"Om Wisnu.""Saya akan menikahi Dek Emma dan saya yakin, kalau keuangan saya sangat mencukupi untuk menghidupi Emma dan juga Kaluna. Mereka berdua tidak membutuhkan uang sepeser pun dari keluarga mantan suami Dek Emma." Wisnu tersenyum dan berjalan ke arah Frida dan Sekar yang kebingungan dengan sosok dirinya."Siapa?" tanya Sekar sambil menunjuk Wisnu."Dia ...." Emma menghentikan ucapannya saat melihat tangan Wisnu terangkat seolah pertanda kalau dirinya harus menutup mulutnya."Saya Wisnu, saya calon suami Dek Emma sekaligus Bapak sambung Kaluna." Wisnu mengangkat tangannya dan langsung disambut oleh tangan Sekar yang masih bingung."Jadi, kamu yang akan menanggung semua kehidupan Emma dan Kaluna?" tanya Frida sambil tersenyum senang karena ia bisa memiliki harta warisan dari Pamungkas. Satu-satunya yang menghalangi dirinya untuk menjual rumah dan seluruh kekayaan Pamungkas adalah Sekar.Untungnya Frida tahu cara untuk membuat Sekar mengikuti keinginannya, jadi, semuanya akan baik-
"Kenapa Bu?" tanya Kaluna saat ia sedang menggunting daun pisang."Kamu udah dewasa, yah," jawab Emma sambil menyuiri ayam untuk isian lemper."Apa sih, Bu? Emang dulu Kaluna anak kecil?" Kaluna tersenyum kesal sambil memisahkan beberapa daun pisang, "Kaluna kan dari dulu udah gede. Udah dewasa bahkan sebelum waktunya," kekeh Kaluna yang langsung mendapatkan sentilan di hidung."Kamu itu selalu ada aja jawaban buat Ibu, Nak ...." Tiba-tiba saja raut wajah Emma berubah sendu sambil terus menatap Kaluna yang asik memotong daun pisang."Bu," panggil Kaluna yang mulai sadar kalau saat ini sedang ditatap Emma, "kenapa? Ibu lupa resep?" tanya Kaluna yang langsung dijawab gelengan."Sejak kapan Ibu lupa resep, kamu kali yang lupa resep lemper ala Ibu," ucap Emma sambil menyuir kembali ayam."Nggak lah, yah. Nggak mungkin Kaluna lupa. Kaluna paling hapal resep lemper Ibu dan Ibu juga Jonathan sudah mengakui kalau lemper buatan Kaluna enak," ucap Kaluna sambil menunjukkan kedua jempolnya denga
"I Miss you, Baby."Kaluna terhuyung ke belakang saat merasaka tubuh Cakra jatuh menimpa badannya, "Ampun Cakra kamu kenapa? Kok kamu tau rumah aku?" tanya Kaluna bingung sambil menahan bobot tubuh Cakra yang dua kali lipat dari tubuhnya.Seketika itu juga Kaluna merasakan bau alkohol yang sangat menyengat dari tubuh Cakra. "Cakra kamu mabuk?" tanya Kaluna sambil mencoba menjauhkan tubuh Cakra dari dirinya karena Kaluna tahu bila Cakra mabuk maka libido mantan tunangannya itu akan sangat tinggi."Aku cuman minum dikit, Baby," bisik Cakra di telinga Kaluna sambil mengecup kuping Kaluna pelan. "Oh, aku kangen banget sama kamu, Baby. Kapan terakhir aku peluk dan cium kamu, yah?" tanya Cakra sambil mengecupi garis leher Kaluna dan tangan Kanannya menyentuh payudara mantan tunangannya itu.Bola mata Kaluna membulat dan napasnya terhenti seketika saat merasakan tangan Cakra menyentuh payudaranya. "Cakra!!!" bentak Kaluna sambil mendorong Cakra sekuat tenaga hingga tubuhnya terjengkang ke be
BRAK!!!Kaluna hanya bisa diam dengan tubuh bergetar dan terduduk sambil menahan tangisnya. Kepalanya sakit bukan kepalang karena karena pikirannya dan memorinya menyeret dirinya ke keadaans saat bersama Pamungkas. Jijik.Tubuhnya melayang dan ia hanya menatap lurus ke depan tanpa menyadari apa yang ada di sekitarnya, ia diam tak berkata apa pun juga. Tubuhnya bergetar hebat dan air matanya terus mengalir tanpa ada satu kata pun keluar dari mulutnya. Takut."Lepas," bisik Kaluna lemah sambil menangis dan memeluk tubuhnya sendiri. Tanpa sadar ia menggerakkan tubuhnya ke depan dan ke belakang sambil mengusap-usap bahunya dengan kasar. "Lepas."Kaluna terus menangis dan mulai menggaruki lehernya dengan keras saat ia makin tergulung dalam memori bejat yang sudah sangat dalam Pamungkas torehkan pada dirinya. Saking dalamnya Kaluna tidak sanggup lagi untuk menyembuhkan luka itu, luka itu terlalu menyakitkan."Lepas ... nggak mau, lepas ...." Kaluna kembali mengulang perkatannya sambil mengg
"Jonathan!""Iya sayang aku di sini, kenapa Sayang?" tanya Jonathan yang dengan cepat bangun dari tidurnya dan duduk di ranjang Kaluna. "Jo ... peluk aku ... Cakra ...." Kaluna menggaruk lehernya dengan kencang lalu menatap liar ke seluruh kamarnya. "Jo."Jonathan dengan cepat mengambil tangan Kaluna lalu mengecupinya, ia berusaha keras agar Kaluna tidak menyakiti dirinya sendiri. "Aku di sini Sayang, kamu aman."Kaluna menangis histeris lalu memeluk Jonathan seerat mungkin. Sedetik setelah Kaluna melabuhkan kepalanya di dada Jonathan, Kaluna langsung mencium wangi tubuh Jonathan yang terasa menenangkan dirinya. "Aku nggak paham kenapa Cakra bisa semenakutkan itu, sumpah dia nggak kaya gitu, Jo," bisik Kaluna sambil mencengkeram erat baju Jonathan dengan tangan yang bergetar akibat menahan amarah bercampur takut."Cowo bedebah nggak punya otak kaya Cakra mending nggak usah kamu deketin lagi, nggak usah kamu ketemu dia lagi," ucap Jonathan sambil mengusap leher Kaluna pelan. Kesal ra
Brak ... brak ....Karin mengerjapkan matanya, rasa kantuknya tiba-tiba berganti dengan rasa takut. Dengan susah payah dia mencoba memicingkan matanya untuk melihat ada apa di sumber suara keras yang ada di pojok kamarnya."Siapa?" tanya Karin takut sambil menyalakan saklar lampu, saat lampu kamarnya menyala jantungnya berdetak keras."Cakra, ngapain kamu?" Karin makin kaget dan meloncat dari kasur saat melihat wajah Cakra yang tak karu-karuan, "Cakra kamu kenapa? Kenapa muka kamu jadi kaya gini? Kamu berantem sama siapa?" tanya Karin sambil berlari mendekati Cakra."Bukan urusan kamu," ucap Cakra sambil duduk di sofa dan mencoba memejamkan matanya. Tanpa sadar ingatannya menyeret dirinya ke ingatan yang baru saja terjadi. Ingatannya pada sisi rapuh Kaluna yang belum pernah Cakra liat."Tuhan ... kamu kenapa, Baby? Apa yang salah? Kamu kenapa bisa sampai setakut itu? Aku salah apa?" tanya Cakra di dalam hatinya sambil menekan kedua matanya. Lelah.Cakra ingat setelah Jonathan memakiny
"Mbak aku nggak nyangka bakal ketemu sama Mbak lagi," ucap Fia penuh semangat saat melihat Kaluna yang datang ke hotelnya."Aku juga nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi, Fia," ucap Kaluna sambil berjalan mengiringi Fia.Fia tersenyum manis sambil menunjukkan beberapa ruangan yang bisa Kaluna gunakan, "Aku kaget pas liat Mbak dateng sama Pak Gege, aku sangka Mbak mau nginap di sini. Ternyata Mbak yang mau nyewa ballroom kami," ucap Fia bersemangat."Iya, abis udah nggak ada venue lagi. Jadi, yah kita ambil di hotel ini dan lagi tempat ini sesuai sama konsep yang aku mau, Fi.""Konsep lama?" tanya Fia dan langsung mengutuki kebodohannya saat ia mendapatkan lirikan maut dari Gege. "Ah .. maksud saya ... maksudnya ....""Nggak papa, udah lewat juga kejadiannya," ucap Kaluna mencoba memahami Fia."Maaf Mbak, saya lancang," ucap Fia penuh dengan penyesalan."Mbak Kaluna gimana sama ruangan ini?" Gege mencoba mengalihkan pembicaraan.Kaluna mengangguk, ia memang suka ruangan itu dan dulu di
"Mau ke mana?" tanya Kaluna saat melihat Jonathan berdiri dari duduknya. "Jangan tinggalin aku sendirian, nanti aku diculik kucing loh.""Hahaha ... aku malah kasihan sama kucing yang nyulik kamu.""Kenapa?""Badan kamu berat, kamu gen ...." "Jo," rengek Kaluna geram sambil mencubit paha Jonathan kesal, "aku gendutan? Ish gimana kalau baju nikahan aku nggak muat? Aku nikah pake apa?""Pake bajulah, Yang ... atau pake bath rope aja, biar kita bisa langsung ke kamar dan gampang bu ... aw ... Yang, sakit," pekik Jonathan yang merasakan rasa panas di pahanya."Rese sumpah, udah ah aku nggak mau makan," ucap Kaluna sambil mendorong makanannya walau perutnya sedang melakukan orkestra karena merasa lapar.Jonathan menghela napas pelan sambil mengambil piring Kaluna, "Aa ...."Kaluna menggeleng, "Nggak aku gendut kaya babi terbang."Jonathan tergelak mendengar perkataan Kaluna, "Yang, mana ada babi terbang. Nggak ada Yang.""Ya udah, nanti aku gendut kaya babi air.""Hahaha ... babi gelondon
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend