Zimba ingin membuat video kenangan di hpnya ternyata ketinggalan di lantai dua. Romi dan Irwan yang sangat sibuk memanggang daging tidak bisa menemaninya. Zimba akhirnya pergi sendirian. Pada saat mengambil hp, Zimba mendengar ada suara aneh dari lantai 3. Zimba yang pemberani pergi menaiki tangga secara berlahan mengikuti arah dari suara itu.
Kamar ujung yang sengaja didesain tertutup tidak tampak terlihat, Zimba curiga keluarga Romi pasti ada yang psikopat. Pintunya sedikit terbuka. Pada saat Zimba mengintip, tiba-tiba ada bayangan orang yang hanya memakai bokser dari belakang menghampirinya. Tiba-tiba bayangan itu semakin mendekat dan memegang pantat Zimba yang montok. Zimba sangat terkejut akan aksi pria itu terhadapnya. Setelah menoleh ke belakang ternyata sosok pria yang mandi di kolam berenang yang sudah dilirik Zimba sebelumnya. Zimba tidak dapat marah hanya memberikan senyuman saja. Zimba ingin mencoba meraba nenen pria itu tetapi Romi memanggilnya dari bawah. Zimba segera turun ke bawah dengan tergesa-gesa. “Kamu kenapa Zim?” tanya Romi. “Tidak apa-apa Rom, tadi saya mendengar ada suara aneh dari atas. Aku hanya penasaran saja.” Jawab Zimba. “Itu abang aku namanya Morgan. Dia seorang gamers jika pintunya terbuka suaranya sedikit bising ke bawah Zim.” Mereka pun pergi dari ruangan itu. Zimba melanjutkan memanggang sementara Romi dan Irwan berenang. Zimba melihat ke arah jendela kaca lantai 3, Morgan sedang memperhatikanya. Zimba sampai salah tingkah melihat penampilan Morgan yang hanya memakai bokser. Zimba mengalihkan perhatianya berpura-pura untuk mentake video Romi dan Irwan saat berenang. Kefokusan Zimba hilang ketika berjalan di pinggiran kolam tidak tau itu licin membuatnya tercebur ke kolam. Romi yang sigap menolong Zimba yang hampir tenggelam karena tidak pintar berenang. Semua rencana Zimba batal ingin membalaskan dendamnya kepada Irwan, Romi dan Bob. Zimba merasa lemas dan tidak sanggup lagi untuk makan. Romi memutuskan Zimba untuk menginap dan beristrahat di kamar tamu. Romi menyuruh Zimba meminjamkan pakaiannya karena tidak ada cewek di rumah Romi, hanya ada pembantu. Beberapa saat kemudian Romi dan Irwan mengetuk pintu kamarnya. Memberikan pakaian dalam yang baru dibelikannya. Zimba tertawa geli melihat celana dalam dan bra tersedia dari size s-xl. Romi masuk ke dalam kamar membawa hair drayer kemudian langsung mengeringkan rambut Zimba. Zimba salah tingkah melihat sifat Romi yang perhatian dan dewasa tidak seperti pada saat di kampus yang kekanakan. Romi juga memberikan obat dan air hangat kepadanya. Karena sudah merasa lelah Romi dan Irwan juga kembali istrahat. Rencana makan-makan juga gagal. Makanan yang mereka panggang juga banyak tersisa. Romi menyuruh pembantunya meletakkan makanan itu di meja dapur. Romi tau Zimba pasti nanti akan kelaparan. Zimba terbangun ingin melihat jam di hpnya. Zimba baru teringat kalua hpnya jatuh ke dalam kolam. Zimba keluar melihat arah kolam tidak ada juga. Zimba sangat khawatir karena itulah hp satu-satunya tidak sanggup lagi membelinya, untuk makan saja irit. Muka Zimba sangat sedih duduk termenung di pinggir kolam. Morgan pura-pura batuk menghampiri Zimba memberikan Hpnya yang sudah rusak tidak bisa lagi hidup. Zimba semakin terpukul dan tidak bisa lagi berkata-kata dan kembali masuk ke dalam rumah. Morgan menghalangi jalan Zimba masuk ke dalam pintu. “Kamu pake saja sementara.” Memberikan kotak hp. “Hah?” Ekspresi muka Zimba yang bengong. Morgan langsung pergi begitu saja tanpa basa-basi. Zimba melihat isi dari kotak tersebut ternyata di dalamnya hp. Zimba sangat senang. Zimba pun pergi ke lantai 3 ingin berterima kasih. Zimba ingin membuka pintu kamar. Morgan langsung menyahut dari belakang Zimba membuatnya terkejut lagi. Morgan tidak langsung ke dalam kamar saat memberikan hp itu. Morgan masih ke dapur mengecek makanan yang masih tersedia dan membawanya ke atas. Zimba ingin mengucapkan rasa terima kasihnya dan berjanji akan mengembalikanya lagi. Tiba-tiba perutnya berbunyi keroncongan karena ikut lapar juga. Morgan mengajak Zimba masuk ikut ke dalam kamar. Zimba sangat heran melihat kamarnya yang sangat rapi dan bersih semua koleksi-koleksi mainan Morgan tertata sangat rapi. Zimba yang penuh hati-hati saat makan. Nantinya akan mengotori kamar Morgan. Suasana mereka canggung dan pasif. Morgan yang tidak banyak berbicara. Akhirnya Zimba membangun suasan itu dengan memperkenalkan dirinya. Biasanya Zimba tidak banyak bertanya dengan kehidupan pribadi seseorang. Entah kenapa Zimba selalu membuka suara untuk bertanya kepada Morgan. Semakin jawaban Morgan ketus. Zimba semakin bersemangat untuk menginterogasinya. Setiap kali Morgan bergerak Zimba selalu mengikutinya. Zimba semakin menggeramkan karena Morgan tidak suka dengan kebisingan. Morgan menutup mulut Zimba menyuruhkan berhenti berbicara. Setelah selesai makan. Zimba meminta izin masuk ke toilet menyuci tangan. Zimba sengaja meletakkan flashdisk merahnya di atas wastafel cuci tangan. Sesudah Zimba keluar dilanjut Morgan yang masuk. Zimba ingin berpamitan kembali ke bawah. Morgan menanyakan fdnya yang ketinggalan. Zimba pura-pura kelupaan dan memintanya kembali. Morgan tidak langsung memberikan dan ingin langsung memasang ke komputer. Zimba pun langsung merebut kembali tetapi tidak bisa karena tubuh Morgan yang tinggi tidak bisa menggapai dari tangannya. Zimba menutup rapat pintu kamar Morgan dan langsung mencium bibir Morgan. Morgan yang syok akan hal itu Zimba berhasil merebut fdnya dan kembali pergi dari kamar itu. Morgan langsung menggapai tangan Zimba menciumnya kembali. Tinggi badan Morgan tidak tercapai, Zimba menaiki kursi gamenya, memegang kepala Morgan dari belakang mereka memulai adegan bercumbu. Zimba yang semakin teransang mulai menjilat leher Morgan, tangan nakalnya meraba-raba buah pisang Morgan. Suasana semakin membasah mereka memutuskan berbaring di atas tempat tidur. Morgan membuka pakaianya dan juga milik Zimba. Ujung lidah Zimba menari-nari di atas kemaluan Morgan. Morgan memerankan tanganya meremas payudara Zimba. Zimba mulai menggesek-gesek buah kesemeknya ke buah pisang Morgan. Gairah mereka semakin memuncak kemaluan mereka sudah bercumbu di dalam. Morgan menggantikan posisi di atas. Morgan mengguncangkan alat vital Zimba, suara ledakan desahan yang semakin kencang membuat lava Morgan muncrat dan bergegas ke toilet. Mereka berdua sudah sangat kelelahan. Zimba langsung memakai pakaianya segera pergi ke turun ke kamar tamu. Pagi hari yang cerah, Romi membuka gorden kamar dan membangunkan Zimba untuk cuci muka, gosok gigi dan mengajak untuk sarapan. Mereka menuju dapur disambut dengan Irwan dan Morgan. Zimba ingin memutar balik tetapi Romi memegang pundaknya dan memperkenalkan dia kepada kakaknya. Muka Zimba langsung pucat pasi sampai dirinya juga cegukan mengingat kejadian tadi malam. Morgan menghidupkan mobil sportnya memanggil mereka supaya segera berangkat. Zimba yang sudah selesai membenahi dirinya sementara Irwan dan Romi masih belum siap. Morgan membuka pintu mobilnya mempersilahkan Zimba untuk masuk. Zimba sengaja memilih bangku belakang. Morgan melarangnya duduk di belakang menyuruh untuk pindah di depan. Zimba tetap tidak mau. Morgan ingin menariknya keluar tetapi Romi langsung menghampiri Zimba. .......Di tengah perjalanan, Romi menyuruh berhenti di mini market untuk membeli cemilan ditemani oleh Irwan. Zimba tidak PD ikut keluar dengan pakaian laki-laki. Suasana mereka berdua pun semakin canggung, Morgan mengalihkan pembicaraan.“Kamu tinggal di mana Zim?” “Aku ngekost!” Jawab Zimba dengan datar. Zimba tidak tahu akan dirinya selalu salah tingkah dan canggung di hadapan Morgan. Jarak tempuh ke Mall hanya 30 menit, berhubung macet mereka menghabiskan waktu untuk sampai 45 menit. Sepanjang perjalanan mereka bertiga bergurau kecuali Morgan yang hanya fokus menyetir dan sesekali memperhatikan Zimba dari kaca spion mobil dalam. Romi membantu Zimba membuka botol minumannya di pandangan Morgan mereka berdua sangat romantis. Morgan sengaja tiba-tiba ngerem mobilnya membuat Zimba hampir kejedot. Sepanjang perjalanan Romi memarahi abangnya. Sesampainya di mall mereka langsung mencari pakaian untuk Zimba. Romi menyuruh Zimba mencoba pakaian yang dia pilih di ruang ganti. Pada saat Zimba m
Sesampainya mereka bertiga di rumah. Morgan hanya mengantar adiknya dan Irwan. Morgan memutar balik mobilnya membuat alasan kepada Romi untuk mengisi bensin. Morgan langsung tancap gas menuju kost Zimba yang sebelumnya sudah dicari tau dari Irwan. Morgan memakirkan mobil sportnya di pinggir jalan karena tidak bisa masuk ke dalam gang kecil. Morgan berjalan kaki memperhatikan nomor rumah kost Zimba. Penjaga kost tidak ada jadi bebas keluar masuk ke kost tersebut. Morgan tidak tau kamar Zimba yang mana, dia mencoba menghubungi Zimba tetapi sengaja tidak angkat, berulang kali ia menelpon mengikuti arah suara nada dering itu. Morgan mendengar ternyata kamar Zimba berdekatan dengan pintu gerbang. Morgan mengetuk pintu kamarnya ternyata benar dugaan Morgan. Zimba kaget dengan kedatangan Morgan. Zimba menyuruh Morgan untuk segera masuk ke dalam dan menutup pintu kamarnya kembali. Morgan langsung memeluk Zimba dan meminta maaf atas kelalaiannya. Zimba yang cemburuan mendengar alasan yang s
Zimba melepas hpnya dari charger. Zimba tidak mendengar dari tadi ada notif wa. Setelah Zimba membaca pesan yang masuk, ia segera keluar melihat ke depan kostnya. Zimba tidak menduga barang yang dibeli Romi sebanyak itu. Zimba tersipu ketika melihat pembalut yang Romi beli dua pack tidak terpakai karena Zimba tidak memakai pantyliner. Zimba melanjutkan belajar untuk membahas mater-materi mata kuliah untuk besok. Tidak terasa waktu hingga pukul 22.30 wib, Zimba pergi ke kamar mandi gosok gigi dan cuci muka. Zimba duduk di atas meja rias memakai skincare. Pada saat mematikan lampu Zimba teringat akan flashdisknya. Zimba menghidupkan lampunya kembali mengecek semua tas tidak ada juga. Melihat di kantong celananya juga tidak ada. Terakhir Zimba melihat di tas laptop tidak ada juga. Zimba mengingat-ingat kembali ternyata ketinggalan di kamar Morgan. Zimba menelpon Morgan lewat wa nomornya tidak aktif. Mencoba menghubungi dari telpon biasa juga tidak aktif. Zimba sangat malu jika Morgan
Perjalanan ke kampus Romi mengajak sarapan dulu, Zimba menolak karena sudah makan dari kost. Zimba menyuruh Romi sendiri saja. Romi pun singgah sebentar di mini market untuk membeli roti dan susu. Pada saat Romi keluar dari mobil, Zimba menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Morgan. Morgan menyuruh Zimba memberikan dompetnya. Morgan melihat isi dompetnya tidak ada sama sekali uang yang dipegang. Morgan mengelus kepala Zimba untuk menenangkan pikiran wanitanya. Morgan meminta Zimba untuk segera mengirimkan nomor rekeningnya.Romi membeli banyak sekali makanan ringan dan minuman. Zimba mengingatkan Romi jangan dibawa ke dalam kelas karena jajanan yang Romi bawa sering membuat diskusi mereka tidak lancar. Pikiran mereka akan melayang-layang ke makanan bukan ke pelajaran. Teman-teman mereka juga jadi ribut karena berebutan jajanan.Romi langsung takut dengan peringatan Zimba karena ia sangat trauma tidak ingin mengulang masa itu lagi. Romi pernah kena tabok membuat giginya hampir m
Malam yang dingin terasa panas, keringat yang membasahi tubuh Morgan dan Zimba sudah kelelehan membasmi hasrat-hasrat kerinduan. Morgan hanya tersenyum melihat Zimba yang langsung ketiduran. Morgan memakaikan baju Zimba yang masih telanjang bulat. Pagi hari yang cerah Zimba hampir terlambat bangun, badanya terasa sangat capek membuatnya malas beranjak dari tempat tidur. Zimba mendengar suara ribut di dapur kecilnya ternyata ada Morgan yang sedang memasak sarapan untuknya. Zimba langsung mendekati Morgan lalu memeluknya dari belakang. Sebelum berangkat ke kampus Zimba membereskan kostnya karena jam masuk kuliah masih lama lagi. Mulai dari kamarnya sudah seperti kapal pecah Zimba merapikan barang-barangnya, mengganti seprai yang sudah kotor dan juga mengepel.Morgan yang sudah selesai memasak ikut juga membantu Zimba beres-beres. Mulai dari mencuci piring-piring yang kotor dilanjut membantu Zimba ikut juga mencuci pakaian. Zimba sudah menyuruhnya untuk istrahat saja tetapi Morgan yang
Romi mengantar Zimba pulang ke kost. Zimba mengajak Romi makan sate dulu sebelum pulang ke rumahnya. Mereka berjalan kaki dari gang menuju kost, Zimba ingin melarikan diri saat melihat Kakaknya namun ada juga Ibu dan Ayah Zimba di sana. Zimba menyuruh Romi untuk pulang saja.“Mengapa kalian duduk di situ seperti menunggu sembako?” Ucap Zimba dengan suara datar. “Ibu ngapain datang ke sini? Tumben!” Ratna yang sangat kesal dengan sambutan cetus Zimba.“Dasar anak durhaka!” Menampar wajah kiri Zimba.“Bisa ngk sekali jangan mempermalukan aku di tempat umum? Ini tempat kost banyak orang. Kamu harus sedikit paham!” Jawab Zimba nada tinggi.“Berani kau sekarang yah!” Menjambak rambut Zimba.Suasana semakin riuh. Mereka berdua saling menjambak rambut satu sama lain. Orang tuanya berusaha memisahkan tetapi tidak mempan karena bantuan Romi ikut menarik Zimba baru berhasil. “Kenapa kamu belum pulang?” Bisik Zimba kepada Romi. Romi tidak menjawab. Romi menyuruh Zimba untuk segera masuk ke da
Rasa cemburu Morgan semakin menyala. Morgan ikut turun berenang. Romi sempat tidak menyangka abangnya mau ikut bergabung dengan mereka karena yang ia tau abangnya tidak suka berenang dengan siapa pun. Zimba sudah menduga kalua Morgan akan datang. Zimba pura-pura biasa saja melanjutkan latihan berenangnya bersama Bob. Jiwa perempuan Irwan muncul saat melihat tubuh Morgan yang kekar dan seksi. Irwan menggoda Morgan yang pikiranya sedang dilanda cemburu.Bob kewalahan saat menyokong Zimba berenang membuat Zimba hampir tenggelam. Morgan yang secepat kilat langsung menolong Zimba sebenarnya tidak begitu parah hanya Morgan yang terlalu panik saja. Mereka bertiga sampai heran melihat aksi dari Morgan.Zimba melepaskan tangan Morgan melanjutkan renangnya. Zimba yang salah tingkah tidak sadarkan diri berenang ke area kolam yang dalam membuatnya tenggelam lagi. Lagi-lagi semua temanya terkejut untung saja Morgan selalu ada menolongnya. Morgan menyuruh mereka untuk tidak berenang lagi. Semua k
Melihat isi surat, Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Zimba sedangkan Morgan mengambil kunci mobil bergegas mencari Zimba. Bob dan Irwan ikut kebingan melihat mereka berdua seperti takut kehilangan padahal hanya ke pasar saja.........Morgan selalu mendapat nilai yang bagus orang tuanya menghadiahkan vila. Untuk merayakannya, mereka sekeluarga pergi jalan-jalan ke vila. Saat itu Romi masih kelas 2 SMP, Morgan Kelas 3 SMA karena belum banyak tau daerah vila itu Romi dan Morgan pergi jalan-jalan tanpa berpamitan. Lama kemudian mereka nyasar bukan hanya itu saja mereka berdua kena rampok barang-barang dan duit habis diambil. Semenjak kejadian itu Morgan dan Romi truma tidak pernah pergi ke area pasar. Morgan bergegas menyetir mobilnya Romi yang tidak sempat ikut hanya menunggu di vila berharap Zimba tidak kenapa-kenapa. Sepanjang perjalanan Morgan melihat kiri dan kanan jalan ternyata Zimba tidak ada. Sesampainya di pasar ikan masih saja belum ketemu. Morgan semakin khawatir di
Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta
Untuk menghentikan mereka Romi mengajak makan ramen kalau bukan mereka masih tetap berantam. “Siap makan kita belanja snack dulu yah.” Jajanan stok di rumah Romi sudah habis.“Oke.” Jawab mereka.“Main game dulu yok nanti.” Game yang Irwan maksud time zone.“Enggak! Capek!” Bentak Zimba.“Yah sudah kalau begitu.” Nada rendah Irwan menandakan takut kalau Zimba sudah serius marah.“Lain kali saja yah Wan.” Bob menolak lembut.Romi membayar ke kasir semua makanan yang mereka pesan. Romi memilih makanan ringan kesukaannya begitu juga Zimba membeli beberapa jenis kue-kuean. Bob dan Irwan tidak ikut lagi belanja. Mereka menunggu di kursi pembeli karena lumayan capek tidak sanggup lagi berjalan. Romi dan Zimba tidak berlama-lama karena kakinya juga sudah terasa kram.……..Mereka duluan mengantar Irwan pulang ke rumahnya. “Kalian tidak singgah dulu?” Irwan turun dari mobil.“Kapan-kapan yah Wan. Kami sangat kecapean.” Romi menolak karena kondisi mereka pun sudah mengantuk.“Jangan marah ya
“Kenapa marah? Bunga ditanam bukan hanya hiasan di luar saja, bisa kok di dalam rumah.” Protes Zimba karena bunga sebanyak itu sayang tidak manfaatkan. “Ceritanya panjang malas bahasnya.” Kata Romi tidak ingin mengungkit masa lalu.Bunga mawar itu sebagai tanda bukti kehancuran dan kebangkitan mereka. Awal kehancuran keluarga mereka karena Ibunya selingkuh dengan orang luar. Membuat mereka gempar. Ibunya hanya seorang wanita yang pendiam, pekerjaan setiap harinya selalu menghiasi isi rumah dengan bunga-bunga hidup, selain itu juga mengoleksi tanaman-tanaman hias di taman rumah mereka dulu.Tanpa sepengetahuan mereka Ibunya diam-diam mengenal pria itu lewat sosial media. Awal pertama Ayahnya belum juriga akan tetapi tidak lama kemudian ketahuan. Namun masih sama-sama memendam.Ibunya mulai sering meninggalkan rumah alasan pergi urusan ke luar kota. Ayah mereka yang sudah capek pulang kerja tanpa kehadiran istri sangatlah berat. Biasanya ada yang selalu memperhatikan.Terkadang Ibunya
Bob dan Romi kembali tenang setelah Zimba membuat ekspresi marahnya. Sebagai tamu Bob dan Zimba tidak mau tinggal diam, ikut serta membersihkan peralatan makan mereka. Romi sudah melarang tetapi mereka berdua tetap mengerjakan.Romi pun jadi ikut-ikutan membereskan semuanya biasanya hanya duduk tenang selesai makan. Romi anak yang sangat jarang beres-beres masih belum mengerti. Zimba pun mengarahkan bagaimana langkah-langkah mencuci piring yang bersih. Moment ini sangat lucu tidak lupa Bob memvideokan mereka berdua. Di sela-sela waktu jika mereka bersama selalu menyempatkan menyimpan ke memori kamera yang sudah khusus mentake aktivitas mereka berempat.Bob dan Romi mandi sebelum belajar. Zimba nonton dulu menunggu mereka siap. Beberapa menit kemudian Zimba kepikiran membuatkan air hangat untuk Irwan supaya cepat sembuh. Tanpa berpikir panjang Zimba langsung saja membuka pintu kamar, lagi-lagi Zimba melihat pemandangan yang menodai penglihatanya.Romi dan Bob dengan santainya telanjan