"Nak ... tolong Ayah, Nak ... tolong, sakit ....."Kaluna mematung dan terdiam mendengar suara rintihan seorang pria yang terdengar seperti orang menanti ajal. Bahkan Kaluna mendengar suara seperti tecekik yang sangat menyeramkan hingga tanpa Kaluna sadari bulu kuduknya sudah berdiri.“Nak … maafkan, Ayah,” bisik pria yang ada di ujung sana yang membuat Kaluna makin bergidik ngeri.“Yang,” bisik Jonathan yang waswas karena melihat air wajah Kaluna yang mengeras dan melihat ke depan tanpa berkedip sama sekali. Kenapa lagi dengan calon istrinya ini? Sependengarannya tadi Kaluna mengangkat telepon dari seorang yang bilang kalau orang itu adalah nenek Kaluna.Sepengetahuan Jonathan satu-satunya nenek yang Kaluna miliki dari pihak ayahnya dan terakhir kali mereka bertemu itu saat nenek tua itu meminta uang untuk mengeluarkan Pamungkas dari penjara dan berakhir Kaluna meminta uangnya lalu masuk ke rumah sakit. Tanpa sadar Jonathan menggemeretakkan giginya menahan amarah mengingat kejadian K
“Tadi siapa?” tanya Kaluna sesaat setelah Jonathan memberikan ponsel ke tangannya. “Orang gila,” maki Jonathan kesal sambil berjalan ke arah kulkas dan mengambil sebotol air putih lalu meneguknya hingga tandas. Rasa segar air di kerongkongannya membuat emosinya berangsur-angsur turun. “Kalau orang gila kok teleponnya lama banget?” tanya Kaluna sambil membuka ponselnya dan mencoba mencari nomer orang gila yang tadi menelepon dirinya, “kalau orang gila kan, lebih baik diabaikan saja terus ditutup teleponnya.”“Karena orang gila itu nggak punya otak dan bikin aku emosi,” ucap Jonathan sambil membanting pintu kulkas karena kesal dan melirik ke arah Kaluna yang masih menggerakkan jemarinya untuk mencari sesuatu di ponsel, “nyari apa?”“Nomer orang gila,” jawab Kaluna santai sambil melirik Jonathan sambil lalu.“Udah aku hapus dan aku blok, ngapain juga kamu cari-cari. Nggak guna,” maki Jonathan sambil berjalan ke arah Kaluna dan kembali mengambil ponselnya. “Nggak usah dicari! Nggak gun
“Masuk, anggap aja rumah sendiri,” ucap Frida sambil berjalan mundur ke belakang dengan menyeret sebelah kakinya. Kaluna dengan cepat memperhatikan cara jalan Frida yang aneh karena terlihat menyeret kaki kanannya dan terdapat beberapa perban di sekelilingnya. Ada rasa penasaran yang membuat Kaluna ingin bertanya tentang keadaan bibinya itu tapi, amarah dan dendam menutup smeuanya bahkan tanpa sadar Kaluna mengucapkan rasa syukur karena bibinya itu menderita entah karena apa, kalau bisa mampus sekalian.Kaluna mengalihkan matanya melihat ruangan yang ia masuki, tanpa Kaluna sadari rasa sesak dan bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Memorinya tanpa belas kasihan menyeretnya ke masa-masa paling kelam dan menjijikan yang pernah ia alami.Iya … dia berbohong tidak mengingat tentang Pamungkas dan masa lalunya saat di IGD. Kaluna pura-pura tidak mengingatnya karena terlalu sakit hati dan muak dengan kelakuan Pamungkas yang sangat membenci dirinya. Ia ingin hidupnya tenang dan tidak lagi memped
"Apa Ibu tidak salah dengar?" tanya Sekar kaget dan menatap Pamungkas dengan tatapan marah. Apa-apaan ini! Berani sekali anak lelaki yang selalu menuri dirinya tiba-tiba membangkang! "Ibu keluar," ulang Pamungkas lagi dengan nada suara lebih tegas dan terdengar sangat memaksa bercampur letih. "Kamu gila, hah!" sentak Sekar sambil menunjuk wajah Pamungkas. "aku ini Ibumu! Aku yang melahirkan kamu, kenapa kamu malah membela anak lonte sialan itu, Pamungkas!" sentak Sekar sambil menepuk dadanya keras-keras, saking kerasnya Sekar terbatuk pelan.Mendengar Sekar batuk, Kaluna terkekeh pelan sambil berguman, "Udah tua sosoan tepuk-tepuk dada, mampus yang ada."Sekar mendelik dan melihat Kaluna dengan mata yang seolah ingin memakan Kaluna bulat-bulat. "Anak kurang ajar nggak tau aturan! Mulut kamu nggak pernah disekolahin, apa!""Lah, gimana mau disekolahin? Wong punya Bapak aja ogah biayain sekolah anaknya ampe anaknya ngemis-ngemis cuman but bayar iuran sekolah padahal cuman bayar seteng
“Mas!”“Pamungkas!” Kaluna terdiam sambil menatap kaget saat melihat Frida ditampar oleh Pamungkas yang entah bagaimana caranya bisa berjalan dengan cepat ke arah tantenya itu.Kaluna mengerjapkan matanya mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi, ia ingat dirinya menolak untuk memaafkan Pamungkas lalu tiba-tiba Frida ngamuk dan siap untuk menerkamnya lalu entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Pamungkas menampar Frida lalu berkata kurang ajar. Wow! Apa dia sedang bermimpi, seumur hidup baru sekarang ini dirinya dibela Pamungkas dari cercaan dan kelakuan kasar tante dan neneknya. Tanpa sadar Kaluna tersenyum tipis ada sedikit rasa senang dan puas karena dibela oleh Pamungkas, walaupun perasaan itu tidak bisa mengubah rasa bencinya pada Pamungkas yang sudah memora morandakan kehidupannya.“Mas! Kenapa Mas tampar aku?” tanya Frida sambil menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih namun sumpah demi apa pun rasa perih di pipinya tidak seberapa dari rasa perih di dadanya. Sakit hati.
“Astaga Pamungkas!!!”“Kamu pasti bohong!” potong Frida sambil menunjuk Kaluna yang langsung disambut tawa oleh Kaluna.“Buat apa aku bohong! Itu lelaki aja udah mengakui, kan! Bahkan sampai detik ini aku masih bisa merasakan gerayangan tangan lelaki bangsat itu ditubuh aku! Kamu sangka kenapa Ibu bersikeras bercerai dengan dia dan kabur melarikan diri sejauh mungkin dari dia! Bahkan walau dia mencari Ibu, Ibu kabur sejauh-jauhnya padahal dia sudah bertahan selama tujuh belas tahun mendampingi lelaki sialan itu dengan harapan lelaki itu sadar akan kesalahannya atau salah satu dari kalian mati dan menghentikan fitnahan bangsat yang selalu kalian tunjukkan untuk ibu!” sentak Kaluna sambil menunjuk Frida dan Sekar bergantian dan tangan yang lainnya menggaruk leher juga dadanya karena pikirannya tiba-tiba memikirkan sentuhan menjijikan Pamungkas.“Tapi, saat sidang ….”“Ibu jaga nama baik aku! Nggak mungkin di sidang ibu bilang kalau lelaki bangsat itu nyaris memperkosa aku! Kebayang aku h
“Argh!!!”Brak … Brak ….Bug … Bletak … Brak … Brak ….Frida bergidik setiap mendengar teriakkan dan suara-suara benda yang menghantam lantai dan dinding. Semua suara itu berasal dari dalam kamar Pamungkas yang saat ini tertutup sangat rapat.Brak!!!Tubuh Frida spontan bergidik saat mendengar suara pintu yang digebrak dengan sangat keras hingga membuat pintu kamar Pamungkas bergetar hebat hingga membuat Frida mau tidak mau suka tidak suka saling bertatapan dengan Sekar yang saat ini sedang duduk dengan tubuh yang sama-sama bergetar dan saling tatap dengan tatapan bingung.“Bangsat! Keparat! Anjing kalian semua! Anjing!” teriak Pamungkas dengan suara yang sangat keras, bahkan Frida berani bertaruh kalau suara Pamungkas pasti terdengar hingga ke rumah tetangga yang jaraknya tidak lebih dari satu jengkal.“Bu,” bisik Frida sambil mencengkeram lengan Sekar, “gimana ini? Mas Pamungkas kenapa jadi gitu?” tanya Frida kebingungan sambil terus melihat ke arah pintu kamar Pamungkas yang terus
"Kamu kemarin ke mana?" tanya Jonathan saat ia melihat Kaluna keluar dari dalam kamarnya. Emosi rasanya kemarin tiba-tiba Kaluna meninggalkan dirinya lalu sangat sulit dihubungin hingga membuat Jonathan uring-uringan sendiri dan akhirnya memutuskan untuk datang ke rumah Kaluna pagi-pagi sekali."Ibu mana?" tanya Kaluna acuh. "Ke pasar sama Om Wisnu karena mau buka toko pagi-pagi karena katanya ada pesanan," sahut Jonathan sambil berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Kaluna yang saat ini sedang mengucep matanya dengan muka bantal. "Bisa jawab pertanyaan aku?" tanya Jonathan yang sedikit kesal karena Kaluna mengabaikan pertanyaannya padahal sepanjang malam Jonathan uring-uringan sendiri mencari cara menghubungi Kaluna. Bahkan, ia mencoba menghubungi Emma dan Emma menjawab Kaluna belum pulang ke rumah. Jonathan yang tidak mau membuat Emma waswas akhirnya berbohong kalau Kaluna baru saja pulang dari rumahnya padahal calon istrinya itu sudah pergi dari rumahnya dua jam sebelum Jona
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend