"Gimana?" tanya Kaluna sambil melihat Jonathan dengan mata yang berkedip-kedip seolah merayakan kemenangan karena melihat luapan rasa senang di wajah Jonathan saat lelaki itu sedang mengunyah daging yang ia buat sesuai resep miliknya."Gimana?" ulang Kaluna lagi sambil melihat Jonathan menyuapkan irisan besar daging terakhir ke mulutnya, "ih ... jawab."Jonathan mengambil serbet dan melap mulutnya, rasanya ia ingin meremas wajah Kaluna yang terlihat menang karena resep yang awalnya dianggap aneh oleh Jonathan ternyata mampu membuat Jonathan merasakan ledakan rasa nikmat dimulutnya sampai keirisan daging terakhir. "Jo ... jawab," rengek Kaluna yang tidak juga mendapatkan respon dari Jonathan. Walaupun Kaluna serinh sebal pada Jonathan tapi, Kaluna cukup tahu diri kalau taste lidah Jonathan dalam mencicipi makanan sangat bagus, hingga sebuah review positif dari mulut Jonathan akan sangat berguna untuk karir memasaknya. "Yah ...." Jonathan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri se
Kaluna terlihat tersenyum saat menatap bungkusan berisiakn pisau yang sudah sangat ia idam-idamkan dari dulu. "Cuman kamu kayanya yang dapet pisau seneng banget, seinget aku cewek lebih suka dibeliin tas daripada pisau," goda Jonathan sambil melirik Kaluna yang berjalan di sampingnya. Kekasihnya itu terlihat lebih cantik karena sepanjang jalan terus tersenyum sambil bergelayut manja pada dirinya."Ini bukan pisau biasa, Jo, ini ....""Manaka Hamano ENN Aogami, pisau damaskus. Tau aku, Yang ... aku punya di rumah," potong Jonathan yang paham kenapa Kaluna sangat menginginkan pisau itu. Sebuah pisau yang sangat berguna bagi Chef bila ingin memotong sesuatu setipis atau setebal apa pun. Sesuai dengan harganya."Nah kan ... kamu tahu, makanya aku happy banget. Makasih, loh," ucap Kaluna sambil menarik lengan baju Jonathan hingga membuat pria itu sedikit membungkuk ke kiri, lalu Kaluna mengecup pipi Jonathan lembut."Manis yah, kamu kalau udah dikasih yang dimau." Jonathan tertawa karena
"Gendis.""Oh, helo Darling." Gendis mendekati Kaluna dan mengecup pipinya pelan lalu beralih ke Jonathan dan saat akan mengecup pipinya lelaki itu dengan cepan mendorong Gendis."Why you here? (Kenapa kamu di sini?)" tanya Jonathan ketus karena harinya yang indah pasti akan langsung rusak karena kehadiran manusia ini dan lagi kenapa Gendis ada di sini? Dari sekian ratus restoran di Jakarta kenapa harus wanita itu makan siang di sini!"Lunch," jawab Gendis santai seraya duduk dan memesan makanan pada pelayang yang ia panggil, "aku nggak butuh buku menu aku cuman mau pesanan yang sama kaya sahabat aku." Gendis menunjuk Kaluna sambil menyelipkan senyuman manis.Ingin rasanya Kaluna meremas wajah Gendis yang sedang tersenyum manis namun membuat dirinya ingin menjerit kesal. Setelah mendengar semua hal tentang Gendis dari mulut Jonathan dan juga pengalamannya membuat Kaluna sudah cukup mual! Dakjal."Sama persis, Mbak?" Pelayan itu memastikan kembali pesanan Gendis."Sama persis, sesama k
Plak ...."Aw ... sakit!" Gendis menjerit keras saat merasakan kepalanya ditampar dengan keras oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Kaluna."Mau jadi maling lagi kamu, hah!" sentak Kaluna kesal sambil mendorong Gendis dan berdiri di antara Jonathan dan Gendis. "Maling? Aku? Aku maling apa?" tanya Gendis kaget sambil mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit hingga kupingnya berdenging akibat tamparan Kaluna."Maling apa?" tanya Kaluna sambil mengambil napas sebanyak mungkin memenuhi paru-parunya dengan oksigen agar ia bisa menyemprotkan karbondioksida ke wajah Gendis dan berharap bisa membuat wanita itu mati atau setidaknya pingsan."Aku nggak pernah maling apa pun, bahkan aku selalu bantu hidup kamu yang berantakan." Gendis mengingatkan Kaluna dengan sinis. Ia ingin Kaluna sadar kalau Kaluna itu tidak lahir di keluarga yang utuh dan sehat."Keluarga aku memang berantakan dan hidup aku juga berantakan tapi ...." Kaluna menggeleng sambil menunjuk dadanya, "aku masih pun
"Yang sampai," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang duduk di sampingnya dan membisu. Semenjak Kaluna memaki Gendis dan pergi keluar dari restoran ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya duduk tenang melihat ke depan dan fokus. Seolah sedang memikirkan sesuatu yang teramat sangat penting hingga sepanjang jalan Jonathan mengajak Kaluna berbicara wanita itu sama sekali tidak mau membuka mulutnya. "Yang," panggil Jonathan lagi mencoba untuk berkomunikasi. Nihil ... Kaluna hanya diam tak bergerak dan melihat ke depan seorang dirinya terguncang. "Yang ... ngomong dong." "Berapa kali kamu hubungan badan sama si Gendis?" tanya Kaluna dengan suara paling dingin yang pernah Jonathan dengar. "Yang ... itu masa lalu," bujuk Jonathan. "Berapa kali?" Lagi, Kaluna menanyakan pertanyaan yang sama tanpa peduli dengan jawaban Jonathan. "Ya Tuhan ... Yang." Jonathan membuka sabuk kesalamatannya dan Kaluna lalu memijat keningnya. Hari ini diawali dengan baik dan diakhiri denga
Gendis masuk ke dalam rumah setelah seharian ia pergi bersama teman-temannya. Hari-harinya di Indonesia hanya pergi bersama teman-teman instangramnya apa lagi saat ini ia tiba-tiba menjadi selebgram lantaran ia suka membagikan review makanan-makanan mewah dan enak juga, sering berbagi tips OOTD yang lumayan digemari oleh gen Z dan anak muda di Indonesia.Saat ia masuk ke ruang tamu langkahnya terhenti karena melihat Abangnya sedang duduk dan berbincang dengan seseorang yang memunggungi dirinya. "Bang Suma tumben pulang jam segini," sapa Gendis sambil berjalan ke arah Suma yang terlihat asik berbincang dengan tamunya."Iya ... sini, Ndis ... kamu bakal kaget sama siapa yang datang." Suma melambaikan tangannya, meminta agar Gendis mendekat.Saat Gendis mendekat langkahnya terhenti saat melihat pria yang duduk, "Ngapain kamu ke sini Jonathan?" tanya Gendis kaget.Jonathan hanya tersenyum sambil mengangkat gelasnya, "Bisnis ....""Hahaha ... kamu tau kan, Abang mau mencalonkan diri jadi
Prang ... prang ... prang ...."Ini kenapa?" tanya Emma kaget saat mendengar suara barang-barang dilempar di dapur. "Kamu kenapa pulang-pulang malah bikin huru hara gini? Kamu lagi bikin roti atau lagi bikin huru hara?" tanya Emma sambil mengambil salah satu loyang kue yang Kaluna lempar ke dalam tempat pembilasan di dapur.Kaluna menahan tubuhnya di meja dan mengatur napasnya, rasa-rasanya emosinya belum tersalurkan dengan benar padahal ia sudah menguleni adonan roti dengan penuh nafsu dan juga dendam membara, bahkan dirinya beranggapan adonan itu adalah wajah Gendis yang bisa ia hajar berkali-kali."He ... kamu kenapa? Jam segini udah buat roti ampe sebegininya, tumben," ucap Emma seraya melirik ke arah adonan roti Kaluna yang mengembang sempurna."Bagus itu adonannya, kamu uleninnya kayanya penuh dengan perasaan," canda Emma. Emma yakin kalau anaknya ini sedang ada masalah yang butuh penyaluran, bukan hal aneh melihat Kaluna membanting piring dan perkakas dapur bila ia sedang kesal
"Woi ... Chef," teriak Okhe panik saat melihat Kaluna akan mencolokkan kabel untuk menghidupkan alat slice daging, "sebentar! Tangan aku masih di sini!"Kaluna dengan cepat menurunkan tangannya sambil melihat letak tangan Okhe yang masih ada di bagian yang berbahaya, "Astaga! Okhe maaf ... ampun, maaf ... aku meleng.""Meleng sih, meleng tapi ... jangan bikin tangan orang buntung juga," omel Okhe sambil melihat Kaluna kesal, "itu kamu colokin tangan aku kepotong ini!""Iya, maaf ... maaf ... huh ...." Kaluna mengusap wajahnya sambil melihat sekeliling dan mendapati Ibram, "Bram ... tolong gantiin aku mau ke kamar mandi dulu," pinta Kaluna dan berjalan ke luar dapur sambil kembali meminta maaf pada Okhe.Setelah diluar dapur Kaluna berjalan ke kamar mandi sambil berusaha untuk memusatkan pikirannya yang bercabang karena memikirkan masalah kemarin. Mungkin di mulut dia bilang iya pada Jonathan dan sudah berusaha untuk berkompromi tapi pikirannya terus berputar memetakan skenario-skenari
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend