"Gendis.""Oh, helo Darling." Gendis mendekati Kaluna dan mengecup pipinya pelan lalu beralih ke Jonathan dan saat akan mengecup pipinya lelaki itu dengan cepan mendorong Gendis."Why you here? (Kenapa kamu di sini?)" tanya Jonathan ketus karena harinya yang indah pasti akan langsung rusak karena kehadiran manusia ini dan lagi kenapa Gendis ada di sini? Dari sekian ratus restoran di Jakarta kenapa harus wanita itu makan siang di sini!"Lunch," jawab Gendis santai seraya duduk dan memesan makanan pada pelayang yang ia panggil, "aku nggak butuh buku menu aku cuman mau pesanan yang sama kaya sahabat aku." Gendis menunjuk Kaluna sambil menyelipkan senyuman manis.Ingin rasanya Kaluna meremas wajah Gendis yang sedang tersenyum manis namun membuat dirinya ingin menjerit kesal. Setelah mendengar semua hal tentang Gendis dari mulut Jonathan dan juga pengalamannya membuat Kaluna sudah cukup mual! Dakjal."Sama persis, Mbak?" Pelayan itu memastikan kembali pesanan Gendis."Sama persis, sesama k
Plak ...."Aw ... sakit!" Gendis menjerit keras saat merasakan kepalanya ditampar dengan keras oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Kaluna."Mau jadi maling lagi kamu, hah!" sentak Kaluna kesal sambil mendorong Gendis dan berdiri di antara Jonathan dan Gendis. "Maling? Aku? Aku maling apa?" tanya Gendis kaget sambil mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit hingga kupingnya berdenging akibat tamparan Kaluna."Maling apa?" tanya Kaluna sambil mengambil napas sebanyak mungkin memenuhi paru-parunya dengan oksigen agar ia bisa menyemprotkan karbondioksida ke wajah Gendis dan berharap bisa membuat wanita itu mati atau setidaknya pingsan."Aku nggak pernah maling apa pun, bahkan aku selalu bantu hidup kamu yang berantakan." Gendis mengingatkan Kaluna dengan sinis. Ia ingin Kaluna sadar kalau Kaluna itu tidak lahir di keluarga yang utuh dan sehat."Keluarga aku memang berantakan dan hidup aku juga berantakan tapi ...." Kaluna menggeleng sambil menunjuk dadanya, "aku masih pun
"Yang sampai," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang duduk di sampingnya dan membisu. Semenjak Kaluna memaki Gendis dan pergi keluar dari restoran ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya duduk tenang melihat ke depan dan fokus. Seolah sedang memikirkan sesuatu yang teramat sangat penting hingga sepanjang jalan Jonathan mengajak Kaluna berbicara wanita itu sama sekali tidak mau membuka mulutnya. "Yang," panggil Jonathan lagi mencoba untuk berkomunikasi. Nihil ... Kaluna hanya diam tak bergerak dan melihat ke depan seorang dirinya terguncang. "Yang ... ngomong dong." "Berapa kali kamu hubungan badan sama si Gendis?" tanya Kaluna dengan suara paling dingin yang pernah Jonathan dengar. "Yang ... itu masa lalu," bujuk Jonathan. "Berapa kali?" Lagi, Kaluna menanyakan pertanyaan yang sama tanpa peduli dengan jawaban Jonathan. "Ya Tuhan ... Yang." Jonathan membuka sabuk kesalamatannya dan Kaluna lalu memijat keningnya. Hari ini diawali dengan baik dan diakhiri denga
Gendis masuk ke dalam rumah setelah seharian ia pergi bersama teman-temannya. Hari-harinya di Indonesia hanya pergi bersama teman-teman instangramnya apa lagi saat ini ia tiba-tiba menjadi selebgram lantaran ia suka membagikan review makanan-makanan mewah dan enak juga, sering berbagi tips OOTD yang lumayan digemari oleh gen Z dan anak muda di Indonesia.Saat ia masuk ke ruang tamu langkahnya terhenti karena melihat Abangnya sedang duduk dan berbincang dengan seseorang yang memunggungi dirinya. "Bang Suma tumben pulang jam segini," sapa Gendis sambil berjalan ke arah Suma yang terlihat asik berbincang dengan tamunya."Iya ... sini, Ndis ... kamu bakal kaget sama siapa yang datang." Suma melambaikan tangannya, meminta agar Gendis mendekat.Saat Gendis mendekat langkahnya terhenti saat melihat pria yang duduk, "Ngapain kamu ke sini Jonathan?" tanya Gendis kaget.Jonathan hanya tersenyum sambil mengangkat gelasnya, "Bisnis ....""Hahaha ... kamu tau kan, Abang mau mencalonkan diri jadi
Prang ... prang ... prang ...."Ini kenapa?" tanya Emma kaget saat mendengar suara barang-barang dilempar di dapur. "Kamu kenapa pulang-pulang malah bikin huru hara gini? Kamu lagi bikin roti atau lagi bikin huru hara?" tanya Emma sambil mengambil salah satu loyang kue yang Kaluna lempar ke dalam tempat pembilasan di dapur.Kaluna menahan tubuhnya di meja dan mengatur napasnya, rasa-rasanya emosinya belum tersalurkan dengan benar padahal ia sudah menguleni adonan roti dengan penuh nafsu dan juga dendam membara, bahkan dirinya beranggapan adonan itu adalah wajah Gendis yang bisa ia hajar berkali-kali."He ... kamu kenapa? Jam segini udah buat roti ampe sebegininya, tumben," ucap Emma seraya melirik ke arah adonan roti Kaluna yang mengembang sempurna."Bagus itu adonannya, kamu uleninnya kayanya penuh dengan perasaan," canda Emma. Emma yakin kalau anaknya ini sedang ada masalah yang butuh penyaluran, bukan hal aneh melihat Kaluna membanting piring dan perkakas dapur bila ia sedang kesal
"Woi ... Chef," teriak Okhe panik saat melihat Kaluna akan mencolokkan kabel untuk menghidupkan alat slice daging, "sebentar! Tangan aku masih di sini!"Kaluna dengan cepat menurunkan tangannya sambil melihat letak tangan Okhe yang masih ada di bagian yang berbahaya, "Astaga! Okhe maaf ... ampun, maaf ... aku meleng.""Meleng sih, meleng tapi ... jangan bikin tangan orang buntung juga," omel Okhe sambil melihat Kaluna kesal, "itu kamu colokin tangan aku kepotong ini!""Iya, maaf ... maaf ... huh ...." Kaluna mengusap wajahnya sambil melihat sekeliling dan mendapati Ibram, "Bram ... tolong gantiin aku mau ke kamar mandi dulu," pinta Kaluna dan berjalan ke luar dapur sambil kembali meminta maaf pada Okhe.Setelah diluar dapur Kaluna berjalan ke kamar mandi sambil berusaha untuk memusatkan pikirannya yang bercabang karena memikirkan masalah kemarin. Mungkin di mulut dia bilang iya pada Jonathan dan sudah berusaha untuk berkompromi tapi pikirannya terus berputar memetakan skenario-skenari
"Baby?" tanya Jonathan sambil melihat Kaluna dengan tatapan menyelidik."Hahaha ... Mas Cakra apa kabar?" Kaluna mengangkat tangannya untuk bersalaman agar lelaki itu tidak terlalu dekat dengan dirinya. Sialnya, Cakra tidak sadar kalau itu sebuah tanda agar pria itu tidak terlalu dekat dengan dirinya tapi sayangnya pria itu seolah tidak sadar atau mungkin bodoh Cakra mendekat kemudian memeluk Kaluna."Baby, aku nyari kamu," ucap Cakra sambil melepaskan pelukkannya dan menatap Kaluna."Aku di sini?" tanya Kaluna bingung menghadapi Cakra yang terlihat sangat bersemangat melihat dirinya sedangkan Kaluna ketar ketir karena melihat Jonathan sedang menatapnya seolah ingin memakan Kaluna hidup-hidup."Aku nyari kamu dan ...." Cakra berbalik melihat Raka yang kaget dan Jonathan yang menahan amarahnya."Kalian kenapa?" tanya Cakra sambil menunjuk Jonathan dan Raka bergantian."Kamu yang kenapa?" Jonathan melangkah hendak meremukkan kepala Cakra yang berani-beraninya menyentuh Kaluna. Siapa pri
"Kamu kalau becanda jangan yang bikin aku darah tinggi," tukas Jonathan sambil kembali melirik Kaluna kesal. Jangan bilang Kaluna ingin membalas dendam pada dirinya karena ia pernah hampir menikah dengan Gendis dan sekarang dia bilang kalau pernah hampir menikah dengan lelaki bernama Cakra."Aku nggak bercanda, emang aku kenal sama semua keluarga dia karena emang aku mau nikah sama dia setahun yang lalu," ucap Kaluna sambil menunjuk Cakra santai."Nggak mungkin, kalau kamu emang bener mantan tunangan dia dan hampir nikah sama dia. Nggak mungkin kamu setenang ini pas liat dia, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari atas sampai bawah mencoba memperhatikan Kaluna yang terlihat santai, berbanding terbalik saat mereka pertama kali bertemu kembali. Jonathan bersumpah kalau Kaluna salah tingkah saat melihatnya bahkan terlihat kepo dan mengejar-ngejar dirinya."Yah emang santai aja." Kaluna mengangkat kedua tangannya santai, "emang kamu mau aku ngapain pas lihat Mas Cakra? Lari-lari k