"Minum obatnya, Jojo!"Jonathan yang sedang menulis ide menu baru tersentak saat tiba-tiba ia mendengar teriakkan Kaluna dari earphone-nya. "Ya Tuhan ... apa ini?" Jonathan melepaskan salah satu earphonenya dan kaget saat mengetahui itu sudah jam tiga sore. Ia mengambil ponselnya dan sadar kalau alarm diponselnya sudah berganti menjadi suara Kaluna. Jempol Jonathan menekan tombol play salah satu file suara dan terbahak keras karena kembali mendengar suara Kaluna yang meminta dirinya untuk meminum obat dengan suara melengking khasnya. "Ya ampun, Yang ... kamu itu ada aja idenya," bisik Jonathan sambil memgambil kotak obatnya dan beranjak dari ruang kerjanya keluar untuk mencari pisang. Kesulitan menelan obat membuat dia sangat bergantung pada pisang, entah kenapa Jonathan merasa seperti monyet. Saat berjalan ke arah di mana pisang-pisang itu berada, Jonathan melihat Kaluna dan beberapa pegawai dapur sedang berbincang karena sedang istirahat. Mata Jonathan tidak beralih dari wajah
"Pagi Bu," sapa Kaluna sambil mengecup pipi Emma dan duduk manis di kursi makan, mata Kaluna terhenti pada satu bungkusan, "ini apa?""Oh ... itu tadi dari Jonathan, tapi, pagi banget jam setengah 6 Jonathan ke sini buat bantu Ibu nurun-nurunin barang belajanna Ibu dari becak, terus dia kasih itu. Katanya itu buat kamu makan," ucap Emma sambil duduk di kursi samping Kaluna dan menyodorkan piring ke hadapan Kaluna."Ngapain Jonathan pagi-pagi banget ke sini dan terus sekarang dia ke mana?" tanya Kaluna sambil mengedarkan pandangannya berharap Jonathan meloncat keluar dari balik lemari sambil tersenyum."Jonathan udah pulang, katanya dia baru pulang dari olah raga pagi terus mampir kasih makan pagi kamu dan liat Ibu kesusahan sama barang belanjaan jadi hatinya terenyuh dan mau membantu Ibu yang sudah renta ini, di saat anak kandung Ibu sedang asik ileran di kamar dan sulit untuk dibangunkan," goda Emma yang langsung melihat raut wajah Kaluna yang berubah menjadi raut wajah seorang anak
Jonathan membuka map yang ada ditangannya dan membaca isinya, setelah beberapa saat senyuman terlihat diwajah tampan Jonathan. "Terlihat lebih bersinar kamu, Jonathan." Wanita itu tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Jonathan. Baru kemarin dirinya menelepon Jonathan untuk mengingatkan janji temunya.Awalnya ia kaget kenapa Jonathan membalas teleponnya dengan suara yang berbahagia dan bahkan mengatakan sudah tidak sabar lagi akan bertemu padahal biasanya Jonathan sering membalas sekenangnya dan datang seperti raga tanpa jiwa. Kosong.Jonathan mengalihkan pandangannya dari kertas yang berisikan angka-angka, skema dan tabel-tabel yang sudah menjadi hal wajar yang selalu ia lihat selama beberapa tahun ini. "Sedang bahagia?" tanya Fina."Seingat saya, saya selalu berbahagia bila bertemu Anda," sahut Jonathan sambil menutup kembali mapnya dan menyimpannya acuh di meja yang membatasi dirinya dengan perempuan cantik di hadapannya."Tapi ini beda, kelihatannya lebih berwar
"Okhe.""Yes Chef," jawab Okhe sambil menoleh, dirinya sedikit kaget karena tiba-tiba dipanggil Jonathan padahal sudah jam tutup restoran. Apa dia melakukan kesalahan?"Kamu tadi serve langsung meja no.14 kan?" tanya Jonathan seraya menepuk bahu Okhe, "pas ... dagingnya pas dan kata temen saya kamu hebat tadi saat presentasi."Okhe bernapas lega mendengar perkataan Jonathan, untungnya tadi dia melayani dengan baik meja 14 yang ternyata teman Jonathan coba kalau tadi dia meleng atau daging yang dia masak overcook habislah dia di maki-maki oleh Jonathan. Cukup Kaluna saja yang kena makian Jonathan yang bisa membuat lutut para koki di restoran itu bergetar."Terima kasih Chef atas pujiannya," ucap Okhe sedikit bangga."Oh, sama kamu liat Kaluna?" tanya Jonathan sambil melihat sekelilingnya. Dari tadi dia sudah mencari Kaluna ke mana-mana tapi wanita itu tidak bisa ia temukan bahkan semua chat dan teleponnya diabaikan. Ampun ... apakah Kaluna masih marah pada dirinya? Entah harus cara apa
"Astaga besar!""Ayang!" pekik Jonathan yang sama-sama kaget sambil menarik handuknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya sendiri. Wajah Kaluna memerah dengan cepat, ia berlari keluar kamar mandi melewati Jonathan yang juga sama-sama salah tingkah. Mereka berdua mungkin pernah tidur bersama atau bahkan tidur bergelung di balik selimut tanpa seutas benang pun tapi, rasanya canggung meihat langsung kejantanan Jonathan yang membuat pikiran kotor Kaluna membumbung tinggi.Ternyata datang ke rumah Jonathan untuk mengembalikan laptop Jonathan dan mandi di rumah kekasihnya itu adalah keputusan yang salah. Kaluna kembali menoleh ke belakang melewati pundaknya dan lagi-lagi melihat kejantanan Jonathan yang meledakan seluruh pikiran kotor di kepalanya."Kaluna Dayana, jangan mikir aneh-aneh," ucap Jonathan sambil menarik handuk dan melilitkannya kembali ke pinggangnya lalu berjalan ke arah pintu dan menutupnya."Maaf," teriak Kaluna sambil mengalihkan pandangannya, "abis aku kaget liat isi cel
Jonathan terus memangut bibir Kaluna sedangkan tangannya meraba garis tubuh Kaluna yang terasa sejuk di telapak tanganya. Gairahnya meledak saat lidah Kaluna menyusup ke mulutnya dan mengabsen giginya, menggelitik setiap inci mulutnya hingga ia merasakan rasa geli berujung nikmat yang terus ingin ia rasakan.Jemari Jonathan menyusup ke bagian belakang rambut Kaluna dan menekannya, memaksa Kaluna untuk terus mencumbunya semakin dalam, mengisap lidah manis Kaluna yang membuat setiap inci tubuh Jonathan meraung meminta untuk dipuaskan. Tangan Jonathan dengan cepat membelai punggung Kaluna dan kembali menekannya agar payudara Kaluna yang lembut menyentuhnya. Bahkan Jonathan seolah tidak mengizinkan setu inci pun menjadi jurang pemisah diantara mereka berdua, ia suka saat puting Kaluna yang keras menggesek dadanya, ia suka sensasi menggelitik yang akhirnya menjalar keseluruh tubuhnya dan memecut birahinya."Jo ... ini dapur," bisik Kaluna disela-sela ciuman panas yang mereka lakukan. Kalu
Jonathan mengelus ranjang di sampingnya dan hanya merasakan rasa dingin sprei miliknya. "Yang," panggil Jonathan sambil berusaha membuka matanya dengan susah payah.Jonathan duduk sambil mengusap salah satu matanya kemudian meregangkan tubuhnya yang lelah karena semalaman ia memacu tubuhnya tanpa henti dan lelah untuk meraup rasa nikmat bersama Kaluna. Ia melirik ke arah samping ranjang dan tertawa geli saat melihat bungkus kondom varian strawberry di sana, ada untungnya kebodohan Kaluna kemarin yang membeli banyak kondom setidaknya ia memiliki banyak stok kondom di rumah ini. Apa dia membeli lebih banyak kondom dan dia simpan disetiap sudut rumah? Ah ... kotor sekali pikirannya!Jonathan berjalan keluar kamar, "Ayang ... Yang.""Di dapur, Jo," jawab Kaluna.Jonathan berjalan ke arah dapur dan hanya bisa melihat kaki Kaluna yang mulus di balik pintu kulkas yang menutupi tubuh Kaluna. Dengan cepat Jonathan mengumpat karena lagi-lagi pikiran kotor berseliweran di kepalanya, entah kenapa
"Gimana?" tanya Kaluna sambil melihat Jonathan dengan mata yang berkedip-kedip seolah merayakan kemenangan karena melihat luapan rasa senang di wajah Jonathan saat lelaki itu sedang mengunyah daging yang ia buat sesuai resep miliknya."Gimana?" ulang Kaluna lagi sambil melihat Jonathan menyuapkan irisan besar daging terakhir ke mulutnya, "ih ... jawab."Jonathan mengambil serbet dan melap mulutnya, rasanya ia ingin meremas wajah Kaluna yang terlihat menang karena resep yang awalnya dianggap aneh oleh Jonathan ternyata mampu membuat Jonathan merasakan ledakan rasa nikmat dimulutnya sampai keirisan daging terakhir. "Jo ... jawab," rengek Kaluna yang tidak juga mendapatkan respon dari Jonathan. Walaupun Kaluna serinh sebal pada Jonathan tapi, Kaluna cukup tahu diri kalau taste lidah Jonathan dalam mencicipi makanan sangat bagus, hingga sebuah review positif dari mulut Jonathan akan sangat berguna untuk karir memasaknya. "Yah ...." Jonathan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri se