Saat Salman keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa, Anita menghampiri karena ingin memberikan laporan."Pak Salman mau kemana, ini saya ingin memberi laporan," ucap Anita."Simpan saja laporan itu, aku mau ke ruang sakit. Istriku melahirkan," ucap Salman setengah berlari meninggalkan Anita."Kanaya melahirkan? Itu artinya kontrak pernikahan mereka akan segera berakhir dan perempuan itu akan segera pergi dari hidup Pak Salman," gumam Anita sambil tersenyum.Salman mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tempat biasa Kanaya kontrol kehamilan, ia sangat kesal ketika terjebak di lampu merah."Shit ... Kenapa lampunya berubah merah dan lama sekali berubah hijau!" ucap Salman seraya memukul stir mobil.Hanya beberapa menit menunggu lampu berubah hijau, tapi membuat Salman sangat kesal dan merasa sangat lama. Setelah lampu berhantu hijau, ia kembali tancap gas mempercepat laju kendaraanya tak peduli kendaraan lain merasa terganggu dengan tingkah ugal-ugalan.Sesam
"Tante cantik gak akan ninggalin aku dan adik bayi seperti mama, kan?" tanya Syafana.Semua orang menegang mendengar pertanyaan Syafana, tidak ada yang bisa menjawab termasuk Salman. Tiba-tiba seorang perawat datang dan membawa bayi Kanaya ke ruangan itu."Ibu, sudah waktunya menyusui bayi ya! Apa asinya sudah keluar?" tanya perawat."Gak tahu, Suster seperti belum," ucap Kanaya."Nanti saya bantu pijat biar keluar ya," ucap Perawat.Kanaya mengangguk, Saida meminta Salman dan Aslan keluar dari ruangan karena payudara Kanaya akan di pijat suster sebelum memberikan asi pada bayinya.Saat perawat membantu memijat payudara Kanaya, bayi laki-laki itu digendong oleh Saida dan Syafana begitu senang melihat bayi tersebut."Adik bayi lucu banget ya bude, wajahnya mirip banget sama papa," ucap Syafana."Iya Ana benar, ini pasti karena saat Kanaya hamil papa kamu nyebelin banget, bikin Kanaya kesal jadi bayinya mirip banget sama papa kamu," ucap Saida."Iya, papa kan emang nyebelin banget. Aku
"Tante cantik, Ayo kita pergi tinggalin papa bawa adik bayi juga, Ana nggak mau punya Papa jahat!" ucap Syafana seraya menggenggam tangan Kanaya."Ana nggak boleh ngomong gitu, Papa gak jahat kok," ucap Kanaya membujuk Syafana.Salman mendekat kearah Syafana dan berusaha meraih tangan anaknya itu, tetapi Syafana menepis dan menolak dekat dengan Salman."Ana, dengarkan Papa. Ini masalah orang dewasa, nanti kalau Ana sudah besar baru mengerti. Sekarang Ana pulang dengan bude Saida ya!" ucap Salman membujuk Syafana."Gak mau! Pokoknya aku mau sama Tante cantik di sini. Nanti kalau aku ikut bude Saida gak akan bisa ketemu Tante cantik lagi, kalau Tante cantik pergi nanti siapa yang bantu aku bikin pr, siapa yang bikinin bekal cantik untuk aku," ucap Syafana.Karena mendengar Salman memintakan Ayah untuk pergi, Syafana menjadi tantrum. Gadis kecil itu terus menangis tak ingin pulang, tak ingin pisah dari Kanaya. Hingga pihak rumah sakit ikut membujuk, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhir
"Kamu yakin, Nay?" tanya Haris."Iya, Om. Karena Syafana gak mau aku tinggal, jadi aku di beri waktu satu bulan lagi. Aku akan gunakan waktu itu untuk memberikan lebih banyak kasih sayang dan perhatian untuk anak ini," ucap Kanaya."Aku yakin Hani juga tidak akan senang jika melihat cara Salman memperlakukan kamu," ucap Haris."Mau gimana lagi, mungkin ini memang sudah takdir aku. Seperti yang aku katakan, aku sudah terbiasa jadi aku tidak merasakan sakit lagi dengan perlakuan suamiku," ucap Kanaya.Haris dan istrinya pun mengangguk, mereka memberikan kado untuk bayi Kanaya. Haris dan istrinya tidak bisa melupakan kebaikan Arya semasa hidupnya, Jadi mereka juga tidak melupakan pesan dari Arya yang menitipkan Kanaya secara tidak langsung kepada mereka."Kasian banget kamu, Nay. Kamu yang hamil selama 9 bulan, kamu yang melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, tapi anak ini begitu lahir wajahnya malah fotokopian Salman," ucap Lina."Iya, Tante. Gak ada mirip-mirip nya sama aku ya," ucap
"Kenapa saya di pecat, apa salah saya, Pak Salman?" tanya Anita."Kesalahan yang masih sama dan berulang kali kamu lakukan, apa kamu tidak sadar!" ucap Salman.Anita menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti kesalahan apa yang telah ia buat hingga membuat Salman kesal dan berujung memecatnya. Saat Salman masuk ke ruangannya Anita mengikuti masih tidak rela di pecat oleh bos yang selama ini ia sukai itu."Pak, tolong beri saya kesempatan. Saya bahkan tidak tahu dimana kesalahan saya," ucap Anita."Sudah berapa kali kamu mencampuri urusan rumah tangga saya dan sudah berapa kali saya peringatkan padamu, kamu bisa saya pecat karena hal itu," ucap Salman.Anita menghentikan langkah kakinya, ia mematung mendengar ucapan Salman. Tidak menyangka jika bosnya mempersalahkan hal itu, ia pikir setelah perjanjian pernikahan dengan kanaya selesai tidak akan membuat Salman marah ketika Anita berkomentar seperti itu."Pak, Saya minta maaf dan saya ...."Belum sempat Anita selesai bicara, Salman sudah
"Iya, kau sudah mulai mencintai Kanaya namun, tapi hatimu enggan untukku mengakui itu," ucap Samuel."Apa kau sudah berubah profesi, Samuel. Kau tidak terlihat seperti dokter, tapi lebih terlihat seperti cenayang atau dukun," ucap Salman."Terserah apa katamu, yang jelas aku hanya ingin memberitahu nikmati saja hari-harimu dengan cinta itu. Kanaya sudah menunjukkan dia bisa jadi istri dan ibu yang baik, jangan sampai setelah dia pergi kamu baru menyesal dan menyadari nya, seperti lagu Roma irama yang berjudul kehilangan," ucap Samuel."Kenapa jadi lagu Roma irama?" tanya Salman mengerutkan keningnya."Ya, kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sangat berharga," ucap Samuel.Salman hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan sahabatnya itu, entah sejak kapan sama yang berubah sampai mengerti lagu dangdut.Waktu demi waktu terus berlalu, kehangatan Kanaya berubah menjadi dingin. Semenjak Salman bersikukuh ingin berpisah dengannya membuat Kanaya hanya peduli kepada Syafana d
"Jangan bercanda! Bagaimana bisa hal itu terjadi?" tanya Salman tak percaya.Salman begitu terkejut ketika mendapat telepon dari Saida sang kakak, wanita paruh baya itu mengabarkan jika Syafana hilang saat menghadiri pesta ulang tahun cucu temannya di sebuah Mall. Salman langsung bergegas menuju Mall tempat Saida mengajak anaknya menghadiri ulang tahun tersebut, dengan kecepatan tinggi Salman membawa kendaraannya tanpa memikirkan keselamatannya sendiri.Sesampainya di mall tersebut ia langsung mencari keberadaan sang kakak, ternyata Saida berada di pusat informasi dan sedang melihat rekaman CCTV."Kak, Apa yang terjadi?" tanya Salman."Salman, Maafkan Aku. Tadi semua baik-baik saja sampai pesta ulang tahun itu selesai, karena aku ingin buang air kecil aku meminta Ana menunggu di tempat permainan anak, saat aku kembali ke tempat permainan anak Ana sudah tidak ada," ucap Saida dengan penuh rasa bersalah.Salman mengusap kasar wajahnya, lalu menatap rekaman CCTV yang ada di hadapannya.
"Tapi apa?" tanya Salman."Kami masih memantau, apakah orang ini berpindah tempat atau tetap di sana," ucap orang suruhan Salman."Aku tidak mau tahu, sekarang juga selamatkan anakku dan tangkap penculik itu!" ucap Salman."Sabar, Tuan. Tunggu kabar sebentar lagi, kita tidak bisa gegabah mendatangi orang itu jika ingin anak Tuan pulang dengan selamat," ucap orang suruhan Salman.Akhirnya bapak dari dua anak itu pun menuruti apa kata orang suruhannya, mereka duduk bersama di ruang tamu dan menyusun strategi untuk penyelamatan Syafana. Sementara Kanaya dengan hati yang hancur masuk ke dalam kamarnya, ia menciumi baby Sadam dan kembali menuliskan banyak hal layaknya sebuah wasiat.Diam-diam Kanaya mendengarkan percakapan Salman dan anak buahnya, mereka sudah memastikan dimana Syafana berada dan akan segera bergerak untuk menyelamatkan anak itu."Bi Imah, saya boleh minta tolong?" tanya Kanaya menghampiri Bi Imah di dapur."Minta tolong apa, Non?" tanya Bi Imah."Tolong jaga Sadam, saya m