"Gendis?" Jonathan mencoba mengulang nama mantan tunangannya itu untuk memastikan kalau kupingnya tidak salah dengar. Bagaimana bisa Cakra mengenal Gendis?"Iya Gendis ... ring a bell?" tanya Cakra pongah karena merasa diatas angin akibat Jonathan terlihat tak berkutik saat ia menyebutkan nama Gendis."Yes ... suara belnya sangat nyaring," sahut Jonathan mencoba sesantai mungkin padahal jantungnya sudah berdebar tak tentu arah. Beberapa kali ia melirik ke arah pintu dan berharap Kaluna tidak pernah melewatinya."Aku tahu rahasia kamu dan aku rasa kamu nggak pantas buat Kaluna!" Cakra menunjuk Jonathan."Kenal dimana sama Gendis?" tanya Jonathan penasaran."Nggak perlu tahu aku kenal di mana sama Gendis, yang penting aku tahu rahasia kamu sama Gendis dan aku nggak bakal ngelakuin apa pun buat misahin kamu sama Kaluna." Cakra mendekat ke arah Jonathan seolah mengajaknya untuk bertarung. "Coba aja," jawab Jonathan dingin walau di dalam hatinya ia ketar ketir takut kalau Kaluna mengetahu
"Jadi, saya minta kalian masak supnya dengan baik dan jangan ada kesalahan." Jonathan menunjukkan selembar kertas yang sudah ia buat mengenai apa makanan yang bisa dan tidak bisa dimakan oleh keluarga Cakra. "Yes, Chef ...." Semua orang berteriak secara serempak dan mulai mengambil perlengkapan masaknya masing-masing. Jonathan berjalan dan berhenti di tempat Okhe, ia melihat Okhe sedang memotong daging wagyu A5, "Nggak digergaji, Okhe." Jonathan dengan cepat mengoreksi cara Okhe memotong daging.Okhe menghentikan gerakkanya dan memulai kembali memotong daging, "Yes ... Chef.""Bukan digergaji Okhe ... bukan digergaji," koreksi Jonathan lagi yang kesal melihat Okhe tidak bisa memotong daging dengan benar.Okhe kembali menghentikan gerakkannya dan melihat Jonathan bingung, seingatnya Head Chef-nya ini tidak pernah sedetail ini. Bahkan hampir semua potongan daging yang ia kerjakan selalu saja lolos, kenapa sekarang jadi rese seperti ini? Okhe melihat sekelilingnya dan melihat rekan-reka
"Mas Cakra!" Kaluna spontan berteriak dan berlari ke arah Cakra, "Cak ... Cakra ... obat kamu di mana? Obat kamu!" sentak Kaluna sambil melonggarkan kerah Cakra dan membuka beberapa kancing kemeja Cakra."Mo-mobil ... mob-il ... n-nggak na-na-napas ... se ... mobil." Cakra menunjuk ke arah luar, rasa sesak bercampur panas membuat ia kesulitan untuk bernapas. Tangannya mencengkeram lengan Kaluna meminta pertolongan karena makin lama makin sulit untuk menghirup oksigen, rasanya ada beban berat yang menghimpit lehernya hingga ia kesulitan untuk bernapas.Rasa panas menjalar tanpa ampun disekujur tubuh Cakra hingga ia paham kalau dirinya harus segera mendapatkan obat yang ada di mobilnya, kalau tidak dirinya akan sangat tersiksa dan berujung dengan sesuatu yang tidak ia inginkan. Kematian."Lun ... o-obat ... o ...." Kesadaran Cakra makin menurun dan pandangan matanya terasa aneh. Berubah-ubah dari gelap ke terang terus menerus."Lo nggak beneran masukin arsenik ke supnya?" tanya Raka pani
"Maaf, siapa diantara kalian yang menjadi penanggung jawab pasien?" tanya pegawai rumah sakit bernama Ana sambil melihat Jonathan dan Kaluna bergantian."Nggak ada," jawab Jonathan ketus."Lah ... terus bagaimana dengan bagian administrasi dan data pasien?" tanya Ana kaget, masalahnya kalau bukan mereka yang tanggung jawab kenapa mereka datang bersama pasien? Tidak mungkin mereka sukarelawan, kan.Kaluna menghela napas, "Sini biar saya yang isi," ucap Kaluna sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil kertas berisikan pertanyaan yang harus diisi."Saya saja yang tulis," ucap Ana sambil mengambil pulpen, "nama lengkap?""Cakra Rasyid," jawab Kaluna."Tempat tanggal lahir, golongan darah, alergi yang dimiliki dan nomer telepon keluarga yang bisa dihubungi?" tanya Ana."Jakarta, 28 Agustus XXXX, golongan darah B-, dia alergi udang dan tadi sudah saya kasih epinephrine." Kaluna mulai mengingat apa lagi yang harus dia sampikan, "dia punya asma dari umur 12 tahun, dia nggak kuat dingin dan
