Kaluna menahan napasnya saat Jonathan menciumnya dengan lembut dan dalam, beberapa kali Kaluna mendesah pelan saat lidah Jonathan masuk ke mulutnya dan menggoda dirinya untuk membalas ciumannya. Tangan Jonathan bergerak membelai garis tubuh Kaluna yang hanya terbalut handuk sambil terus mencium bibir Kaluna sedalam mungkin, lidahnya bergerak mengabsen gigi Kaluna dan menggelitik setiap jengkal bagian dalam mulut Kaluna, menggelitiknya dan menggoda wanita itu untuk terus membalas ciumannya. Erangan-erangan dari bibir Kaluna terdengar sensual di kuping Jonathan seolah mencambuk birahi remajanya tanpa ampun. Jemari Jonathan berada diujung tepian handuk yang masih melingkar ditubuh Kaluna, menutupi bagian dada Kaluna. Telunjuk Jonathan dikaitkan di bagian tepian handuk Kaluna dan dengan cepat ia menariknya hingga handuk itu jatuh ke bawah. Jonathan mundur beberapa langkah dan melepaskan pagutan bibirnya, matanya melihat tubuh telanjang Kaluna. Gairah remajanya dengan cepat meledak karen
"Maaf," bisik Kaluna sambil menempelkan perban ke lengan Jonathan."Nggak apa-apa, nggak sakit juga," dusta Jonathan sambil menunjukkan wajah seorang lelaki kuat padahal hatinya sedang meringis akibat menahan rasa sakit karena lukanya baru saja mendapatkan obat merah dilukanya.Kaluna tertawa sambil mengecup perban yang ada di lengan Jonathan, "Kalau ada bekasnya gimana?" tanya Kaluna."Yah, nggak papa, kan keren jadi kaya cowo-cowo maco gitu," kekeh Jonathan yang langsung mendapatkan pukulan di bahunya."Nah ... gitu ketawa," bisik Jonathan sambil mengusap pucuk rambut Kaluna, "aku paling nggak suka kamu nangis."Kaluna tersipu sambil mengambil tangan Jonathan dan mengusapkan pipinya ke telapak tangan Jonathan seolah lelaki itu sedang membelainya."Maaf tadi, aku ....""Yang," bisik Jonathan sambil mendekatkan tubuhnya lalu memeluk Kaluna seerat mungkin, sesekali Jonathan mengecup bahu Kaluna sambil mengisap aroma tubuh khas wanita itu."Hmm ....""Mulai sekarang kamu nggak usah inge
"Ibu ... Ibu," isak Kaluna sambil berlari ke arah Emma tangisnya pecah saat melihat wajah Ibunya yang lebam dan penuh dengan darah yang sudah mengering di pelipis dan ujung bibirnya.Kaluna dengan cepat memeluk Emma dan menangis hingga suaranya habis, rasa bersalah dengan cepat langsung mendera Kaluna karena meninggalkan Emma sendirian di rumah bersama Pamungkas."Ibu ... maaf, maaf Kaluna ninggalin Ibu, maaf, Bu ... maafin Kaluna," isak Kaluna sambil terus memeluk Emma dengan tubuh yang bergetar akibat luapan emosi rasa sedih dan sesal yang mendera Kaluna.Tulang Kaluna seolah lemas dan hilang dari tubuhnya hingga tanpa sadar tubuhnya merosot dan terduduk di depan tubuh Emma. Kaluna membungkuk dan bersimpuh di kaki Emma dan terus menangis akibat rasa sesal."Maaf, Bu ... maaf," bisik Kaluna sambil terus memeluk Emma"Nggak apa-apa, Lun ... nggak apa-apa," isak Emma sambil berusaha mengangkat tubuh Kaluna agar bisa memeluk anak semata wayangnya itu."Ampun Bu, maafin Kaluna yang ningg
"Emma."Panggilan itu membuat Emma dan Kaluna menengadah, "Om Bekti," bisik Kaluna kaget karena mendapati adik ibunya berdiri di ambang pintu karena setahunya Om-nya itu tinggal di Bandung.Om Bekti tersenyum dan memeluk Kaluna dan juga Emma, "Semuanya sudah aku urus, kita pergi sekarang." Bekti membantu Kaluna dan Emma untuk berdiri, "Mana ponsel kalian, aku udah urus semuanya dan Pamungkas sekarang sedang dijemput oleh pihak kepolisian di rumahnya atas perbuatan KDRT dan aku sudah hubungi pengacara aku untuk urus semua berkas perceraian.""P-pergi? Pergi ke mana?" tanya Kaluna bingung sambil menyerahkan ponselnya ke tangan Bekti dan makin kaget saat Bekti melemparkan ponselnya itu ke tong sampah seolah benda itu tak berharga."Om, jangan dibuang aku nggak nanti nggak bisa hubungi teman aku," bisik Kaluna."Kaluna ...." Bekti menatap manik mata Kaluna dengan tatapan serius seolah ingin memberitahukan pada Kaluna kalau saat ini mereka harus berburu dengan waktu."Kaluna dengar, mulai
Jakarta, Masa Sekarang ...."Jadi maksud kamu? Kamu percaya omongan Gendis?" tanya Jonathan yang tidak percaya dengan pendengarannya karena mendengar cerita dari Kaluna tentang masa lalunya."Aku berkali-kali hubungin kamu tapi nggak bisa dan aku juga hubungin Gendis kata Gendis kamu nggak pernah nyariin aku," bisik Kaluna.“Terus setelah tiga bulan kamu udah aja gitu nggak nyari aku sama sekali?” tanya Jonathan yang merasa kesal karena Kaluna terlihat begitu cepat menyerah padahal dia berjuang keras mencari Kaluna.“Aku terus hubungin kamu, Jo, semua cara aku pakai tapi, aku nggak bisa datang ke rumah kamu karena Ibu dan Om Bekti larang aku. Ayah benar-benar nyari aku dan Ibu seperti orang gila, aku juga nggak paham kenapa Ayah tetap nyari aku dan Ibu padahal dia udah anggap kita sampah. Makanya aku akhirnya diminta untuk terus sembunyi dan nggak balik ke Jakarta dulu, di Bandung pun aku nggak bisa bebas untuk pegang ponsel atau apa pun itu,” terang Kaluna yang merasa sangat menyesal
Tring ... tring ... tring ....Suara alarm ponsel membuat Kaluna menggeliat dan menjulurkan tangannya untuk mengambil ponsel miliknya, dengan malas-malasan ia berjuang membuka matanya dan saat ia melihat layar ponselnya spontan Kaluna menjerit keras."Mampus!" jerit Kaluna sampai ia meloncat dari ranjang sampai tidak sadar kalau ia membuat seseorang di belakang tubuhnya terpelanting ke belakang. "Yang ...." Jonathan tersentak kaget saat merasakan tubuhnya di dorong hingga ia hampir terjatuh dari ranjang.Kaluna menoleh dan langsung menyatukan kedua tangannya di dada, "Maaf, Jo ... maaf aku telat," ucap Kaluna sambil masuk ke dalam kamar mandi.Jonathan menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal, ia melirik ke arah jam dan tertawa pelan saat melihat sudah jam 8 pagi. Pantas saja kekasihnya itu kelimpungan, ternyata Kaluna masih saja suka terlambat. "Udah? Kamu mandi beneran?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna sudah keluar lagi dari kamar mandi dan dengan cepat berpakaian secara
"Kan aku udah bilang nggak usah diangkat, Yang," ucap Jonathan yang risih melihat Kaluna menekuk wajahnya hingga terlihat masam.Kaluna menghela napas kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, matanya melihat keluar mobil dan mendapati pemandangan kota Jakarta yang semberaut, sesemberaut hatinya hari ini hanya karena mendengar suara Gendis dari ponsel Jonathan."Yang ... hei.""Apa?" sahut Kaluna sambil melirik sekilas ke Jonathan yang sedang menyupir mobil. Wajah pria itu tetap terlihat tampan walaupun Kaluna tahu kalau Jonathan tidak menyisir rambutnya dengan benar akibat terburu-buru karena Kaluna ngambek dan ingin secepatnya pergi ke restoran setelah mendengar suara Gendis."Aku udah bilang jangan diangkat, kamu tetep angkat. Kepala batu kamu itu kadang," dengus Jonathan."Ngapain dia nelepon kamu?""Nggak tau dan nggak mau tahu," jawab Jonathan sambil melihat sekilas ke arah ponselnya yang screen guard-nya pecah."Buat apa dia telepon kamu? Mau apa dia?" tanya Kaluna sam
"Halo para budak dapur apa kabar," teriak Okhe sambil masuk ke dalam dapur dengan gerakan spektakuler yang membuat semua orang tertawa termasuk Kaluna."Lagak, Lo ... Khe." Tawa Ibram terdengar renyah sambil mengambil baskom dan menyerahkannya ke pelukan Okhe. "Apaan ini?" tanya Okhe kaget, "aku kerja di restoran bonafit Moon yang punya Michellin Star tapi dikasih baskom? Buat apa?" tanya Okhe sambil menyentuh dahinya dengan gerakkan dramatis yang lagi-lagi membuat semua orang di dapur tertawa."Buat kamu bantuin Ibram kupasin kulit-kulit putih jeruk, Khe," ucap Kaluna sambil menunjuk ke arah beberapa plastik jeruk yang ada di meja. Okhe hanya bisa mendengus kesal sambil mengambil pisau dan mulai melakukan pekerjaannya bersama Ibram. "Aku paling kesel kalau garnisnya udah jeruk.""Why?" tanya Kaluna sambil mencicipi saus mushroom, "kan seger jeruk.""Iya emang seger, tapi ... kita nih, yang ribet harus dikupas, dibukain satu-satu ini yang putih-putihnya. Apalagi kalau udah bikin lem
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend