Sejak duduk di bangku kuliah semester 5, Theo menjalin hubungan dengan Josephine Cleo Asteria. Josephine yang biasa Theo panggil dengan sebutan Cleo hanya mahasiswi yang mengandalkan beasiswa untuk bisa kuliah di kampus yang sama dengan Theo. Kata Theo hanya dia yang bisa memanggil Josephine dengan sebutan Cleo.
Theo berhasil merebut hati Josephine setelah melakukan pendekatan mulai semester 1, kurang lebih selama dua tahun.
Orang-orang tidak pernah menyangka Theo serius untuk berpacaran dengan Josephine. Awalnya mereka mengira Theo hanya mendekati Josephine karena suatu taruhan. Setelah mereka pacaran, Theo akan memutuskan Josephine dan mendapatkan imbalan taruhannya. Karena Josephine termasuk mahasiswi yang banyak menyukainya karena paras dan kebaikan hatinya. Namun, semua pria yang mendekatinya selalu dia tolak.Karena itu, banyak teman mereka yang bingung melihat hubungan Theo dan Josephine yang masih tetap bertahan. Kata teman-teman mereka, Theo dan Josephine memiliki sifat yang sangat berbeda. Josephine si ramah dan baik hati sedangkan Theo di angkuh dan sombong.Josephine hanya anak dari pasangan yang sederhana Johnny dan Mila. Johnny hanya seorang karyawan biasa di salah satu perusahaan yang tidak begitu besar. Sedangkan Mila hanya seorang ibu rumah tangga. Penghasilan Johnny yang tidak seberapa memaksakan Josephine untuk mengejar beasiswa dan mengandalkan beasiswa tersebut untuk dapat berkuliah.Josephine sudah menyelesaikan kuliahnya dan wisuda satu tahun yang lalu bersama ketiga sahabat Theo.Theo memang mengalami ketertinggalan satu tahun mengejar wisudanya. Sekarang dia sedang bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan yang cukup besar. Penghasilannya berhasil membantu orang tuanya untuk mencukupi kehidupan orang tuanya di Surabaya dan membantu menyekolahkan adik laki-lakinya yang masih menduduki bangku SMA. Ya, orang tua dan adik Josephine tinggal di Surabaya, dan dari kota itulah asal Josephine. Hal itulah yang menyebabkan Josephine harus kost tinggal di ibu kota ini.
Theo sudah sering menawarkan Josephine untuk tinggal di apartemen miliknya yang dekat dengan kantor Josephine. Namun, Josephine selalu berhasil menolak. Theo memang memiliki banyak apartemen di berbagai tempat.Josephine senang bisa menjalin hubungan dengan Theo. Theo memiliki paras yang tampan, meskipun sering disebut sebagai si angkuh, namun tak bisa dipungkiri banyak wanita yang ingin menjadi kekasih Theo. Selain itu, sejauh ini Theo selalu ada setiap Josephine membutuhkannya. Meskipun emosi, Theo tidak pernah main fisik. Jika sedang dalam keadaan biasa, Theo sangat baik kepada Josephine. Namun, sikap possesive dan keras kepala Theo yang membuat Josephine sering merasa tidak nyaman.
Josephine tidak bisa menebak isi pikiran Theo karena Theo tidak pernah menceritakan masalahnya kepada Josephine. Tidak hanya kepada Josephine, pria itu memang tidak pernah menceritakan apapun masalahnya kepada orang lain. Dan pria itu tidak pernah menunjukkan sedang memiliki masalah, beban pikiran atau apapun. Seolah-olah setiap harinya, kehidupan pria ini berjalan mulus sebagaimana mestinya."Yaampun Josephine kamu makin cantik aja nak" mami Theo heboh saat menemui anaknya bersama Josephine setelah ia dan suaminya selesai menyapa para kolega bisnisnya yang hadir di acara malam ini."Makasih,Mi. Mami juga makin cantik aja. Masih kelihatan muda" Josephine memang sudah memanggil mami Theo dengan sebutan mami karena permintaan wanita yang melahirkan Theo tersebut."Maaf ya mami sami papi daritadi keasikan ngobrol sama kolega papi""Iya gapapa mi. Papi sama mami baik baik aja kan kabarnya?" tanya Josephine memastikan."Baik baik aja kok. Mami nih yang sering ngeluh kecapekan" sahut Papi Theo sambil melirik mami Theo di sebelahnya."Namanya juga udah berumur Pi" balas mami yang mendapat kekehan dari keempatnya."Ayah sama bunda kamu gimana kabarnya? Udah lama kita gak ketemu" Mami Theo menanyakan keadaan orang tua Josephine."Iya ya,Mi. Kita terakhir ketemu di wisudanya Josephine"balas Papi Theo."Baik kok,Mi. Mereka sehat-sehat aja" sahut Josephine tersenyum."Tadi kamu sama Theo ke sininya?" tanya Papi kepada Josephine."Iya dong Pi. Gak mungkin aku biarin dia datang sendiri ke sini" Theo langsung menjawab pertanyaan Papinya meskipun dia tahu bahwa pertanyaan itu tidak ditujukan untuknya."ayo duduk dulu biar enak ngobrolnya" Mami Theo mengajak ketiganya untuk duduk di kursi kosong yang dekat dengan posisi mereka berdiri."Kamu lama banget tadi datengnya. Harusnya kan kamu yang kasih sambutan, inikan acara kamu" sikap cerewet mami Theo tidak pernah hilang."Macet,Mi. Lagian aku kan udah bilang gak usah ada acara ginian segala" Theo tidak mau kalah kepada maminya."Ini acara kamu sekali seumur hidup loh jadi harus ada syukurannya" mami Theo tidak terima dengan ucapan Theo yang seolah tidak senang dengan diadakannya acara syukuran ini."Gak harus sebesar ini,Mi. Acaranya bisa kok makan malam kita sekeluarga aja. Lagian aku gak kenal kok sama kolega bisnis papi mami" Theo masih tetap pada mode tidak mau kalahnya."Justru karena itu. Kamu udah harus mulai kenalan dengan kolega bisnis kita. Nantikan kamu yang bakal nerusin bisnis keluarga ini. Kamu bakal berhubungan sama kolega kolega itu" Mami tetap ingin mencoba menasehati Theo."Tapi...""Udah udah masa mau ribut di tengah acara ini. Gak enak dilihat orang lain. Lanjut nanti aja ngomonginnya kalau acara udah selesai" perkataan Papi Theo berhasil menghentikan pembicaraan Theo dan maminya.Theo melirik Josephine yang duduk di sebelahnya dan alhasil mendapat tatapan tajam. Dia tahu, Josephine kesal padanya karena mencoba melawan omongan maminya."Gimana kerjaan kamu Pin? Kamu nyaman gak kerja di sana? Bos dan karyawan lainnya di sana gimana?" mami Theo mengalihkan pembicaraannya kepada Josephine untuk menghindari keributan dengan Theo."Nyaman kok,Mi. Teman sama bos di sana juga baik kok. Aku juga enjoy sama pekerjaan aku di sana" jawab Josephine."Itu perusahaan sahabat kamu itu kan?" Tanya Mami Theo memandang Theo."Iya punya keluarga James" sadar pertanyaan tadi ditujukan untuknya, Theo menjawab pertanyaan maminya."Jadi dia atasan kamu?" tanya Mami Theo lagi kepada Josephine."Iya,Mi. Tapi aku gak satu kantor sama dia. Aku di kantor cabangnya sementara dia di kantor pusatnya. Kita belum pernah ketemu di kantor dan kayaknya dia lebih sering urus urusan di luar negeri" jelas Josephine."Iya dia emang lagi sering banget ke luar negeri. Pindah pindah terus dia" sahut Theo."Kamu gak mau pindah ke kantor Papi aja?" tawar Papi Theo kepada Josephine."Lagian nanti Theo kan kerja di sana juga" lanjutnya. Mendengar hal itu Theo langsung memandang Josephine dan tersenyum penuh harap. Berharap Josephine mengiyakan tawaran Papinya itu."Gak usah Pi. Aku masih nyaman kok kerja di sana. Lagian aku kan punya kontrak dengan perusahaan jadi harus aku jalanin" Josephine menolak dengan halus tawaran Papi Theo yang berhasil menurunkan semangat Theo."Yaudah gapapa. Nanti kalau kamu gak nyaman kerja di sana kabarin Papi atau Theo aja, atau ke Mami juga bisa. Jadi nanti kita tinggal urus pindah kamu. Kontrak bisa kita urus nanti" putus Papi Theo."Iya makasih,Pi" balas Josephine dengan tersenyum manis."Kamu mau mulai kerja kapan?" tanya Papi kepada Theo."Bulan depan aja boleh gak Pi? Aku mau istirahat dulu. Lagian masih ada yang perlu aku urus" jawab Theo."Terserah kamu aja. Asal jangan kelamaan aja, jangan keasikan main dan nganggur nanti jadi gak mau kerja" jawab Papi Theo."Iya gak bakalan kok,Pi. Aku pasti ingat tanggung jawab aku kok" sahut Theo.Setelah itu mereka kembali menikmati acara syukuran wisuda Theo tersebut. Papi dan Mami Theo menyapa semua teman Theo dan kolega bisnis mereka yang hadir. Theo dan Josephine langsung menemui sahabat Theo yang membawa pasangannya yang kini sedang duduk bersama juga dengan sahabat Josephine yang juga datang dengan pasangannya. Lingkaran tempat duduk mereka terlihat paling besar dari yang lain."Maaf ya kita baru temuin. Tadi ngobrol bareng Papi Mami dulu" sapa Theo setelah semua sahabatnya dan sahabat Josephine beserta pasangannya masing-masing memberikan ucapan selamat atas kelulusannya."Iya gapapa kok. Lagian kita juga rame kok disini jadi gak bakal bosan lah" sahut James."Samperin dulu tuh calon kolega bisnis lo satu satu" ledek Austin."Gak kenal gue" jawab Theo seolah tidak peduli."Makanya kenalan" William kini ikut meledek Theo."Udah persis mami gue lo berdua" balas Theo yang mendapat tawaan dari yang lainnya."Eh ini pacarnya Anastasia ya?" tanya Theo melihat salah satu pria yang baru ini ditemuinnya."Iye diem aja lo gak usah digangguin" sewot Anastasia, sahabat Josephine."Yaampun sewot banget baru ditanyain juga" Josephine tertawa melihat sahabatnya yang satu itu. Anastasia sangat berbeda dengan Thalia, sahabat Josephine yang lain. Thalia sangat ramah dan mudah mengekspresikan perasaannya. Thalia juga sangat senang bercerita kepada Anastasia dan Josephine. Sementara Anastasia jutek, cuek dan terkesan misterius."Gue kira lo gak bakal pacaran Tas. Kita nongkrong juga biasanya Thalia doang yang bawa Mark" James ikut meledek Anastasia."Pastiin aja dulu. Siapa tau sebenarnya mereka udah lama pacaran tapi diam-diam aja dari kita" Mark, pasangan Thalia mulai angkat bicara. Anastasia hanya diam tidak menjawab omongan mereka semua."Oh iya kenalin gue Bryan, pacarnya Anastasia. Gue sama Anastasia sebenarnya udah lama pacaran, udah hampir dua tahunan. Tapi gue lagi sibuk urus bisnis di negara lain jadi baru ini punya waktu buat kumpul bareng lo semua" pacar Anastasia tersebut mulai memperkenalkan dirinya kepada mereka semua."KAN" Thalia yang terlihat heboh dari mereka semua yang mendapat cibiran dari Anastasia.Mereka kembali menikmati acara dan mengobrol. Sampai gadis-gadis itu membentuk tim obrolan mereka yang baru. Biasa, membicarakan baju, fashion, perhiasan, gosip, pria dan banyak topik pembahasan mereka yang lainnya.Sementara keenam pria muda tersebut terlihat serius membahas masalah bisnis. Memang, jika mereka sudah dalam mode serius obrolan mereka tidak pernah jauh-jauh dari pembahasan bisnis."Maaf ya tadi aku kelewatan bentak bentak kamu" saat ini Theo dan Josephine sedang berada di dalam mobil. Setelah acara syukuran tadi selesai, Theo ingin mengantarkan Josephine pulang ke kost-annya. Mami dan Papi Theo sudah langsung pulang ke rumah setelah tadi Theo izin mengantarkan Josephine pulang terlebih dahulu.Josephine hanya menjawab perkataan Theo dengan deheman."Kamu jangan pernah minta putus atau break lagi. Kamu tau aku gak bakal pernah mau" lanjut Theo mulai membahas pembicaraan mereka tadi siang."Kenapa? Jadi maksud kamu cuma kamu yang punya kendali untuk hubungan ini? Aku gak punya hak apa apa? Aku cuma bisa ikutin mau kamu gitu?" tanya Josephine tidak terima dengan perkataan Theo."Aku gak suka" sahut Theo singkat."Aku juga kan bisa gak suka. Gak hanya kamu yang bisa gak suka. Aku gak suka kamu selalu bertindak semau kamu, gak pernah dengar omongan dan pendapat aku. Jadi kalau aku udah gak nyaman sama hubungan ini gimana dong? Ak
"Kamu kapan mau mulai kerja?" Tanya Josephine. Saat ini Josephine dan Theo sedang berada di dalam mobil Theo. Keduanya sedang berada dalam perjalanan menuju kantor Josephine. Sama seperti hari-hari biasanya, Theo akan mengantarkan Josephine ke kantornya."Maunya sih bulan depan, aku pengen liburan dulu. Tapi aku gak tau mau liburan sama siapa, kamu juga sibuk kerja" Theo menjawab pertanyaan Josephine."Aku kan lagi sibuk. Urusan di kantor juga lagi banyak. Jadi aku gak bisa temenin kamu liburan untuk saat ini" Josephine mencoba untuk menjelaskan pada Theo."Kamu kan bisa cuti atau izin atau apalah itu namanya di perusahaan tempatmu kerja itu" Saran Theo."Aku gak bisa izin sekarang ini, urusan kantor lagi banyak banget. Lagi ada kerja sama sama perusahaan besar. Kalau aku izin atau cuti, aku bakal nyusahin tim yang lain dong karna limpahin tugas aku ke mereka" Josephine masih terus mencoba untu
"Maaf ya lama nunggu" Sapa Theo pada teman-temannya yang sedang berbincang."Santai aja bro" teman yang akan menjadi partner kerja sama Theo langsung berdiri dan menjabat tangan Theo."Siapa bro?"Tanyanya menanyakan Josephine."Pacar gue. Kenalin namanya Josephine. Sayang ini teman SMA aku yang aku ceritain namanya Riko" Theo mengenalkan keduanya."Josephine""Riko""Udah pada pesan?" Tanya Theo."Udah, udah habis juga makanan kita" William menjawab sembari menunjukkan piring kosong di hadapan mereka."Yaudah kita langsung bahas kerja samanya aja ya" lanjut Theo."Lo berdua pesan dulu aja"saran Riko."Eh gak usah, nanti kita rencana mau makan di rumah dia" jawab Josephine karena Riko memperhatikannya seolah menunggu jawabannya."Asik banget udah bawa
" Theoden Manuel Orlando anak dari Oliver A Orlando lulus dengan IP 3,4" Suara MC acara wisuda yang sedang berlangsung terdengar dengan lantang di dalam aula kampus swasta elite di tengah ibu kota.Terlihat seorang pemuda tampan penuh karisma berjalan di atas panggung aula tersebut dan menjalankan kewajiban seperti wisudawan pada umumnya. Setelahnya, pemuda tersebut turun dari panggung dan kembali ke tempat duduknya. Acara wisuda tersebut berjalan dengan khidmat hingga ditutup dengan doa penutup.Setelah acara di dalam aula telah usai, terlihat para wisudawan wisudawati berfoto bersama teman-temannya. Begitu juga dengan Theo, salah satu wisudawan yang baru saja mengikuti acara di dalam aula. Saat ini Theo sedang berfoto bersama teman-teman satu jurusannya yang lulus bersamaan dengannya.Setelah selesai berfoto dengan teman satu jurusannya, Theo menghampiri kedua orang tuanya yang kini sedang berdiri bersama kekasihnya dan juga sahabatnya dan terlihat sed
"Aku gak suka teman kamu ngomong kayak tadi" ucap Josephine tiba-tiba di tengah obrolan mereka setelah keduanya duduk di ruang tamu apartemen Theo."Yang mana?" tanya Theo bingung."Omongan mereka yang bilang hidup jadi aku itu enak. Aku gak suka mereka ngomong kayak gitu. Mereka gak tau apa yang aku jalanin" celoteh Josephine yang tiba-tiba kesal."Ya namanya juga hidup. Orang-orang bakal menilai hidup orang lain lebih menyenangkan. Itu bukan hal yang aneh kali. Kamu gak usah tanggepinnya terlalu berlebihan" sahut Theo."Berlebihan?" Josephine tidak percaya Theo akan mengatakan itu."Iya kamu selalu menanggapi segala sesuatu dengan berlebihan. Mereka gak salah juga kali ngomong gitu tadi" perkataan Theo semakin memancing kekesalan Josephine."Coba kamu jelasin di bagian mananya aku nanggepinnya berlebihan?" tanya Josephine masih tidak habis pikir dengan Theo."Kamu gak usah kesal dengar merek
"Maaf ya lama nunggu" Sapa Theo pada teman-temannya yang sedang berbincang."Santai aja bro" teman yang akan menjadi partner kerja sama Theo langsung berdiri dan menjabat tangan Theo."Siapa bro?"Tanyanya menanyakan Josephine."Pacar gue. Kenalin namanya Josephine. Sayang ini teman SMA aku yang aku ceritain namanya Riko" Theo mengenalkan keduanya."Josephine""Riko""Udah pada pesan?" Tanya Theo."Udah, udah habis juga makanan kita" William menjawab sembari menunjukkan piring kosong di hadapan mereka."Yaudah kita langsung bahas kerja samanya aja ya" lanjut Theo."Lo berdua pesan dulu aja"saran Riko."Eh gak usah, nanti kita rencana mau makan di rumah dia" jawab Josephine karena Riko memperhatikannya seolah menunggu jawabannya."Asik banget udah bawa
"Kamu kapan mau mulai kerja?" Tanya Josephine. Saat ini Josephine dan Theo sedang berada di dalam mobil Theo. Keduanya sedang berada dalam perjalanan menuju kantor Josephine. Sama seperti hari-hari biasanya, Theo akan mengantarkan Josephine ke kantornya."Maunya sih bulan depan, aku pengen liburan dulu. Tapi aku gak tau mau liburan sama siapa, kamu juga sibuk kerja" Theo menjawab pertanyaan Josephine."Aku kan lagi sibuk. Urusan di kantor juga lagi banyak. Jadi aku gak bisa temenin kamu liburan untuk saat ini" Josephine mencoba untuk menjelaskan pada Theo."Kamu kan bisa cuti atau izin atau apalah itu namanya di perusahaan tempatmu kerja itu" Saran Theo."Aku gak bisa izin sekarang ini, urusan kantor lagi banyak banget. Lagi ada kerja sama sama perusahaan besar. Kalau aku izin atau cuti, aku bakal nyusahin tim yang lain dong karna limpahin tugas aku ke mereka" Josephine masih terus mencoba untu
"Maaf ya tadi aku kelewatan bentak bentak kamu" saat ini Theo dan Josephine sedang berada di dalam mobil. Setelah acara syukuran tadi selesai, Theo ingin mengantarkan Josephine pulang ke kost-annya. Mami dan Papi Theo sudah langsung pulang ke rumah setelah tadi Theo izin mengantarkan Josephine pulang terlebih dahulu.Josephine hanya menjawab perkataan Theo dengan deheman."Kamu jangan pernah minta putus atau break lagi. Kamu tau aku gak bakal pernah mau" lanjut Theo mulai membahas pembicaraan mereka tadi siang."Kenapa? Jadi maksud kamu cuma kamu yang punya kendali untuk hubungan ini? Aku gak punya hak apa apa? Aku cuma bisa ikutin mau kamu gitu?" tanya Josephine tidak terima dengan perkataan Theo."Aku gak suka" sahut Theo singkat."Aku juga kan bisa gak suka. Gak hanya kamu yang bisa gak suka. Aku gak suka kamu selalu bertindak semau kamu, gak pernah dengar omongan dan pendapat aku. Jadi kalau aku udah gak nyaman sama hubungan ini gimana dong? Ak
Sejak duduk di bangku kuliah semester 5, Theo menjalin hubungan dengan Josephine Cleo Asteria. Josephine yang biasa Theo panggil dengan sebutan Cleo hanya mahasiswi yang mengandalkan beasiswa untuk bisa kuliah di kampus yang sama dengan Theo. Kata Theo hanya dia yang bisa memanggil Josephine dengan sebutan Cleo.Theo berhasil merebut hati Josephine setelah melakukan pendekatan mulai semester 1, kurang lebih selama dua tahun. Orang-orang tidak pernah menyangka Theo serius untuk berpacaran dengan Josephine. Awalnya mereka mengira Theo hanya mendekati Josephine karena suatu taruhan. Setelah mereka pacaran, Theo akan memutuskan Josephine dan mendapatkan imbalan taruhannya. Karena Josephine termasuk mahasiswi yang banyak menyukainya karena paras dan kebaikan hatinya. Namun, semua pria yang mendekatinya selalu dia tolak.Karena itu, banyak teman mereka yang bingung melihat hubungan Theo dan Josephine yang masih tetap bertahan. Kata teman-teman mereka, Theo dan Jo
"Aku gak suka teman kamu ngomong kayak tadi" ucap Josephine tiba-tiba di tengah obrolan mereka setelah keduanya duduk di ruang tamu apartemen Theo."Yang mana?" tanya Theo bingung."Omongan mereka yang bilang hidup jadi aku itu enak. Aku gak suka mereka ngomong kayak gitu. Mereka gak tau apa yang aku jalanin" celoteh Josephine yang tiba-tiba kesal."Ya namanya juga hidup. Orang-orang bakal menilai hidup orang lain lebih menyenangkan. Itu bukan hal yang aneh kali. Kamu gak usah tanggepinnya terlalu berlebihan" sahut Theo."Berlebihan?" Josephine tidak percaya Theo akan mengatakan itu."Iya kamu selalu menanggapi segala sesuatu dengan berlebihan. Mereka gak salah juga kali ngomong gitu tadi" perkataan Theo semakin memancing kekesalan Josephine."Coba kamu jelasin di bagian mananya aku nanggepinnya berlebihan?" tanya Josephine masih tidak habis pikir dengan Theo."Kamu gak usah kesal dengar merek
" Theoden Manuel Orlando anak dari Oliver A Orlando lulus dengan IP 3,4" Suara MC acara wisuda yang sedang berlangsung terdengar dengan lantang di dalam aula kampus swasta elite di tengah ibu kota.Terlihat seorang pemuda tampan penuh karisma berjalan di atas panggung aula tersebut dan menjalankan kewajiban seperti wisudawan pada umumnya. Setelahnya, pemuda tersebut turun dari panggung dan kembali ke tempat duduknya. Acara wisuda tersebut berjalan dengan khidmat hingga ditutup dengan doa penutup.Setelah acara di dalam aula telah usai, terlihat para wisudawan wisudawati berfoto bersama teman-temannya. Begitu juga dengan Theo, salah satu wisudawan yang baru saja mengikuti acara di dalam aula. Saat ini Theo sedang berfoto bersama teman-teman satu jurusannya yang lulus bersamaan dengannya.Setelah selesai berfoto dengan teman satu jurusannya, Theo menghampiri kedua orang tuanya yang kini sedang berdiri bersama kekasihnya dan juga sahabatnya dan terlihat sed