"Maaf ...."Sebuah suara yang terdengar tidak enak membuat Kaluna dan Jonathan melepaskan pelukannya dan mendapati salah satu perawat menatap mereka berdua."Iya, kenapa Sus?" tanya Kaluna sambil melepaskan pelukkannya, "gimana?""Pak Cakra sudah siuman dan katanya dia ingin bertemu dengan orang bernama Kaluna, apakah ada yang namanya Kaluna?" tanya Perawat tersebut."Mau apa lagi sih?" tanya Jonathan kesal, walaupun sekarang dia sudah yakin kalau Kaluna tidak akan kembali terpincut pada Cakra tapi, Jonathan tetap saja kesal mendengar Cakra ingin bertemu Kaluna."Pak Cakra mau ketemu sama Ibu Kaluna," sahut perawat tersebut yang tidak paham dengan situasi yang ada. "Iya tahu, tapi, buat apa? Emang nggak ada manusia lain di bumi pertiwi ini yang bisa si Baby Shark itu temui selain pacar orang?" tanya Jonathan kesal sambil berkacak pinggang. Saat ini bukan rasa cemburu yang menguasai dirinya tapi, perasaan marah dan ingin meremas Cakra karena keinginan lelaki itu benar-benar membuat da
“Sekarat? Maksudnya?” tanya Kaluna sambil kembali berjalan mendekati Cakra.“Dia sakit, Lun … dia sekarat,” ucap Cakra sambil menunjuk ke arah luar.Kaluna menatap Cakra tak percaya, “Jonathan sakit? Kamu mabok? Jonathan nggak mungkin sakit, dia itu manusia paling bugar yang pernah aku kenal,” ucap Kaluna yang tidak terima dengan ucapan Cakra.Dulu waktu SMA memang Jonathan sudah bugar karena lelaki itu sangat suka berolahraga tapi, saat Kaluna kembali bertemu dan bahkan kembali menjalin kasih, Kaluna menyadari kalau tubuh Jonathan makin bugar. Otot perut Jonathan buktinya!“Dia sakit, Lun.”“Ngaco sumpah, yah. Dia sehat, kalau sakit atau sekarat aku orang terdekatnya yang bakal sadar,” ucap Kaluna sambil kembali menutup tirai.“Dia sakit, Lun.”“Kata siapa? Siapa yang bilang dia sakit?” tanya Kaluna, “kalau pun iya, Jonathan sakit. Sakit apa?”“Aku tau dari Karin, dia cerita sama aku kalau Jonathan itu sakit.”Brak!Kaluna menendang sisi pinggir ranjang Cakra sekeras mungkin hingga me
“Bisa ngomong?” tanya Jonathan yang jengah tidak diajak bicara sama sekali oleh Kaluna semenjak mereka pulang dari rumah sakit, kembali ke restoran dan berakhir di sofa ruang keluarga Kaluna.Jonathan berusaha menahan rasa penasarannya dengan apa yang Kaluna dan Cakra obrolkan di ruang IGD. Awalnya ia ingin langsung mengepung Kaluna dengan beribu pertanyaan namun, melihat raut wajah Kaluna yang masam dan matanya yang basah, alarm siaga Jonathan berbunyi nyaring dan memaksa lelaki itu untuk mengurungkan niatannya mengajak Kaluna berbicara. Dia masih mau hidup!Tapi, sialnya Kaluna terus mendiamkan dirinya dan itu membuat Jonathan makin gelisah. Apa yang mereka bicarakan? Apa mereka membicarakan tentang masa lalunya bersama Gendis? Tapi, jika itu yang dibicarakan tak mungkin membuat Kaluna menangis, karena Kaluna sudah tau semua masalahnya dengan Gendis. Apa mereka berwisata masa lalu dengan cerita asmara mereka dulu? Nggak mungkin! Apa jangan-jangan ….Jonathan menggelengkan kepalanya
"Selamat ulang tahun pernikahan Tante Santi," ucap Kaluna seraya menyerahkan bingkisan ke tangan Santi, ibu dari Cakra setelah acara ulang tahun pernikahan selesai.Acara ulang tahun pernikahan orang tua Cakra berlangsung dengan meriah dan bahkan beberapa tamu undangan tetap di sana hingga waktunya last order."Ah ... Kaluna," bisik Santi sambil melihat bingkasan yang Kaluna berikan dan langsung terenyuh. Kaluna memberikan parfume yang selalu ia gunakan setiap harinya sebagai hadiah, "kamu masih ingat kesukaan Mama," bisik Santi.Kaluna tersenyum manis, "Aku nggak bakal lupa sama Mama," bisik Kaluna sambil mengusap air matanya. Benar hal paling berat memutuskan pertunangannya dengan Cakra bukanlah melupakan Cakra tapi, meninggalkan keluarga Cakra yang baiknya tiada dua. Calon mertuanya itu sangat baik, bahkan beberapa kali Santi mendatangi Kaluna saat Kaluna sedang terpuruk mengetahui kelakuan Cakra yang menyebalkan. Santi bahkan meminta Kaluna tetap menerima Cakra dan menjadikan diri
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend