam Kanaya.Benar saja kotak makanan itu dikirim oleh sang suami untuknya, Kanaya pun membaca tulisan di kertas tersebut.~Setiap pagi, siang, dan sore akan ada makanan untukmu. Aku tidak ingin kamu telat makan atau makan sembarangan yang bisa mengganggu kesehatan. Kau harus tetap sehat dan cantik, Sayang.~"Andai dari dulu kamu seperti ini, mungkin luka di hatiku tidak akan sedalam ini dan aku masih bersama dengan kalian sekarang," ucap Kanaya.Meskipun sebenarnya kesal, tetapi karena lapar Kanaya pun memakan makanan tersebut. Tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan setelah selesai bekerja dan sendiri di dalam
"Apa ini, Non?" tanya Bi Imah."Itu asi yang sudah aku peras selama beberapa hari, Mungkin cukup untuk Saddam selama beberapa hari di rumah," ucap Kanaya."Terima kasih, Kanaya. Itu akan sangat membantu Sadam. Dia benar-benar anak lelaki yang hebat seperti tidak kenyang-kenyang minum susu formula," ucap Salman.Kanaya menghela nafas tidak ingin mendengar ucapan Salman, ia tidak ingin hatinya goyah dan tetap mengusir mereka dari tempat tinggalnya saat ini."Kalian bisa pulang sekarang!" ucap Kanaya."Tante nggak mau pulang ke rumah kita yang dulu?" tanya Syafana."Itu rumah kamu bukan rumah tante, rumah tante di sini," ucap Kanaya."Aku ingin dibacakan dongeng dan diajari PR lagi sama tante," ucap Syafana."Ana kan sudah besar, harusnya tidur tidak perlu dibacakan dongeng lagi dan sudah bisa mengerjakan PR sendiri," ucap Kanaya."Tapi aku kangen pengen main sama tante," ucap Syafana."Ana, tante kenanya tidak bisa pulang ke rumah kita dan kita tidak bisa memaksanya. Namun, kalau Ana kan
"Jika Kanaya terus menolak, aku akan terus seperti ini. Mungkin ini hukuman untuk aku yang dulu menyakiti Kanaya, setidaknya aku berusaha sampai Kanaya mau menerima Syafana dan Sadam karena mereka tidak bersalah dalam hal ini," ucap Salman."Aku sudah mengingatkan kamu dari dulu berkali-kali, tetapi kamu tidak pernah mendengarkan apa yang aku katakan. Sekarang Kanaya sudah tidak ada, kamu baru merasakan kehilangannya!" ucap Saida.Salman yang mengusap kasar wajahnya, sikap dingin, Arogan, dan kesombongannya membuat dia tenggelam dalam rasa penyesalan yang sangat dalam. Ia kehilangan Cinta dari seorang Kanaya yang memilih pergi karena tidak pernah dianggap ada."Kapan kamu ketempat Kanaya lagi?" tanya Saida."Minggu depan, saat Ana libur sekolah," jawab Salman."Aku ikut ya! Aku ingin bertemu Kanaya juga," ucap Saida.Salman menganggukan kepala, hari berganti malam. Kebiasaan baru Salman kini melihat kedua anaknya memastikan mereka tidur dengan nyenyak sementara dia yang tidak bisa tid
"Kak Saida?" Kanaya begitu terkejut karena yang datang ke kontrakannya bukan Salman dan kedua anaknya melainkan Saida-kakak iparnya."Assalamualaikum, Nay." "Waalaikumsalam, Kak Saida tahu dari mana aku tinggal di sini?" tanya Kanaya keheranan."Sopir Salman yang membawa aku ke sini dan memberitahu tempat tinggalmu, Salman tidak bisa datang ke sini karena Sadam sakit dan sekarang dirawat di rumah sakit," ucap Saida."Sadam sakit? Sakit apa sampai dirawat?" tanya Kanaya."Demam tinggi nggak turun-turun sudah 3 hari, Nay. Tadinya hari ini mau diajak ketemu sama kamu, tapi ternyata dia malah semakin tinggi demamnya dan akhirnya dibawa ke rumah sakit," ucap Saida."Astaghfirullahaladzim, pantes aja aku sejak tadi malam rasanya gelisah," ucap Kanaya."Ayo ke rumah sakit, Sadam membutuhkan kamu, Nay!" ucap Saida.Akhirnya Kanaya pun mau ikut ke Rumah sakit bersama Saida, ia tak lupa membawa beberapa kantong ASI yang sudah ia siapkan untuk Saddam karena setiap hari ia memeras asinya."Ayo K
"Sejauh manapun kamu pergi, kamu akan tetap kembali padanya jika kalian memang berjodoh," ucap Aslan yang menatap Kanaya dan Salman dari kaca pintu ruang rawat."Lho, kok diam di sini, gak masuk ke dalam?" tanya Saida yang baru datang bersama Syafana."Nunggu Mama, biar masuk bareng," ucap Aslan.Akhirnya mereka pun masuk kedalam ruang rawat itu bersama, Salman masih terus menyuapi Kanaya meski Saida, Aslan, dan Syafana sudah masuk keruang itu."Mas, makannya tunda dulu malu aku di suapi," ucap Kanaya."Tanggung ini sedikit lagi, gak usah malu sama mereka. Nanti kamu gak kenyang karena malu," ucap Salman.Akhirnya Kanaya pasrah, Salman menyuapi makan sampai habis. Aslan hanya tersenyum kecut melihat pemandangan itu, sementara Saida fokus melihat Sadam yang tertidur dalam pangkuan Kanaya."Sadam rewel, Nay?" tanya Saida saat melihat Kanaya selesai makan."Iya, Kak nangis terus. Apalagi kalau tidur di ranjang gak sampe 2 jam bangun terus nangis kencang," ucap Kanaya."Jadi dia maunya ti