Prang ... prang ... prang ...."Ini kenapa?" tanya Emma kaget saat mendengar suara barang-barang dilempar di dapur. "Kamu kenapa pulang-pulang malah bikin huru hara gini? Kamu lagi bikin roti atau lagi bikin huru hara?" tanya Emma sambil mengambil salah satu loyang kue yang Kaluna lempar ke dalam tempat pembilasan di dapur.Kaluna menahan tubuhnya di meja dan mengatur napasnya, rasa-rasanya emosinya belum tersalurkan dengan benar padahal ia sudah menguleni adonan roti dengan penuh nafsu dan juga dendam membara, bahkan dirinya beranggapan adonan itu adalah wajah Gendis yang bisa ia hajar berkali-kali."He ... kamu kenapa? Jam segini udah buat roti ampe sebegininya, tumben," ucap Emma seraya melirik ke arah adonan roti Kaluna yang mengembang sempurna."Bagus itu adonannya, kamu uleninnya kayanya penuh dengan perasaan," canda Emma. Emma yakin kalau anaknya ini sedang ada masalah yang butuh penyaluran, bukan hal aneh melihat Kaluna membanting piring dan perkakas dapur bila ia sedang kesal
"Woi ... Chef," teriak Okhe panik saat melihat Kaluna akan mencolokkan kabel untuk menghidupkan alat slice daging, "sebentar! Tangan aku masih di sini!"Kaluna dengan cepat menurunkan tangannya sambil melihat letak tangan Okhe yang masih ada di bagian yang berbahaya, "Astaga! Okhe maaf ... ampun, maaf ... aku meleng.""Meleng sih, meleng tapi ... jangan bikin tangan orang buntung juga," omel Okhe sambil melihat Kaluna kesal, "itu kamu colokin tangan aku kepotong ini!""Iya, maaf ... maaf ... huh ...." Kaluna mengusap wajahnya sambil melihat sekeliling dan mendapati Ibram, "Bram ... tolong gantiin aku mau ke kamar mandi dulu," pinta Kaluna dan berjalan ke luar dapur sambil kembali meminta maaf pada Okhe.Setelah diluar dapur Kaluna berjalan ke kamar mandi sambil berusaha untuk memusatkan pikirannya yang bercabang karena memikirkan masalah kemarin. Mungkin di mulut dia bilang iya pada Jonathan dan sudah berusaha untuk berkompromi tapi pikirannya terus berputar memetakan skenario-skenari
"Baby?" tanya Jonathan sambil melihat Kaluna dengan tatapan menyelidik."Hahaha ... Mas Cakra apa kabar?" Kaluna mengangkat tangannya untuk bersalaman agar lelaki itu tidak terlalu dekat dengan dirinya. Sialnya, Cakra tidak sadar kalau itu sebuah tanda agar pria itu tidak terlalu dekat dengan dirinya tapi sayangnya pria itu seolah tidak sadar atau mungkin bodoh Cakra mendekat kemudian memeluk Kaluna."Baby, aku nyari kamu," ucap Cakra sambil melepaskan pelukkannya dan menatap Kaluna."Aku di sini?" tanya Kaluna bingung menghadapi Cakra yang terlihat sangat bersemangat melihat dirinya sedangkan Kaluna ketar ketir karena melihat Jonathan sedang menatapnya seolah ingin memakan Kaluna hidup-hidup."Aku nyari kamu dan ...." Cakra berbalik melihat Raka yang kaget dan Jonathan yang menahan amarahnya."Kalian kenapa?" tanya Cakra sambil menunjuk Jonathan dan Raka bergantian."Kamu yang kenapa?" Jonathan melangkah hendak meremukkan kepala Cakra yang berani-beraninya menyentuh Kaluna. Siapa pri
"Kamu kalau becanda jangan yang bikin aku darah tinggi," tukas Jonathan sambil kembali melirik Kaluna kesal. Jangan bilang Kaluna ingin membalas dendam pada dirinya karena ia pernah hampir menikah dengan Gendis dan sekarang dia bilang kalau pernah hampir menikah dengan lelaki bernama Cakra."Aku nggak bercanda, emang aku kenal sama semua keluarga dia karena emang aku mau nikah sama dia setahun yang lalu," ucap Kaluna sambil menunjuk Cakra santai."Nggak mungkin, kalau kamu emang bener mantan tunangan dia dan hampir nikah sama dia. Nggak mungkin kamu setenang ini pas liat dia, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari atas sampai bawah mencoba memperhatikan Kaluna yang terlihat santai, berbanding terbalik saat mereka pertama kali bertemu kembali. Jonathan bersumpah kalau Kaluna salah tingkah saat melihatnya bahkan terlihat kepo dan mengejar-ngejar dirinya."Yah emang santai aja." Kaluna mengangkat kedua tangannya santai, "emang kamu mau aku ngapain pas lihat Mas Cakra? Lari-lari k
"Kamu gila yah, Jo?" tanya Kaluna saat mereka sedang duduk di dalam mobil yang membawa mereka membelah kemacetan ibukota."Aku waras kok, psikolog aku bisa memastikan itu semua," jawab Jonathan santai sambil memberhentikan mobilnya di depan lampu merah, "tenang kamu pacaran ama orang waras kok," bisik Jonathan sambil melirik Kaluna dan mengedipkan sebelah matanya."Sok cakep, sumpah!" seru Kaluna sambil mendorong bahu Jonathan gemas sambil mendengus kesal."Bukan sok, aku nggak pernah sok tapi, semua orang juga tahu kalau pacar kamu ini emang ganteng." Sekali lagi Jonathan mengedipkan sebelah matanya hingga ia kembali mendapatkan toyoran dibahunya."Sumpah, yah ... narsis kamu dari zaman Majapahit nggak rubah," ucap Kaluna sambil terus memukuli Jonathan dengan kesal."Kalau aku hidup di zaman Majapahit aku yakin Hayam Wuruk bakal iri sama aku," goda Jonathan lagi dan kembali ia mendapatkan pukulan di bahunya."Hei ... sakit," seru Jonathan sambil menangkap tangan Kaluna dan mengecupnya
"Jo, ini di mobil," bisik Kaluna disela-sela ciuman Jonathan. Kaluna bahkan menarik paksa tangan Jonathan yang entah bagaimana caranya sudah berada di balik branya, menelungkup payudaranya memberikan efek hangat yang memabukkan."Iya tau ini di mobil, terus kenapa?" tanya Jonathan sambil terus mengecupi pipi Kaluna dan bergerak ke arah leher kekasihnya sambil sesekali memberikan gigitan kecil yang membuat Kaluna menengadah."Nanti dilihat orang," bisik Kaluna sambil menahan hasratnya sendiri yang sudah meronta meminta untuk dipuaskan. Tapi, pikirannya masih berpikir jernih, dia tidak mungkin melakukan hubungan di dalam mobil! Selain sempit Kaluna pun tidak mau digrebek warga atau pun ketahuan oleh satpam rumah Jonathan yang baru saja menutup pagar rumah."Siapa yang lihat?" tanya Jonathan yang melepaskan tangan Kaluna dan kembali membelai garis tubuh Kaluna hingga terhenti di payudata Kaluna. Jemarinya menarik puting payudara Kaluna dengan gemas dengan sedikit pelintiran hingga membua
"Lah, Bi Denok mau ke mana?" tanya Kaluna yang kaget karena saat ia membuka pintu langsung melihat Bi Denok di depan wajahnya."Bibi mau pulang dulu, Bu Kaluna. Anak Bibi sakit, paling besok pagi-pagi Bibu balik lagi ke sini," ujar Denok sambil berusaha tersenyum dan menyembunyikan perasaan cemasnya. "Bu ... kalau Pak Jonathan udah pulang?" tanya Denok sambil berusaha memanjangkan lehernya untuk melihat ke arah belakang Kaluna, mencari sosok majikannya.Kaluna menoleh ke belakang dan mendapati Jonatham yang sedang melihat sesuatu di tangannya, entah apa. "Ada di belakang, Bi. Bibi mau apa ke Jonathan? Kalau mau izin biar saya yang izini, bilang aja udah di izini ama saya buat pulang," bisik Kaluna seraya merogok sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru lalu menyerahkannya pada Denok."Eh ... Bu, nggak usah saya masih ada pegangan uang. Saya cuman mau minta—""Nggak papa, bawa aja. Lumayan buat tambah-tambah beli obat atau cek up dokter," paksa Kaluna sambil menjeja
"Ah ... Jonathan," desah Kaluna saat merasakan kejantanan Jonathan ada di dalam tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat saat merasakan batang kenikmatan Jonathan sedang menyesuaikan diri di dalam tubuhnya sambil sesekali bergerak menggelitik setiap inci ceruk kenikmatan Kaluna yang mulai berdenyut. Mendamba.Salah satu tangan Jonathan membelai punggung Kaluna hingga ke bagian rambutnya yang basah. Dengan gerakkan yang sangat lembut, Jonathan membelitkan rambut Kaluna ke sela-sela jemari tangannya lalu menariknya pelan hingga membuat Kaluna menengadah dan memberikan ekspres wajah erotis yang membuat birahi Jonathan meledak."Jonathan," bisik Kaluna yang sudah tak sabar untuk meraup kenikmatan duniawi, "please."Seolah paham Jonathan mulai menggerakkan pinggulnya, menghunjam tubuh Kaluna sedalam mungkin hingga membuat tubuh wanita itu bergerak maju, mundur, maju dan mundur. Sensual.Kuku-kuku jemari Kaluna menekuk saat merasakan setiap inci ceruk kenikmatan miliknya bergesekkan dengan batang