"Kaluna woi ... Kaluna!" sentak Okhe sambil mengguncang badan Kaluna agar wanita itu sadar. "Hah ... apa? Gimana?" tanya Kaluna sambil menghentikan kegiatannya mengambil saus. Saat ini ia berdiri di pos garnis menggantikan Ibram, sedang pekerjaannya di ambil alih Jonathan. Sayup-sayup Kaluna mendengar teriakkan Jonathan meminta piring dan lain halnya."Lun, lo beneran nggak lagi sakit? Lo pucat dan dari tadi lo kerja kaya zombie! Lo ketinggalan nyawa di rumah atau gimana sih?" tanya Okhe sambil melirik ke arah Jonathan dan memindahkan tangan Kaluna yang ada di atas Sous Vide Pea ke arah Mushroom Sous, "di tangan kamu itu daging wagyu A5 yang udah diminta Chef Jonathan dari tadi, kalau kamu kasih bereng Sous Vide Pea, abis kamu dimaki sama Chef Jonathan." Kaluna menghela napas pelan sambil melihat ke arah tangannya dan mulai menyadari kesalahan fatal yang bisa membuat dirinya dimaki oleh Jonathan akibat ketidak fokusannya walaupun keadaannya saat ini dikarenakan Jonathan, tapi, Kalun
"Kamu jahat, Jo! Kamu jahat," jerit Kaluna sambil terus menangis histeris, sesekali ia mengguncang tubuh Jonathan hingga pria itu harus memeluknya lebih erat lagi.Kaluna terus mencengkeram-cengkeram sambil menarik-narik chef jaket Jonathan, tangisnya meledak beriringan dengan perasaan marahnya pada Jonathan yang sudah ia tahan semenjak tadi malam."Kamu bisa mikir nggak sih? Kamu otaknya disimpen di mana? Kamu kenapa nggak mau ngomong kamu sakit! Kenapa kamu jebak aku kaya gini! Kamu jahat sumpah!" sentak Kaluna sambil memukuli dada Jonathan sambil terus menjerit keras. Peduli setan ada orang yang mendengar teriakkannya ia nggak peduli, yang ia pedulikan saat ini ada penjelasan dari Jonathan kenapa lelaki itu begitu jahatnya pada dirinya hingga membuat ia terjebak dalam kebingungan apakah dia terjangkit penyakit HIV atau tidak."Yang ... aku udah coba buat jauhin kamu, sumpah demi apa pun juga aku berjuang buat abaiin kamu! Aku sampai berjuang buat benci sama kamu tapi, percuma nggak
"Kenapa Gendis sejahat itu? Kenapa? Kenaoa Gendis sebiadap itu buat merusak hidup kita berdua? Kita salah apa?" isak Kaluna.Kaluna tidak habis pikir kenapa sahabatnya itu sangat jahat? Apa salahnya? Kenapa orang yang ia anggap sahabat malah menusuknya dari belakang? Apa salahnya? Apa karena ia terlalu percaya pada Gendis? Kenapa Gendis seolah sangat membencinya dan Jonathan padahal kehidupan Kaluna jauh dibawah Gendis.Gendis kaya raya, keluarganya sangat harmonis. Ayah, ibu dan kakaknya sangat menyayangi Gendis, berbanding terbalik dengan dirinya yang sudah merasakan hinaan, makian dan cacian dari ayah kandung beserta keluarg besar ayahnya. Bahkan, ia tidak dianggap anak kandung ayahnya entah mengapa. Tuhan ... bukankah hanya dari itu saja orang waras pun bisa tahu siapa pemenangnya? Kenapa? Kenapa Gendis sebegitu membenci dirinya? Apa salahnya!"Aku nggak tau kita salah apa, tapi, aku tahu salah aku apa," bisik Jonathan sambil tersenyum sedih."Kamu salah apa sama dia? Dia yang sal
Kaluna bergerak di ranjang, berusaha untuk mendapatkan posisi paling enak untuk tidur. Matanya sudah perih dan ngantuk bukan main tapi, dari tadi ia sama sekali tidak bisa tidur. Pikirannya kembali pada obrolannya dengan Jonathan tadi sore. Ia ingat setelah ia menangis meraung dan Jonathan membujuknya agar mau di tes HIV akhirnya lelaki itu membuat janji bertemu dengan dokter yang merawatnya dan besok Kaluna akan bertemu dengan dokter itu. "Argh!" Kaluna berteriak keras sambil menggerakkan seluruh tubuhnya hingga membuat ranjang miliknya berderit. Tok ... tok ...."Kaluna ... hei, Kaluna ....""Ibu," bisik Kaluna sambil turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu, saat melewati cermin ia melihat kalau matanya sangat bengkak dan dirinya benar-benar berantakan. Dengan cepat Kaluna mengambul kaca mata hitam dan mengenakannya juga scraf untuk menutupi rambutnya."Iya Bu.""Astaga! Kaluna," teriak Emma kaget melihat penampakan Kaluna yang sudah seperti maling, "kamu ngapain pake kaca m
"Yang ... Yang, hei," panggil Jonathan sambil menyentuh pelan bahu Kaluna mencoba membangunkan kekasihnya itu walau ia tidak tega karena saat ia menjemput Kaluna di rumahnya Jonathan sadar kalau Kaluna kurang tidur dan terlihat sangat membutuhkan tidur."Yang, hei ... Sayang, bangun," bisik Jonathan sambil mengusap-usap pipi Kaluna hingga membuat wanita itu menggeliat pelan dan menoleh menatap dirinya."Bangun, Sayang kita udah nyampe rumah sakit," bisik Jonathan sambil terus mengusapi pipi Kaluna. Melihat bibir ranum Kaluna, Jonathan tergoda untuk menciumnya. Tanpa sadar Jonathan mendekati bibir Kaluna dan mencoba menciumnya namun ....Kaluna spontan menolehkan kepalanya hingga lelaki itu hanya bisa mencium pipi Kaluna. Kaluna bergidik pelan entah karena merasa dingin atau merasa jijik. Entahlah Kaluna tidak paham, mengetahui penyakit Jonathan benar-benar membuat Kaluna salah tingkah dan bingung dalam bersikap, semua informasi tentang HIV yang Kaluna dapatkan seolah hanya lewat saja d
"Jangan bercanda, Dok," ucap Kaluna sangsi, "mana ada orang sepercaya diri Dokter saat menyatakan kalau pasangan Dokter itu HIV," lanjut Kaluna bingung dengan keberanian Fani yang dengan santainya menyebutkan kalau pasangannya HIV.Fina tersenyum sambil mengetuk-ngetuk jemarinya, Fina sudah biasa mendapatkan tatapan jijik, bingung dan pertanyaan yang Kaluna ajukan tadi sepanjang dirinya menikah dengan suaminya, "Buat apa saya bohong," sahut Fina sambil mengambil salah satu figura yang ada di hadapannya lalu diputar figura itu agar Kaluna bisa melihat apa fotonya.Kaluna melihat figura yang ada di hadapannya dengan seksama, di sana ia bisa melihat Dokter Fina sedang tersenyum bersama seorang pria asing bermata biru dan dua orang anak yang sedang tersenyum manis pada dirinya."Suami saya pria kebangsaan Italia namanya Aldo, dia terkena HIV akibat dulunya adalah pemakai narkoba jenis suntikan. Lalu dia insyaf dan bertemu dengan saya, saat akan menikah dia mencek kesehatannya dan menemuka
"Yang." Jonathan berdiri setelah melihat Kaluna berjalan mendekatinya, jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Kaluna yang terliha kuyuh dan lesu. Ia hampir gila membayangkan kalau Kaluna tertular HIV dari dirinya."Jo, aku udah di tes ... hasil tesnya tiga hari lagi keluar," sahut Kaluna sambil mengusap lengannya yang terasa ngilu setelah pengambilan darah. Ia menghentikan langkahnya saat ia merasa sudah berada di jarak aman dengan Jonathan. Tidak terlalu dekat.Jonathan menarik lengan Kaluna agar wanita itu mau berdiri lebih dekat lagi dengan dirinya, tapi, sayangnya Kaluna membatu dan tidak mau mendekati Jonathan lebih dekat lagi. "Yang, bisa lebih dekat?""Segini udah dekat," ucap Kaluna sambil melihat ke sekelilingnya, walaupun dirinya sudah diberitahu apa yang terjadi pada Jonathan dan tentang cara penularan HIV juga beberapa keterangan lainnya dari Fina tetap saja tubuhnya seolah menolak untuk terlalu dekat dengan Jonathan.Alam bawah sadarnya seolah memaksa Kaluna untuk m
"Maksunya gimana?" tanya Jonathan yang kaget dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Kaluna. Dia berusaha melihat Kaluna sebaik mungkin dan berharap kekasihnya itu kerasukan atau mengalami penyakit tertentu yang membuat Kaluna berbicara melantur tak tentu arah. "Aku ...." Kaluna mengangkat kedua tangannya dengan lemah, ia menghela napas pelan sambil melihat Jonathan, "aku capek ... aku capek, aku nggak kuat dan aku nggak sanggup, Jo.""Emang aku nggak ngerasain itu juga, Yang? Aku juga sama kaya kamu, aku capek, aku nggak kuat dan aku nggak sanggup, Yang. Tapi, aku nggak ngomong kalimat itu." Jonathan melihat sekelilingnya dan bersyukur tidak ada satu orang pun di sana karena Jonathan yakin teriakkan mereka berdua tadi mampu menembus pintu mobil dan menarik perhatian orang yang berada di luar."Aku lebih capek, Jo! Aku lebih ...." Kaluna menunjuk dadanya dengan telunjuk yang bergetar hebat sedang wajahnya terlihat penuh dengan rasa marah, matanya terlihat menyalak garang ke a