"Okhe.""Yes Chef," jawab Okhe sambil menoleh, dirinya sedikit kaget karena tiba-tiba dipanggil Jonathan padahal sudah jam tutup restoran. Apa dia melakukan kesalahan?"Kamu tadi serve langsung meja no.14 kan?" tanya Jonathan seraya menepuk bahu Okhe, "pas ... dagingnya pas dan kata temen saya kamu hebat tadi saat presentasi."Okhe bernapas lega mendengar perkataan Jonathan, untungnya tadi dia melayani dengan baik meja 14 yang ternyata teman Jonathan coba kalau tadi dia meleng atau daging yang dia masak overcook habislah dia di maki-maki oleh Jonathan. Cukup Kaluna saja yang kena makian Jonathan yang bisa membuat lutut para koki di restoran itu bergetar."Terima kasih Chef atas pujiannya," ucap Okhe sedikit bangga."Oh, sama kamu liat Kaluna?" tanya Jonathan sambil melihat sekelilingnya. Dari tadi dia sudah mencari Kaluna ke mana-mana tapi wanita itu tidak bisa ia temukan bahkan semua chat dan teleponnya diabaikan. Ampun ... apakah Kaluna masih marah pada dirinya? Entah harus cara apa
"Astaga besar!""Ayang!" pekik Jonathan yang sama-sama kaget sambil menarik handuknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya sendiri. Wajah Kaluna memerah dengan cepat, ia berlari keluar kamar mandi melewati Jonathan yang juga sama-sama salah tingkah. Mereka berdua mungkin pernah tidur bersama atau bahkan tidur bergelung di balik selimut tanpa seutas benang pun tapi, rasanya canggung meihat langsung kejantanan Jonathan yang membuat pikiran kotor Kaluna membumbung tinggi.Ternyata datang ke rumah Jonathan untuk mengembalikan laptop Jonathan dan mandi di rumah kekasihnya itu adalah keputusan yang salah. Kaluna kembali menoleh ke belakang melewati pundaknya dan lagi-lagi melihat kejantanan Jonathan yang meledakan seluruh pikiran kotor di kepalanya."Kaluna Dayana, jangan mikir aneh-aneh," ucap Jonathan sambil menarik handuk dan melilitkannya kembali ke pinggangnya lalu berjalan ke arah pintu dan menutupnya."Maaf," teriak Kaluna sambil mengalihkan pandangannya, "abis aku kaget liat isi cel
Jonathan terus memangut bibir Kaluna sedangkan tangannya meraba garis tubuh Kaluna yang terasa sejuk di telapak tanganya. Gairahnya meledak saat lidah Kaluna menyusup ke mulutnya dan mengabsen giginya, menggelitik setiap inci mulutnya hingga ia merasakan rasa geli berujung nikmat yang terus ingin ia rasakan.Jemari Jonathan menyusup ke bagian belakang rambut Kaluna dan menekannya, memaksa Kaluna untuk terus mencumbunya semakin dalam, mengisap lidah manis Kaluna yang membuat setiap inci tubuh Jonathan meraung meminta untuk dipuaskan. Tangan Jonathan dengan cepat membelai punggung Kaluna dan kembali menekannya agar payudara Kaluna yang lembut menyentuhnya. Bahkan Jonathan seolah tidak mengizinkan setu inci pun menjadi jurang pemisah diantara mereka berdua, ia suka saat puting Kaluna yang keras menggesek dadanya, ia suka sensasi menggelitik yang akhirnya menjalar keseluruh tubuhnya dan memecut birahinya."Jo ... ini dapur," bisik Kaluna disela-sela ciuman panas yang mereka lakukan. Kalu
Jonathan mengelus ranjang di sampingnya dan hanya merasakan rasa dingin sprei miliknya. "Yang," panggil Jonathan sambil berusaha membuka matanya dengan susah payah.Jonathan duduk sambil mengusap salah satu matanya kemudian meregangkan tubuhnya yang lelah karena semalaman ia memacu tubuhnya tanpa henti dan lelah untuk meraup rasa nikmat bersama Kaluna. Ia melirik ke arah samping ranjang dan tertawa geli saat melihat bungkus kondom varian strawberry di sana, ada untungnya kebodohan Kaluna kemarin yang membeli banyak kondom setidaknya ia memiliki banyak stok kondom di rumah ini. Apa dia membeli lebih banyak kondom dan dia simpan disetiap sudut rumah? Ah ... kotor sekali pikirannya!Jonathan berjalan keluar kamar, "Ayang ... Yang.""Di dapur, Jo," jawab Kaluna.Jonathan berjalan ke arah dapur dan hanya bisa melihat kaki Kaluna yang mulus di balik pintu kulkas yang menutupi tubuh Kaluna. Dengan cepat Jonathan mengumpat karena lagi-lagi pikiran kotor berseliweran di kepalanya, entah kenapa
"Gimana?" tanya Kaluna sambil melihat Jonathan dengan mata yang berkedip-kedip seolah merayakan kemenangan karena melihat luapan rasa senang di wajah Jonathan saat lelaki itu sedang mengunyah daging yang ia buat sesuai resep miliknya."Gimana?" ulang Kaluna lagi sambil melihat Jonathan menyuapkan irisan besar daging terakhir ke mulutnya, "ih ... jawab."Jonathan mengambil serbet dan melap mulutnya, rasanya ia ingin meremas wajah Kaluna yang terlihat menang karena resep yang awalnya dianggap aneh oleh Jonathan ternyata mampu membuat Jonathan merasakan ledakan rasa nikmat dimulutnya sampai keirisan daging terakhir. "Jo ... jawab," rengek Kaluna yang tidak juga mendapatkan respon dari Jonathan. Walaupun Kaluna serinh sebal pada Jonathan tapi, Kaluna cukup tahu diri kalau taste lidah Jonathan dalam mencicipi makanan sangat bagus, hingga sebuah review positif dari mulut Jonathan akan sangat berguna untuk karir memasaknya. "Yah ...." Jonathan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri se
Kaluna terlihat tersenyum saat menatap bungkusan berisiakn pisau yang sudah sangat ia idam-idamkan dari dulu. "Cuman kamu kayanya yang dapet pisau seneng banget, seinget aku cewek lebih suka dibeliin tas daripada pisau," goda Jonathan sambil melirik Kaluna yang berjalan di sampingnya. Kekasihnya itu terlihat lebih cantik karena sepanjang jalan terus tersenyum sambil bergelayut manja pada dirinya."Ini bukan pisau biasa, Jo, ini ....""Manaka Hamano ENN Aogami, pisau damaskus. Tau aku, Yang ... aku punya di rumah," potong Jonathan yang paham kenapa Kaluna sangat menginginkan pisau itu. Sebuah pisau yang sangat berguna bagi Chef bila ingin memotong sesuatu setipis atau setebal apa pun. Sesuai dengan harganya."Nah kan ... kamu tahu, makanya aku happy banget. Makasih, loh," ucap Kaluna sambil menarik lengan baju Jonathan hingga membuat pria itu sedikit membungkuk ke kiri, lalu Kaluna mengecup pipi Jonathan lembut."Manis yah, kamu kalau udah dikasih yang dimau." Jonathan tertawa karena
"Gendis.""Oh, helo Darling." Gendis mendekati Kaluna dan mengecup pipinya pelan lalu beralih ke Jonathan dan saat akan mengecup pipinya lelaki itu dengan cepan mendorong Gendis."Why you here? (Kenapa kamu di sini?)" tanya Jonathan ketus karena harinya yang indah pasti akan langsung rusak karena kehadiran manusia ini dan lagi kenapa Gendis ada di sini? Dari sekian ratus restoran di Jakarta kenapa harus wanita itu makan siang di sini!"Lunch," jawab Gendis santai seraya duduk dan memesan makanan pada pelayang yang ia panggil, "aku nggak butuh buku menu aku cuman mau pesanan yang sama kaya sahabat aku." Gendis menunjuk Kaluna sambil menyelipkan senyuman manis.Ingin rasanya Kaluna meremas wajah Gendis yang sedang tersenyum manis namun membuat dirinya ingin menjerit kesal. Setelah mendengar semua hal tentang Gendis dari mulut Jonathan dan juga pengalamannya membuat Kaluna sudah cukup mual! Dakjal."Sama persis, Mbak?" Pelayan itu memastikan kembali pesanan Gendis."Sama persis, sesama k
Plak ...."Aw ... sakit!" Gendis menjerit keras saat merasakan kepalanya ditampar dengan keras oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Kaluna."Mau jadi maling lagi kamu, hah!" sentak Kaluna kesal sambil mendorong Gendis dan berdiri di antara Jonathan dan Gendis. "Maling? Aku? Aku maling apa?" tanya Gendis kaget sambil mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit hingga kupingnya berdenging akibat tamparan Kaluna."Maling apa?" tanya Kaluna sambil mengambil napas sebanyak mungkin memenuhi paru-parunya dengan oksigen agar ia bisa menyemprotkan karbondioksida ke wajah Gendis dan berharap bisa membuat wanita itu mati atau setidaknya pingsan."Aku nggak pernah maling apa pun, bahkan aku selalu bantu hidup kamu yang berantakan." Gendis mengingatkan Kaluna dengan sinis. Ia ingin Kaluna sadar kalau Kaluna itu tidak lahir di keluarga yang utuh dan sehat."Keluarga aku memang berantakan dan hidup aku juga berantakan tapi ...." Kaluna menggeleng sambil menunjuk dadanya, "aku masih pun