"Ah ... Jonathan," desah Kaluna saat merasakan kejantanan Jonathan ada di dalam tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat saat merasakan batang kenikmatan Jonathan sedang menyesuaikan diri di dalam tubuhnya sambil sesekali bergerak menggelitik setiap inci ceruk kenikmatan Kaluna yang mulai berdenyut. Mendamba.Salah satu tangan Jonathan membelai punggung Kaluna hingga ke bagian rambutnya yang basah. Dengan gerakkan yang sangat lembut, Jonathan membelitkan rambut Kaluna ke sela-sela jemari tangannya lalu menariknya pelan hingga membuat Kaluna menengadah dan memberikan ekspres wajah erotis yang membuat birahi Jonathan meledak."Jonathan," bisik Kaluna yang sudah tak sabar untuk meraup kenikmatan duniawi, "please."Seolah paham Jonathan mulai menggerakkan pinggulnya, menghunjam tubuh Kaluna sedalam mungkin hingga membuat tubuh wanita itu bergerak maju, mundur, maju dan mundur. Sensual.Kuku-kuku jemari Kaluna menekuk saat merasakan setiap inci ceruk kenikmatan miliknya bergesekkan dengan batang
"Jonathan!""Hah ... a-apa?" teriak Jonathan kaget karena mendengar Kaluna berteriak. Nyawanya yang belum terkumpul sama sekali membuat kepalanya berdenyut akibat bangun terlali cepat, hingga membuat tubuhnya sedikit limbung.Kekagetannya belum juga berakhir saat tubuhnya terdorong hingga ia terjungkal dan mendaratkan bokongnya di lantai marmer kamarnya yang dingin."Astaga ... astaga!" Kaluna terus berteriak dengan nyaring dan bergerak menarikki selimut juga seprai dengan panik."Yang ... kenapa?" tanya Jonathan waswas dan berusaha untuk berdiri tanpa menghiraukan dirinya yang telanjang karena semalaman ia memeluk Kaluna dan melarang kekasihnya itu untuk mengenakan pakaian. "Jangan bangun!" Kaluna melemparkan bantal ke arah Jonathan dan melemparkan selimut hingga menutupi wajah kekasihnya itu."Kamu ke—""Jangan dibuka itu selimut, pokoknya jangan!" teriak Kaluna panik sambil menunjuk Jonathan walaupun itu adalah sesuatu yang tidak berguna karena Jonathan tidak bisa melihatnya. "Wh
"Kaluna ... Kaluna!" Kaluna yang baru saja turun dari mobil langsung menoleh melalui bahunya dan hanya bisa mendesah kesal. Mau apa Cakra memanggilnya? Ah ... lebih tepatnya ngapain Cakra ada di sana? Ini masih pagi dan restoran belum buka."Cakra? Kamu ngapain di sini?" tanya Kaluna sambil memasukkan kunci mobil ke dalam tasnya."Ngomongin acara buat ulang tahun pernikahan Mami sama Papi," jawab Cakra sambil melihat ke bagian belakang Kaluna."Sepagi ini?""Emang kenapa? Salah?" Cakra balik bertanya."Moon belum buka, semua pegawai baru datang, Cakra ... kamu mau bantuin beres-beres?" tanya Kaluna sambil menunjuk ke arah restoran yang terlihat Mbak Susi sedang menyapu bagian depan restoran."Hahaha ... nggak, janji aku emang dua jam lagi ....""Yah terus ngapain dateng sekarang? Rajin amat, kamu Cakra dan seingat aku kamu bukan jenis manusia morning person. Butuh effort banyak buat kamu bangun dan bersiap dijam segini." Kaluna menunjukkan jam yang melingkar di tangannya. "Aku mau k
"Ngapain kamu tadi?" tanya Jonathan sambil mengeluarkan pisau khusus dari box untuk memotong daging grade A."Ngobrol," jawab Kaluna setenang mungkin karena ia tahu kalau dia membalas dengan berapi-api pasti Jonathan akan lebih rusuh. Sekarang saja lelaki itu sudah memotong daging dengan penuh kekesalan.Bahkan saat masuk ke dalam dapur, Jonathan sudah memerahi beberapa orang hanya karena tidak membuat food preparation dengan baik, padahal menurut Kaluna semuanya sudah sesuai tapi, tidak menurut Jonathan, ada saja yang salah di matanya."Ngobrol? Punya hak apa dia ngobrol sama kamu?" tanya Jonathan sambil memotong sepresisi mungkin daging yang ada di depannya."Nggak ada haknya, emang kalau ngobrol harus ada haknya, Jo?" tanya Kaluna sambil mengambil mixing bowl yang sudah berisikan saus mushroom untuk dia coba.Brak ...."Potong!" teriak Okhe yang sedang berjalan di samping Jonathan sambil membawa beberapa daging."Chef ... kenapa?" tanya Okhe kaget saat melihat pisau yang tertancap
"Baby Shark?" tanya Cakra bingung.Jonathan hanya bisa menyimpan pisaunya dan menunjuk pintu dapur, meminta lelaki itu mengikutinya keluar dapur. Aneh rasanya ada orang lain yang bukan pegawai Moon masuk ke dapurnya! Buat apa! Mah bantu-bantu mencincang daging? Baik-baik Cakra yang Jonathan cincang menjadi seribu!"Lo tersesat atau lupa arah jalan pulang?" tanya Jonathan berusaha setenang mungkin padahal di dalam hati ia sudah ingin memaki Cakra yang seenaknya masuk ke dapur! Demi Tuhan Cakra hanya klien yang akan membuat pesta ulang tahun pernikahan orang tuanya! Bukan pemilik saham Restoran Moon! Where is your manner! (Dimana kesopananmu!)"Nggak dua-duanya," jawab Cakra singkat sambil mengikuti Jonathan keluar dapur dan berhenti setelah sampai di luar dapur. "Terus? Mau cari kerja di Moon? Mau jadi chef? Mau jadi FNB, bartender? Saya lihat-lihat Anda belum terlihat kesulitan keuangan sampai harus bekerja di restoran Moon," ucap Jonathan berusaha menghilangkan nada suara sarkasnya w
"Gendis?" Jonathan mencoba mengulang nama mantan tunangannya itu untuk memastikan kalau kupingnya tidak salah dengar. Bagaimana bisa Cakra mengenal Gendis?"Iya Gendis ... ring a bell?" tanya Cakra pongah karena merasa diatas angin akibat Jonathan terlihat tak berkutik saat ia menyebutkan nama Gendis."Yes ... suara belnya sangat nyaring," sahut Jonathan mencoba sesantai mungkin padahal jantungnya sudah berdebar tak tentu arah. Beberapa kali ia melirik ke arah pintu dan berharap Kaluna tidak pernah melewatinya."Aku tahu rahasia kamu dan aku rasa kamu nggak pantas buat Kaluna!" Cakra menunjuk Jonathan."Kenal dimana sama Gendis?" tanya Jonathan penasaran."Nggak perlu tahu aku kenal di mana sama Gendis, yang penting aku tahu rahasia kamu sama Gendis dan aku nggak bakal ngelakuin apa pun buat misahin kamu sama Kaluna." Cakra mendekat ke arah Jonathan seolah mengajaknya untuk bertarung. "Coba aja," jawab Jonathan dingin walau di dalam hatinya ia ketar ketir takut kalau Kaluna mengetahu
"Jadi, saya minta kalian masak supnya dengan baik dan jangan ada kesalahan." Jonathan menunjukkan selembar kertas yang sudah ia buat mengenai apa makanan yang bisa dan tidak bisa dimakan oleh keluarga Cakra. "Yes, Chef ...." Semua orang berteriak secara serempak dan mulai mengambil perlengkapan masaknya masing-masing. Jonathan berjalan dan berhenti di tempat Okhe, ia melihat Okhe sedang memotong daging wagyu A5, "Nggak digergaji, Okhe." Jonathan dengan cepat mengoreksi cara Okhe memotong daging.Okhe menghentikan gerakkanya dan memulai kembali memotong daging, "Yes ... Chef.""Bukan digergaji Okhe ... bukan digergaji," koreksi Jonathan lagi yang kesal melihat Okhe tidak bisa memotong daging dengan benar.Okhe kembali menghentikan gerakkannya dan melihat Jonathan bingung, seingatnya Head Chef-nya ini tidak pernah sedetail ini. Bahkan hampir semua potongan daging yang ia kerjakan selalu saja lolos, kenapa sekarang jadi rese seperti ini? Okhe melihat sekelilingnya dan melihat rekan-reka
"Mas Cakra!" Kaluna spontan berteriak dan berlari ke arah Cakra, "Cak ... Cakra ... obat kamu di mana? Obat kamu!" sentak Kaluna sambil melonggarkan kerah Cakra dan membuka beberapa kancing kemeja Cakra."Mo-mobil ... mob-il ... n-nggak na-na-napas ... se ... mobil." Cakra menunjuk ke arah luar, rasa sesak bercampur panas membuat ia kesulitan untuk bernapas. Tangannya mencengkeram lengan Kaluna meminta pertolongan karena makin lama makin sulit untuk menghirup oksigen, rasanya ada beban berat yang menghimpit lehernya hingga ia kesulitan untuk bernapas.Rasa panas menjalar tanpa ampun disekujur tubuh Cakra hingga ia paham kalau dirinya harus segera mendapatkan obat yang ada di mobilnya, kalau tidak dirinya akan sangat tersiksa dan berujung dengan sesuatu yang tidak ia inginkan. Kematian."Lun ... o-obat ... o ...." Kesadaran Cakra makin menurun dan pandangan matanya terasa aneh. Berubah-ubah dari gelap ke terang terus menerus."Lo nggak beneran masukin arsenik ke supnya?" tanya Raka pani