"Kalian ngapain?" ulang Kaluna lagi sambil menarik tangan Jonathan dan melihat Gendis bingung."Aku tunggu di parkiran, Yang," ucap Jonathan sambil mengusap pucuk rambut Kaluna dan memberikan tatapan mata 'nanti kita ngobrol' ke arah Kaluna karena wanita itu terlihat ingin membantah perkatannya.Setelah Jonathan pergi Kaluna melihat Gendis meminta penjelasan kenapa sahabatnya itu memegang tangan Jonathan. "Ngapain kamu tadi, Ndis?""Nggak kok, tadi aku cuman mau minta tolong Jonathan aja diajarin masak kata dia boleh dan tadi dia pegang tangan aku karena aku ampir jatuh jadi, dipegangin gitu tapi ...." Gendis mengerling nakal ke arah Kaluna, "dia nggak mau lepas.""Jonathan kayanya nggak gitu deh, Ndis," ucap Kaluna yang yakin seratus persen kalau Jonathan bukan pria genit. Tiga tahun berpacaran dengan Jonathan, Kaluna tidak pernah melihat Jonathan genit ke wanita lain."Nggak tahu," ucap Gendis acuh sambil mengangkat kedua bahunya, "selalu ada yang pertama untuk segalanya, kan. Mungk
Brak ... brak ... brak ....Kaluna yang sedang tidur tersentak kaget saat mendengar suara gebrakkan di pintu kamarnya. Tubuhnya terlonjak dari ranjang dan kesadaraannya seolah ditarik paksa hingga membuat kepalanya pusing akibat terbangun secara tiba-tiba."I-iya," bisik Kaluna takut sambil mencengkeram selimutnya mencoba untuk meredam rasa takunya. Spontan Kaluna mengambil ponselnya dan melirik jam yang ada di dinding, jantungnya berdebar saat menyadari kalau saat ini sudah pukul 2 subuh.Brak ... brak ... brak ....Perasaannya kalut dan rasa takut dengan cepat menjalar keseluruh tubuhnya karena dia tahu siapa yang sedang menggedor pintu kamarnya."Buka! Buka sialan! Buka kau!!!" teriak Pamungkas dengan suara menggelegar."A-ayah," bisik Kaluna ketakutan. Sial ... ini sudah jam 2 subuh Emma pasti sudah tidur dan Kaluna yakin kalau Pamungkas saat ini sedang dalam keadaan mabuk.Brak ... brak ... brak ...."Buka!!! Buka!" teriak Pamungkas menggila sambil menendang-nendang pintu kamar K
Brak ....Suara benda yang dibanting terdengar dengan jelas di telinga Kaluna, mata Kaluna yang tadinya menutup seketika itu juga terbuka dengan cepat. Saat itu juga wajah Pamungkas berubah menjadi wajah Emma yang menatapnya dengan tatapan waswas."I-Ibu? I-Ibu?" bisik Kaluna tidak percaya dengan penglihatannya. Ia mencoba meraih wajah Emma untuk memastikan keberadaan Emma, ia menjerit keras saat merasakan rasa hangat di ujung-ujung jarinya saat menyentuh pipi Emma."Ibu, Ayah! Ayah! Ayah," jerit Kaluna dengan suara pilu. Jantungnya berdebar lebih cepat dan emosinya meledak, Kaluna spontan memeluk tubuh Ibunya."Pergi! Kaluna, pergi!" teriak Emma sambil mengambil celana Kaluna dan menjejalkan ke tangan Kaluna. Matanya menatap Kaluna ketakutan sambil sesekali melirik ke arah Pamungkas yang terkapar di ujung ruangan sedang mengaduh karena tubuhnya dipukul kursi kayu oleh Emma."Bu ... ayo, ayo ... pergi," bisik Kaluna sambil berdiri dan mengambil barang-barangnya secara random. Mencoba m
"Lari Kaluna!" Kaluna menahan napasnya saat mendengar teriakkan Emma di balik pintu dan beberapa kali Kaluna mendengar suara gebrakan pintu yang terasa menyayat hatinya karena dia tahu kalau saat itu yang sedang beradu dengan pintu adalah tubuh Emma. "Ibu," teriak Kaluna keras sambil menggedor pintu rumahnya dan beberapa kali mencoba membuka pintu dengan menggerakkan gagang pintu ke atas dan ke bawah berkali-kali namun nihil, pintu rumahnya itu sudah terkunci dan berbeda dengan pintu yang ada di dalam rumah, di mana terbuat dari kayu tipis semacam tripleks. Pintu luar rumah Kaluna terbuat dari kayu jati yang sangat keras. Brak ... brak ... brak .... "Ayah! Stop! Ibu ... Ibu ... Ibu ...," teriak Kaluna sekeras mungkin hingga suaranya hampir hilang dan telapak tangannya terasa sakit dan memerah karena Kaluna terus menggedor pintunya sekeras mungkin. "Lari Kaluna! Lari!" Terdengar teriakkan perintah dari Emma meminta Kaluna untuk pergi dari sana dan menyelamatkan dirinya. "Ibu!!!" j
Kring ... kring ... kring ....Jonathan yang sedang asyik mengerjakan tugasnya di ruang tengah dengan malas beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah telepon."Iya," ucap Jonathan setelah mengangkat teleponnya."Jo, Sayang ... Mamih sama Papih nggak bisa pulang, yah ... kita di rumah sakit nungguin Eyang. Nggak apa-apa, kan? " tanya Pipit."Ah ... ya udah, nggak apa-apa," sahut Jonathan. Ia tidak berkeberatan tinggal di rumah sendirian dan lagi dia sudah besar bukan anak TK lagi. "kabari Jojo kalau ada apa-apa ya, Mih.""Iya, kamu hati-hati dan kunci pintu yang bener, kalau udah kerjain PR kamu jangan begadang," ucap Pipit yang tahu kalau anak semata wayangnya itu sangat suka begadang sambil menelepon pacarnya."Nggak usah teleponan sama Kaluna sampe subuh, nanti di sekolah juga kamu ketemu dia lagi. Emang nggak bosen apa?" goda Pipit dan langsung tertawa saat mendengar dengusan keras dari Jonathan."Tenang, Kaluna nggak bakal ilang kok besok," goda Pipit lagi."Udah ah, Mih ... Joj
"Yang, ya ampun, aku ... aku ....""Jo, aku kayanya hina banget, Jo ... aku udah nggak bagus lagi dan yang bikin aku gini adalah orang yang seharusnya sayang sama aku, ini ... ini ...." Lagi-lagi Kaluna tersedak ludahnya sendiri saat kembali membayangkan apa yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu.Sebuah kejadian yang membuat dirinya hancur sehancur-hancurnya, dan sialnya yang membuat itu semua terjadi adalah Pamungkas, ayahnya sendiri."Ayah ... di—""Nggak usah panggil dia ayah! Nggak ada ayah yang seperti itu kelakuannya! Bejat, jangan pernah panggil dia ayah lagi, Yang! Dia iblis!" sentak Jonathan sambil menarik handuk dan membungkus tubuh Kaluna serapat mungkin.Rasa sakit dan amarah bercampur menjadi satu hingga membuat Jonathan mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali Jonathan mencari Pamungkas dan menghajarnya, ia sama sekali tidak takut dengan lelaki yang menyandang gelar Ayah bagi Kaluna karena menurut Jonathan manusia macam itu tidak pantas menyandangnya! Sinting!
Kaluna menahan napasnya saat Jonathan menciumnya dengan lembut dan dalam, beberapa kali Kaluna mendesah pelan saat lidah Jonathan masuk ke mulutnya dan menggoda dirinya untuk membalas ciumannya. Tangan Jonathan bergerak membelai garis tubuh Kaluna yang hanya terbalut handuk sambil terus mencium bibir Kaluna sedalam mungkin, lidahnya bergerak mengabsen gigi Kaluna dan menggelitik setiap jengkal bagian dalam mulut Kaluna, menggelitiknya dan menggoda wanita itu untuk terus membalas ciumannya. Erangan-erangan dari bibir Kaluna terdengar sensual di kuping Jonathan seolah mencambuk birahi remajanya tanpa ampun. Jemari Jonathan berada diujung tepian handuk yang masih melingkar ditubuh Kaluna, menutupi bagian dada Kaluna. Telunjuk Jonathan dikaitkan di bagian tepian handuk Kaluna dan dengan cepat ia menariknya hingga handuk itu jatuh ke bawah. Jonathan mundur beberapa langkah dan melepaskan pagutan bibirnya, matanya melihat tubuh telanjang Kaluna. Gairah remajanya dengan cepat meledak karen
"Maaf," bisik Kaluna sambil menempelkan perban ke lengan Jonathan."Nggak apa-apa, nggak sakit juga," dusta Jonathan sambil menunjukkan wajah seorang lelaki kuat padahal hatinya sedang meringis akibat menahan rasa sakit karena lukanya baru saja mendapatkan obat merah dilukanya.Kaluna tertawa sambil mengecup perban yang ada di lengan Jonathan, "Kalau ada bekasnya gimana?" tanya Kaluna."Yah, nggak papa, kan keren jadi kaya cowo-cowo maco gitu," kekeh Jonathan yang langsung mendapatkan pukulan di bahunya."Nah ... gitu ketawa," bisik Jonathan sambil mengusap pucuk rambut Kaluna, "aku paling nggak suka kamu nangis."Kaluna tersipu sambil mengambil tangan Jonathan dan mengusapkan pipinya ke telapak tangan Jonathan seolah lelaki itu sedang membelainya."Maaf tadi, aku ....""Yang," bisik Jonathan sambil mendekatkan tubuhnya lalu memeluk Kaluna seerat mungkin, sesekali Jonathan mengecup bahu Kaluna sambil mengisap aroma tubuh khas wanita itu."Hmm ....""Mulai sekarang kamu nggak usah inge
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend